Salah satu al-asma’ al-husna (nama terbaik) Allah SwT adalah As-Salam, Maha Pemberi Kesejahteraan. Makna kata “As-Salam”, secara bahasa, dapat dilihat dua perspektif, yaitu dari segi dzat, sifat dan perbuatan Allah, dan dari segi manusia atau makhluk-Nya. Dari segi dzat, sifat, dan perbuatanNya, As-Salam berarti terbebas dari segala kekurangan, cacat, dan keburukan.
Sedangkan dari perspektif manusia atau makhlukNya, As-Salam itu berarti Maha Pemberi Keselamatan, Kesejahteraan, dan Kedamaian. Sebagai makhluk-Nya, manusia diciptakan dengan fitrah yang cenderung mencintai keselamatan, kedamaian, dan kesejahteraan lahir dan batin. Maka, meneladani As-Salam, berarti mengaktualisasikan nilai kesejahteraan, keselamatan, dan perdamaian dalam kehidupan.
Setiap Mukmin harus meyakini bahwa sumber segala perdamaian, keselamatan, dan kesejahteraan adalah Allah, As-Salam. Mengimani Allah sebagai sumber AsSalam merupakan bagian integral dari tauhid rububiyyah. Tauhid ini penting diaktualisasikan karena tidak jarang konflik bersenjata sesama Muslim, seperti yang terjadi di Suriah, Irak, Yaman, Afganistan, dan lainnya, samasama memekikkan Allahu Akbar. Ironis.
Oleh karena itu, pesan dan teladan As-Salam perlu dikembangkan dalam kehidupan sehari-hari. Sebagai manifestasi dari As-Salam, semua ciptaan Allah itu seimbang, sempurna, tidak mengandung cacat dan cela sedikit pun, dan tidak ada yang sia-sia, sehingga Mukmin yang mengimani-Nya harus bertasbih, memahasucikan-Nya dari segala kekurangan dan keburukan.
Allah SwT menyerukan jalan keselamatan, kedamaian, dan kesejahteraan, karena jalan inilah yang mengantarkan ke surga, kampung akhirat yang penuh kedamaian dan kesejahteraan. Seruan menempuh jalan kedamaian dan kesejahteraan itu harus diikuti dengan menempuh jalan Islam.
“Dan Allah menyeru (manusia) ke Dārus-salām (surga), dan memberikan petunjuk kepada orang yang Dia kehendaki ke jalan yang lurus (Islam) (Qs Yunus [10]: 25). Jalan keselamatan, kedamaian, dan kesejahteraan itu merupakan pilihan yang petunjuk jalannya telah diberikan Allah dengan syariat-Nya. Syariat Islam sejatinya adalah peta jalan (road map) yang mengantarkan ke surga Allah, Dārus-salām.
Dengan menerjemahkan As-Salam dalam kehidupan, tauhid As-Salam dapat menghadirkan budaya keamanan, kedamaian, ketenteraman, kesejahteraan, dan kerukunan. Oleh sebab itu, aktualisasi sifat As-Salam dapat diwujudkan dengan mengamalkan pesan Nabi Muhammad Saw, “Wahai umat manusia, tebarkanlah salam (jalan kedamaian, keselamatan, dan kesejahteraan), berilah makan (kepada orang yang membutuhkan), jalinlah tali silaturrahim, dan shalat malamlah saat mayoritas manusia tidur lelap, niscaya kalian semua akan masuk surga dengan selamat dan penuh kedamaian” (HR al-Turmudzi, Ibn Majah, Ahmad, al-Darimi, dan al-Hakim).
Jadi, esensi Islam itu adalah subul As-Salam (jalan keselamatan, kedamaian, dan kesejahteraan) yang berasal dari Allah, yang diyakini dapat mengantarkan Mukmin ke surga-Nya, Dar As-Salam (kampung akhirat yang penuh keselamatan, kedamaian, dan kesejahteraan abadi).
Muhbib Abdul Wahab, Dosen Pascasarjana FITK UIN Syarif Hidayatullah dan Sekretaris LP2 PP Muhammadiyah.
Sumber: Majalah SM Edisi 10 Tahun 2017