YOGYAKARTA, Suara Muhammadiyah – Muhammadiyah tidak pernah berpikir untuk kepentingan dirinya tetapi kepentingan umat bangsa, kepentingan semesta berdasarkan nilai-nilai agama, nilai Al-Quran dan rasionalitas. Mungkin sudah banyak yang lelah menghadapi Covid-19 tetapi Muhammadiyah masih tegak lurus jalan terus menghadapi persoalan ini dengan berbagai cara.
Hal tersebut disampaikan oleh Ketua Umum Pimpinan Pusat ‘Aisyiyah, Siti Noordjannah Djohantini dalam Gerakan Perempuan Mengaji yang merupakan pengajian rutin bulanan Majelis Tabligh Pimpinan Pusat ‘Aisyiyah. Pengajian yang dilaksanakan secara daring pada Sabtu (31/10) ini mengambil tema ‘Jihad Pandemi Covid-19 dengan Kekuatan Iman dan Amal Saleh’ yang menghadirkan narasumber Ketua Majelis Tabligh Pimpinan Pusat Muhamadiyah Fathurahman Kamal.
Noordjannah lebih lanjut menyampaikan bahwa pandemi Covid-19 ini belum selesai dan ia mengajak agar seluruh warga persyarikatan dapat mengunakan prinsip agama juga rasionalitas serta tetap melakukan dakwah mengayomi dengan banyak cara yang memungkinkan. Noordjannah juga menyoroti maraknya hoax yang beredar termasuk terkait vaksin Covid-19.
“Ibu-ibu harus terdepan melawan hoax, Majelis Tabligh harus menyatakan menjadi yang terdepan dalam memberikan dakwah amar maruf nahi munkar dengan nilai agama yang berkemajuan dan rasional keilmuan supaya tidak terjebak hoax yang ada,” ungkapnya.
Dalam pemaparannya, Fathurahman menyampaikan pandangan Muhammadiyah terkait situasi pandemi Covid-19 ini. Ia menyampaikan bahwa menghadapi persoalan ini Muhammadiyah ‘Aisyiyah sudah merumuskan pandangannya mendasarkan nilai-nilai dasar keimanan kepada Swt. “Semua yang terjadi sudah terdesain dengan baik di hadapan Allah, tidak ada ketimpangan Allah dalam menciptakan alam semesta termasuk Covid ini adalah makhluk Allah,” ungkapnya.l
Oleh karena itu Fathurahman menyampaikan bahwa langkah yang harus ditempuh adalah langkah objektif proporsional berdasarkan iman. Hal ini jelas tergambar dari pandangan Muhammadiyah bahwa dalam menghadapi Covid ini harus dibangun pandangan keimanan dan bahwa Allah Maha Rahim, bahwa rahmat Allah jauh melampaui murkanya. “Covid dalam pandangan Muhammadiyah adalah mekanisme Illahiyah, bagaimana Allah merahmati hambanya,” katanya.
Lebih Fathurrahman menyampaikan bahwa setiap yang berikhtiar dalam menghadapi Covid Insya Allah akan mendapatkan rahmat-Nya. Termasuk ikhtiar yang dilakukan dalam upaya pencegahan Covid seperti menggunakan masker.
“Saya pernah membuat catatan bahwa satu masker yang kau gunakan maka setiap napas yang kau tarik dan setiap nafas yang kau hembuskan bermakna ibadah di mata Allah.” Penggunaan masker menurut Fatkhurahman harus dipahami bukan dalam konteks keterpaksaan, bahwa penggunaan masker ini adalah kesadaran Ilahi. “Jika mati karena Covid kita bisa menyampaikan bahwa kita secara manusiawi sudah berikhtiar memakai masker, siapa tahu dengan masker ini kita dapat membuka pintu surga Allah,” ungkap Dosen UMY tersebut.
Dalam pengajian yang banyak dihadiri mubalighot ‘Aisyiyah ini Fatkhurahman mendorong para mubaligh untuk dapat membangun karakter kenabian seperti lemah lembut, kasih sayang juga membangun empati untuk para umat terlebih dalam situasi pandemi sekarang ini. “Dakwah itu adalah persoalan empati, mari kita rasakan penderitaan umat kita.”
Ia juga mengajak kepada para mubaligh mubalighot untuk terus dapat melakukan syiar atas fatwa Muhammadiyah terkait Covid-19 ini. Fatwa yang dikeluarkan Muhammadiyah terkait Covid-19 menurut Fatkhurahman sepenuhnya bernilai rahmatan lil alamin, membawa kemashlahatan. Muhammadiyah menganjurkan agar umat muslim melakukan salat jamaah di rumah, menggunakan masker, mematuhi protokol kesehatan semata-mata untuk melakukan yang terbaik demi tujuan melindungi jiwa atau Hifdzun Nafs.
“Fatwa kita sudah detil sekali bahwa para ulama kita di Muhammadiyah sudah berijtihad memutuskan di mana dalam fatwa ini tidak ada kepentingan apapun, bahwa yang diinginkan Muhamamdiyah adalah Lillah Ta’ala demi kemaslahatan umat,” pungkasnya. (Suri)