YOGYAKARTA, Suara Muhammadiyah – Dalam menghadapi perkembangan di Perancis dan perkembangan politik global harus menunjukkan sikap yang elegan dari Islam dengan menjauhi kekerasan dan mengembangkan sikap kritis serta menjunjung tinggi nilai-nilai Islam sebagai rahmatan lil ‘aalamin.
Hal tersebut diampaikan Ketua Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Prof Dr Haedar Nashir, MSi dalam pertemuan bersama Menteri Luar Negeri Republik Indonesia, Retno Lestari Priansari Marsudi, di Grha Suara Muhammadiyah, Kamis (05/11).
Menteri Luar Negeri Republik Indonesia, Retno Lestari Priansari Marsudi bersilaturahim kepada pimpinan pusat Muhammadiyah untuk meminta masukan Muhammadiyah dalam menghadapi perkembangan kasus yang bersifat internasional.
Silaturahmi Retno Lestari Priansari Marsudi beserta staffnya diterima dengan sangat baik oleh Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Haedar Nashir yang didamping Ketua Umum Pimpinan Pusat ‘Aisyiyah Siti Noorjannah bersama sekretaris PP Muhammadiyah Agung Danarto dan Agus Taufiqqurrahman Ketua PP Muhammadiyah yang membidangi Kesehatan dan MCCC menerima silaturahmi dari Menteri Luar Negeri Republik Indonesia,
“Pertemuan ini dilakukan untuk menjalin silaturahmi dan memperkuat persaudaraan. Selanjutnya, dalam diskusi juga membahas problem internasional yang ada di Perancis, serta munculnya berbagai kecenderungan politik global yang membutuhkan partisipasi Indonesia,” tambah Haedar Nashir.
Indonesia sebagai negara mayoritas muslim, Retno ingin meminta masukan kepada Muhammadiyah untuk menghadapi perkembangan dan situasi kekinian yang mencakup kasus global.
“Pertemuan tersebut juga mendiskusikan tentang pandemi covid-19 sebagai pandemi global. Muhammadiyah telah memberikan solusi dan masukan dengan membentuk MCCC selama kurang lebih 8 bulan menghadapi pandemi global ini. Dan pemerintah juga sedang mempersiapkan vaksin dengan cara seksama,” ujar Haedar.
Sebagaimana yang telah dinyatakan oleh Presiden Republik Indonesia, Muhammadiyah mendukung sikap pemerintah Indonesia yang mempersiapkan vaksin covid dengan seksama mungkin dan tidak tergesa-gesa. Mulai dari aspek pengetahuan dari para ahli vaksin maupun dari aspek pelaksanaannya yang harus diperhitungkan dan dipertimbangkan secara matang dan baik.
Muhammadiyah menghargai langkah presiden dengan tegas menyampaikan sikapnya kepada pernyataan Presiden Perancis yang menimbulkan reaksi umat Islam di seluruh dunia.
“Sikap awal dari kementrian Luar Negeri yang menunjukkan bahwa di Indonesia sebagai negeri muslim terbesar di dunia serta menjunjung tinggi politik bebas-aktif juga menunjukkan bahwa dunia internasional di negara manapun perlu menghargai keberadaan agama dan umat beragama dimanapun,” tambah Haedar.
Muhammadiyah sebagai gerakan Islam juga menghimbau kepada umat Islam, bahwa dalam menghadapi perkembangan di Perancis dan perkembangan politik global harus menunjukkan sikap yang elegan dari Islam dengan menjauhi kekerasan dan mengembangkan sikap kritis dan menjunjung tinggi nilai-nilai Islam sebagai rahmatan lil ‘aalamin.
Dalam kesempatan tersebut, Menlu Retno memberikan dukungan bagi perkembangan Persyarikatan Muhammadiyah. Dengan mencanangkan Pusat Program Internasionalisasi Pemikiran Muhammadiyah. (rahel)