Rayakan Suksesmu dengan Sujud Syukur
Oleh: Bahrus Surur-Iyunk
Bagi penggemar Liverpoll saat ini pasti kenal dengan Mohammed Salah. Bintang sepakbola asal Mesir ini telah menjadi pangeran baru di kota pelabuhan itu, dia mengantarkan Liverpoll menjadi jawara liga inggris setelah puluhan tahun hanya bisa dirindukannya.
Namun bukan untuk itu tulisan ini ditulis, tetapi selebrasi Salah juga patut diapresiasi. Di puncak kegemberiaan saat mencetak gol, dia tidak rikuh bersujud syukur di lapangan. Tidak hanya Salah, begitu juga Sadio Mane, Demba Ba, Evan Dimas dan kawan-kawan dulu juga tidak lupa bersujud syukur atas gol-golnya. Yaya Toure, dulu pemain bintang Mancester City, berani menolak alkohol. Frank Ribery, pemain andalan Bayern Munich, bahkan sedikit marah saat disiram segelas bir.
Itulah model selebrasi ala Islam. Trend ini (mungkin) baru berjalan beberapa tahun ini seiring dengan perkembangan politik dunia. Menariknya, merayakan kemenangan dengan sujud syukur ini justru lebih dulu dipopulerkan oleh para pesepak bola muslim yang merumput di dataran Eropa. Mereka seakan hendak mengatakan bahwa “Aku adalah Muslim”.
Teladan yang baik itu semestinya tidak hanya saat meraih kemenangan saja. Tetapi, setiap kita mendapat kabar yang menggembirakan saja kita dianjurkan untuk melakukan sujud syukur. Sujud syukur ialah sujud yang dilakukan oleh seseorang ketika ia diberitahu atau memperoleh sesuatu yang menggembirakan hatinya. Seseorang yang kehilangan kunci kemudian ditemukan kembali juga sepatutnya bersujud syukur.
Sujud syukur dilakukan ketika ia merasa telah memperoleh nikmat dan sukses dari Allah. Hal ini dilakukan sebagai reaksi spontan dari seseorang atas nikmat yang diberikan Allah kepadanya. Kemudian, ia bersujud kepada Allah sebagai tanda bahwa ia tunduk dan patuh kepada-Nya dan mensyukuri atas nikmat dan kegembiraan yang telah dianugerahkan kepadanya. Jika ini dilakukan, Allah pun akan menambahkan nikmat-Nya.
Dalam beberapa peristiwa, Rasulullah sering melakukan sujud syukur. Abu Bakrah ra. menceritakan, bahwasanya Nabi saw apabila datang sesuatu yang menggembirakan kepadanya ia tunduk dalam keadaan bersujud kepada Allah.” [HR. lima Imam Hadits kecuali an-Nasaa’i]. Al-Baraa’ bin ‘Azib ra. juga meriwayatkan, bahwasanya Nabi saw telah mengutus Ali ke Yaman, – maka tersebut dalam hadits, – ia berkata: Maka Ali menulis surat (kepada Nabi saw) yang memberitakan tentang masuk Islamnya penduduk Yaman. Maka tatkala Rasulullah saw dibacakan surat itu, beliau tersungkur dalam keadaan sujud sebagai tanda syukur kepada Allah atas peristiwa itu.” [HR. al-Baihaqi dan asalnya dari al-Bukhari].
Dalam riwayat Abdurrahman bin ‘Auf ra., ia berkata: Rasulullah saw pernah sujud dan lama sujudnya, kemudian beliau mengangkat kepalanya, lalu bersabda: Sesungguhnya Malaikat Jibril telah datang kepadaku (membawa kabar), dan kabar itu menggemberikan hatiku, karena itu aku sujud sebagai tanda syukur kepada Allah.” [HR. Ahmad dan dinyatakan shahih oleh al-Hakim]
Tidak ditemukan tuntunan tentang cara sujud syukur itu, kecuali sebagaimana diterangkan hadits-hadits di atas. Karena itu, para ulama berbeda pendapat tentang cara sujud syukur tersebut. Sebagian ulama me-qiyas-kannya kepada shalat biasa. Yaitu, diawali dengan berwudlu lebih dahulu, kemudian takbir dengan menghadap ke kiblat, kemudian sujud dan berdoa dan diakhiri dengan salam (Kitab Subulus-Salam, Jilid 1).
Sedang pendapat yang lain menyatakan bahwa sujud syukur itu dilakukan tanpa wudlu; tidak perlu menghadap ke kiblat; di sembarang tempat; dilakukan sekali saja; tanpa takbir dan salam; serta dilakukan di luar shalat. Pendapat yang terakhir ini berdasarkan pemahaman terhadap arti zhahir dari hadits-hadits di atas.
Pada waktu sujud, seseorang hendaklah membaca doa dan tasbih, berdasarkan hadits, “dari Abu Hurairah ra., bahwasanya Rasulullah saw bersabda: Paling dekatnya seorang hamba kepada Tuhannya ialah pada waktu ia sedang sujud, oleh karena itu perbanyaklah doa.” [HR. Muslim]
Namun, kebanyakan ulama mengikuti pendapat yang kedua. Yaitu, dengan cara sujud syukur itu dilakukan tanpa wudlu, tidak dalam shalat, tanpa takbir dan salam, serta langsung bersujud ketika mendengar atau memperoleh sesuatu yang menggembirakan tersebut, dengan mengucapkan tasbih, tahmid, tahlil dan takbir, yakni Subhanallah walhamdulillah wala ilaha illa Allah Allahu Akbar. Wallahu a’lamu.
Bahrus Surur-Iyunk, Guru SMA Muhammadiyah I Sumenep, penulis buku-buku motivasi Islam.