Sombong

Sombong

Al-Qur’an telah memberikan ‘ibrah (pelajaran) kepada kita tentang perilaku sombong seperti yang diperlihatkan iblis (Qs Al-Baqarah: 34), Fir’aun (Qs Yunus: 83), Qarun (Qs Al-Qashash: 76), dan sebagainya. Perilaku Iblis merupakan bentuk kesombongan eksistensial (asal wujud) yang dapat merasuk dalam diri siapa pun.

Iblis merasa lebih tinggi secara eksistensial dibanding manusia karena asal penciptaannya yang berasal dari api, sementara manusia dari tanah. Dalam pandangan iblis, api memiliki kedudukan lebih tinggi secara eksistensial dibanding tanah. Iblis salah paham, sebab dalam kenyataannya tidak ada ukuran bahwa api memiliki kedudukan yang lebih tinggi dari tanah.

Kesombongan ada yang bersifat individual dan kelompok/kolektif. Kesombongan individual adalah kesombongan yang dilakukan seseorang. Misalnya, Fir’aun kepada orang/ pihak lain. Sementara kesombongan kolektif adalah kesombongan yang dilakukan oleh kelompok/komunitas, bangsa maupun negara kepada individu, kelompok atau bangsa/ negara lain.

Bangsa Israel mungkin contoh yang pas untuk kesombongan kolektif. Kesombongan dapat dilatarbelakangi karena kedudukan, keunggulan, kekayaan yang dimiliki oleh seseorang atau kelompok seperti Fir’aun, Israel, Qarun, dan sebagainya.

Kesombongan atas nama apa pun dilarang dalam Islam. Nabi Muhammad saw bersabda, “Tidak masuk surga bagi seseorang yang di dalam hatinya terdapat sifat sombong, meskipun hanya sebesar biji dzarrah. Dan tidak akan masuk neraka seseorang yang di dalam hatinya terdapat iman meskipun hanya sebesar biji dzarrah. Abdullah berkata, kemudian seseorang berkata kepada beliau (Nabi Muhammad saw): Sesungguhnya aku merasa bangga jika pakaianku bagus dan sandalku juga bagus. Beliau (Nabi Muhammad saw) bersabda: Sesungguhnya Allah menyukai keindahan, yang dimaksud kesombongan adalah menolak kebenaran dan meremehkan orang lain” (HR Tirmidzi: 1922).

Nabi Muhammad saw juga memperingatkan bangsa-bangsa di muka bumi ini untuk tidak merasa lebih unggul dari bangsa lain. Dalam khutbah Arafah haji Wada yang sangat masyhur, beliau menyampaikan khutbah yang sangat monumental dengan mengatakan, “Wahai sekalian manusia, sesungguhnya Tuhanmu satu dan bapak sekalian pun satu. Ingatlah bahwa bangsa Arab tidaklah lebih utama dari non-Arab dan bangsa non-Arab tidak lebih utama dari bangsa Arab. Ingatlah bahwa bangsa kulit putih tidaklah lebih utama dari bangsa kulit hitam, kecuali karena ketakwaannya.”

Pedoman Hidup Islami Warga Muhammadiyah (PHIM) memberi arahan dalam berakhlak bagi warganya dengan mengatakan setiap warga Muhammadiyah dalam melakukan amal dan kegiatan harus didasarkan kepada niat yang ikhlas, dalam wujud amal-amal shalih dan ihsan serta menjauhkan diri dari perilaku riya, sombong, ishraf (berlebihan), fasad, fahsya’, dan munkar. Semoga.

Tafsir, Ketua PW Muhammadiyah Jawa Tengah dan dosen Fakultas Ushuluddin dan Humaniora UIN Walisongo Semarang

Sumber: Majalah SM Edisi 10 Tahun 2017

Exit mobile version