Judul tersebut bukanlah judul film yang diperankan oleh Jackie Chan. Ini yang sering saya tanyakan kepada diri saya. Terkadang saya bingung dengan diri sendiri… pada saat tertentu saya bisa bersedih dengan kondisi diri. Namun dalam kondisi yang sama, saya justru merasakan kebahagiaan. Bingung… saya ini tipe kepribadian yang mana?
Kebingungan saya terhadap diri ini, rupanya juga dialami oleh beberapa teman. Bingung siapa diri kita… yang pertanyaan ini sering menyergap kita, terutama saat suasana hati kita sedang bersedih. Bahkan terkadang selama hidup kita masih bingung dengan pertanyaan siapa diri kita sebenarnya.
Ketika hati ini berhasrat untuk menjawab pertanyaan itu, Allah SwT menakdirkan saya untuk membaca sebuah artikel tentang konsep diri yang ditulis oleh Calhoun & Accocella (1995). Dalam artikel tersebut, mereka menjelaskan bahwa untuk mengetahui siapa diri kita melalui konsep diri, kita perlu mengetahui tiga dimensi yang menyusun konsep diri, yaitu; pengetahuan diri, penilaian diri dan pengharapan diri.
Pengetahuan diri kita, yaitu segala sesuatu yang kita ketahui tentang kelebihan dan kelemahan diri kita, baik yang kita peroleh melalui evaluasi diri maupun pendapat orang lain yang telah berinteraksi dengan kita. Contoh pengetahuan diri adalah segala atribut yang melekat pada saya, misalnya saya adalah seorang Muslim laki-laki, anak bungsu, pekerjaan dosen dengan kelebihan dan kelemahan yang ada pada diri saya.
Setelah kita mengetahui siapa diri dan kelebihan serta kelemahan, maka berikutnya adalah penilaian diri yang berkaitan dengan evaluasi subyektif tentang diri kita; baik, buruk, kurang, belum, mampu dan lain sebagainya. Misalnya, saya adalah seorang Muslim namun ibadah saya masih belum maksimal. Saya adalah seorang dosen yang kurang menjalankan Tri Dharma Perguruan Tinggi yang kurang baik karena masih belum seimbang dalam menjalankan penelitian.
Sedangkan fase yang ketiga adalah pengharapan diri, yaitu setelah kita menilai diri maka kita membentuk harapan terhadap diri kita untuk masa depan. Harapan ini bisa dari diri kita atau pengharapan dari lingkungan sosial kita yang menuntun peran yang kita sandang. Misalnya, dengan penilaian diri saya yang masih kurang dalam beribadah maka ke depan saya berharap akan memaksimalkan ibadah ritual dan sosial saya.
Dengan penilaian diri saya yang masih belum maksimal dalam penelitian maka ke depannya saya harus lebih banyak meneliti untuk mengembangkan kapasitas diri saya sebagai dosen. Dengan demikian, untuk menjawab judul di atas, gunakanlah 3 fase dalam menemukan konsep diri kita; pengetahuan diri, penilaian diri dan pengharapan diri. Bukankah kita selalu diminta mengevaluasi diri (muhasabah) untuk dapat terus membangun aqidah dan akhlak kita?
Wallahu a’lam bi shawab.
Rubrik Motivasi hidup Islami dalam kehidupan karier profesional. Diasuh oleh Dr M G Bagus Kastolani, Psi, seorang psikolog dan kader Muhammadiyah
Sumber: Majalah SM No 16 Tahun 2019