IZMIR, Suara Muhammadiyah – Pimpinan Cabang Istimewa Muhammadiyah (PCIM) Turki menyerahkan bantuan kemanusiaan untuk korban bencana gempa kepada Pemerintah Daerah Bornova, Izmir. Rombongan PCIM Turki disambut langsung oleh Mustafa İduğ selaku perwakilan dari Pemerintah Daerah Bornova. Dalam agenda pertemuan yang diadakan oleh Pemda Bornova, beliau menyampaikan terima kasih atas kepedulian yang telah ditunjukkan oleh rakyat Indonesia kepada Turki.
“Indonesia dan Turki merupakan negara yang memiliki tingkat kerawanan yang sama dalam hal bencana gempa, kita harus bersama-sama saling membantu dalam antisipasi kebencanaan. Kami sangat berterima kasih dan menyambut baik bantuan tersebut,” tegas Mustafa, Selasa (10/11/20).
Bantuan tersebut diproyeksikan untuk program bantuan penunjang pendidikan kepada pengungsi gempa dan tsunami di Izmir, Turki, khususnya anak-anak yang terdampak. Hal ini dilakukan guna mendukung program bantuan pemberian tablet untuk pembelajaran daring kepada 500 anak yang ada di pengungsian.
Menurut Wachid Ridwan, ketua Muhammadiyah Aid mengatakan bahwa bantuan ini bukti kepedulian dan kecintaan warga Muhammadiyah kepada Turki yang diterpa musibah, juga demi kemanusiaan dan ikatan persahabatan kedua bangsa.
Gempa berkekuatan 6,6 magnitude atau sekitar 7.0 skala Richter melanda provinsi Izmir dan menyebabkan tsunami kecil di pesisir barat Turki pada hari Jumat, 30 Oktober 2020, 14:51 waktu setempat. Pusat Seismologi Eropa-Mediterania mengatakan gempa tersebut memiliki pusat di 13 km timur laut pulau Samos, Yunani.
Gempa tersebut dirasakan juga di provinsi lain seperti Istanbul, Bodrum, Muğla, Bursa dan Manisa serta di negara Yunani dan Bulgaria. Segera setelah gempa awal, Provinsi Izmir diguncang lebih lanjut oleh 389 gempa susulan, dengan 33 di antaranya lebih kuat dari skala 4.0 sehingga mengakibatkan kerusakan parah pada struktur dan infrastruktur di berbagai wilayah seperti Bornova, Bayraklı, Seferihisar dan lainnya. Setidaknya, ada 8 bangunan yang rubuh total dan 172 yang dikosongkan karena rusak parah.
Otoritas Badan Penanggulangan Bencana (AFAD) mengumumkan hingga Rabu (4/11/2020) siang hari ketika operasi SAR telah dihentikan, gempa telah merenggut nyawa 115 orang dan menyebabkan hampir 1000 orang luka-luka. Tidak ada korban jiwa maupun luka dari Warga Negara Indonesia, namun dampak kerugiannya puluhan juta Turki Lira. Hingga saat ini telah tercatat sebanyak 220 orang dalam perawatan medis lanjutan di rumah sakit Ege Üniversite yang dikhawatirkan menjadi new disabled person.
Taner Baykal, salah satu kepala pemadam kebakaran yang mengirimkan personelnya ke Izmir juga mengatakan bahwa, “Dari seluruh 8500 anggota tim SAR, sekitar 3000 orang pemadam kebakaran dikirimkan untuk melakukan upaya penyelamatan dan negara memberikan pertolongan kepada para pengungsi, namun ada juga yang tidak terjangkau oleh bantuan negara, kami berupaya untuk menjangkau orang-orang tersebut insya Allah.”
Program Muhammadiyah Aid dilaksanakan oleh PCIM Turki berkolaborasi dengan Perhimpunan Pelajar Indonesia wilayah Bursa dan Izmir, turun langsung ke Aşık Veysel Park, tempat pengungsian terbesar untuk mengamati dan memberikan dukungan moril serta bantuan dana kepada korban terdampak gempa.
Selama 3 hari sejak Senin, 2 November hingga Rabu, 4 November 2020 sebanyak 20 pemuda Indonesia hadir membersamai para korban, bahkan sebagian turut menyaksikan proses penyelamatan korban di reruntuhan gedung pasca gempa, di daerah Bayraklı.
Hal ini tentu membawa dampak positif kepada hubungan persahabatan kedua negara yang memang reciprocal, utamanya dalam menghadapi bencana di negara masing-masing. Solidaritas Indonesia kepada Turki ditunjukkan melalui aksi yang dilakukan oleh Muhammadiyah dan elemen masyarakat yang turun dalam membantu.
“Antara Indonesia dan Turki sebenarnya ada hubungan kasih dan perasaaan yang tidak dapat dipungkiri, pertolongan ini (Muhammadiyah Aid) jika diketahui atau ditunjukkan kepada rakyat melalui televisi, keakraban keduanya pasti semakin meningkat,” tandas Taner.
“Muhammadiyah Aid adalah salah satu ujung tombak dalam rangka internasionalisasi dan diseminasi pemikiran Muhammadiyah yang diwujudkan melalui humanitarian aid”, tambah Wachid Ridwan.(rama/riz)