JAKARTA, Suara Muhammadiyah – Buku Heresy and Politics: How Indonesian Islam Deals with Extremism, Pluralism and Populism karya Prof Ahmad Najib Burhani, PhD menjadi bahan diskusi tentang Islam Indonesia: Di Antara Ekstremisme, Pluralisme, dan Populism. Diskusi diinisasi oleh Jaringan Intelektual Berkemajuan, Rahma, Ruang Belajar Perempuan dan Suara Muhammadiyah.
Sebagai narsumber diskusi adalah Wakil Ketua Komnas HAM RI Amiruddin Al Rahab, MSi yang menyampaikan bahwa buku Heresy and Politics bisa menjadi bahan secara bersama-sama untuk merenungkan fenomena keislaman saat ini. Termasuk mencoba membaca kegelisahan penulis dalam melihat gejala munculnya populisme. “Populisme saya rasa jadi menjadi masalah kita dalam melihat politik belakangan ini,” tutur Amir Al Rahab, Kamis (12/11).
Dosen Ilmu Pemerintahan FISIP UNPAD Antik Bintari SIP, MT turut mengomentari karya Prof Ahmad Najib Burhani tersebut sebagai tulisan-tulisan yang bernas. “Menurut saya sangat mudah dipahami untuk orang-orang yang baru tahu ada isu tentang politik identitas dan lain-lain,” katanya.
Menurut Antik, yang membuatnya tertarik dalam Heresy and Politics adalah penulis cukup berani menyampaikan bagaimana perempuan Muhammadiyah dalam keorganisasian. Juga ulasan terkait perempuan yaitu tentang hijab yang berhubungan dengan identitas dalam beberapa kelompok muslim.
Tenaga Ahli Utama Kantor Staf Kepresidenan RI Dr Siti Ruhaini Dzuhayatin, MA menyebut transformasi bangsa dan negara mengharuskan etika kewargaan dalam membangun publik yang moderat, egaliter, setara, dan adil. “Sebagai negara yang multikultural dan plural basisnya adalah moderasi,” tuturnya
Siti Ruhaini juga mendorong adanya toleransi dalam moderasi beragama. Salah satu diantranya yaitu dengan mengembankan masyarakat yang saling menghargai.
Sebagai penulis buku Heresy and Politics, Prof Ahmad Najib Burhani, PhD mengungkapkan karyanya tersebut merupakan refleksi tentang Islam Indonesia yang terjadi di masyarakat. Diantaranya membahas tentang politik identitas, minoritas, pluralism, Islamism, hingga conservatism.
Disebutkan Najib, bahwa tujuan dari tulisan-tulisannya adalah untuk memperluas jangkauan keislaman dari batasan-batasan ortodoksi. “Bagaimana kita bisa merangkul, memperlebar batasan ortodoksi kita dari batasan yang kadangkala semakin menyempit,” kata Najib. Juga menjadi pergulatan menjadi Indonesia dan Islam yang sebenarnya. (Riz)