“Belajarlah saling mendengar dan berbagi untuk membangun negeri layaknya sikap para negarawan sebagaimana ditunjukkan Ki Bagus, Mr. Kasman, dan Prof. Kahar yang berjiwa memberi sekaligus memberi solusi.”
(Prof. Dr. KH. Haedar Nashir, M.Si)
Mitsuo Nakamura, seorang sejarawan asal Jepang yang menghabiskan hampir seluruh hidupnya untuk mengkaji tentang Organisasi Muhamadiyah secara khusus memberikan kesan terhadap sosok Abdul Kahar Mudzakkir yang dikenalnya sebagai orang yang sederhana, ramah, dan ikhlas.
Beliau menuliskan dalam bukunya Bulan Sabit Muncul dari Balik Pohon Beringin tentang kiprah KH. Abdul Kahar Mudzakkir dalam Jawatan Ekonomi Pemerintah Militer Jepang, Jawatan Radio Militer, hingga menjadi wakil kepala Kantor Urusan Agama (KUA) di Jakarta yang menjadikan itu semua puncak keterlibatan seorang Abdul Kahar Mudzakkir dalam lingkar politik nasional selama pendudukan Jepang dan fase-fase awal politik pascaperang.
Dengan kiprahnya yang mengagumkan, bisa saja Abdul Kahar Mudzakkir tetap bertahan dalam lingkaran politik, namun beliau justru mendermabaktikan dirinya kepada organisasi Muhammadiyah dan perkembangan pendidikan Islam di Nusantara untuk kemajuan bangsa.
Pahlawan Nasional
Ditetapkannya Abdul Kahar Mudzakkir sebagai pahlawan nasional oleh Presiden Joko Widodo pada 8 November 2019 silam menurut Keppres 120/TK/Tahun 2019 menjadi salah satu bukti akan lika-liku perjuangan beliau sebagai tokoh Islam yang turut berperan dalam mewujudkan kemerdekaan Indonesia.
Selain itu beliau adalah pengajar di Madrasah Mu’allimin Yogyakarta, pencetus Universitas ‘Aisyiyah, sekaligus pemangku di Pengurus Besar Muhammadiyah sejak tahun 1946. Kendati sedikitnya tulisan yang menceritakan tentang beliau di buku-buku sejarah yang turut menjadi sebab banyaknya kerancuan antara Kahar Mudzakkar, tokoh pemberontak DI/TII di Sulawesi Selatan dengan sosok Kahar Mudzakkir pahlawan nasional sekaligus tokoh Muhammadiyah yang memiliki himpunan jasa gemilang.
Seharusnya fenomena ini memicu semangat lebih untuk memunculkan literasi-literasi tentang sosok beliau lebih banyak lagi hingga kerancuan yang biasa dialami ini tidak lagi terjadi. Sebagaimana kesalahan yang ditulis William R. Roff dalam tulisannya Indonesia and Malay Students in Cairo in the 1920’s ataupun tulisan J.D. Legge yang salah menuliskan indeks yang memunculkan satu Kahar saja dalam Sukarno: A Political Biography yang diterbitkan pada tahun 1973.
Sosok Abdul Kahar Mudzakkir yang merupakan Cendekiawan Muhammadiyah yang berkiprah membangun berbagai institusi pendidikan seperti Universitas Islam Indonesia (UII), Akademi Tabligh Muhammadiyah Yogyakarta (sekarang Fakultas Agama Islam UMY), sekaligus pendiri Universitas ‘Aisyiyah sebagai perwujudan gagasan kaum perempuan berpendidikan ini tentu tidak simsalabim menceburkan diri dalam kemajuan pendidikan tanpa perjalanan menuntut ilmu yang luar biasa.
Kahar Muda
Pada tahun 1925, Abdul Kahar Mudzakkir muda yang saat itu masih berusia 17 tahun berangkat ke Kairo, Mesir untuk menuntut ilmu agama di Universitas Fuad (sekarang berganti nama menjadi Universitas Kairo) dan mengantongi gelar pascasarjana pada tahun 1936 dalam kajian hukum Islam, pedagogi, bahasa Arab, sekaligus bahasa Ibrani.
Dalam usianya yang masih muda kala itu, tak mengurangi semangat Abdul Kahar Mudzakkir dalam berkontribusi dalam memperjuangkan kemerdekaan Indonesia kendati beliau sedang berada di luar negeri. Sudarno Azeth, Wakil Ketua Majelis Dikti Litbang Pimpinan Pusat Muhammadiyah menuturkan bahwa Pak Kahar Mudzakkir merupakan sosok perintis kemerdekaan Indonesia melalui karya-karya tulisnya.
Tulisan-tulisan Abdul Kahar Mudzakkir di Mesir dikenal pada tahun 1920-an hingga 1930-an dan selalu sarat dengan semangat nasionalisme dan perjuangan. Hal inilah yang turut menjadi asal-muasal Mesir menjadi negara pertama yang mengakui kemerdekaan Indonesia dibanding negara-negara lainnya. Yang sangat penting, Abdul Kahar Mudzakkir telah menggunakan kata ‘Indonesia’ beberapa tahun sebelum Sumpah Pemuda dilaksanakan pada tahun 1928 yang mempermudah tokoh-tokoh senior seperti KH. Agus Salim, AR. Baswedan, dan H.M. Rasyidi untuk mencari pengakuan diplomatik ke negara-negara sahabat saat Indonesia belum mengumumkan kemerdekaannya.
Peran Kebangsaan
Peranannya dalam memperjuangkan kemerdekaan Indonesia yang ditempuhnya dalam setiap karya tulisnya tak hanya dimuat dalam Jurnal Seruan Azhar yang merupakan sub dari organisasi Jamiyatul Syabban Muslimin (Organisasi Sosial Mahasiswa Indonesia di Kairo) yang kemudian menjadi media penting bagi penyebaran pesan pembaruan dan penggalangan persatuan Islam.
Kedekatan beliau dengan Partai Wafd pun menjadikan tulisan-tulisannya juga dimuat di koran-koran mesir seperti Al-Ahram, Al-Balagh, dan Al-Hayat. Beliau juga sempat menjadi redaktur koran Palestina Al-Tsaurah. Keberhasilan beliau dalam memperjuangkan hal besar lewat literasi inilah yang harus ditumbuhkan kembali dalam setiap diri generasi muda Muhammadiyah masa kini.
Himpunan peranan beliau dalam memperjuangkan kedaulatan Indonesia di Mesir lewat tulisan ataupun organisasi pelajar yang mengesankan inilah sosok Abdul Kahar Mudzakkir sering pula ditunjuk sebagai perwakilan mahasiswa Indonesia untuk menghadiri konferensi Internasioanal tingkat dunia mewakili mahasiswa Indonesia ataupun Asia Tenggara. Sejarah mencatat bahwa beliau merupakan peserta termuda yang terpilih menjadi sekretaris Muktamar Islam Internasional di Palestina mewakili Asia Tenggara pada usia beliau yang ke-24.
Terpilihnya beliau menjadi ketua Perhimpunan Indonesia Raya di Mesir yang aktif melakukan pergerakan untuk memperkenalkan Indonesia pada publik dunia, mengkampanyekan kemerdekaan, melobi dan mencari dukungan Internasional inilah yang menjai asal-muasal disiarkannya tuntutan Indnesia di media massa Timur Tengah sebagaimana dijelaskan Trias Setiawati dalam buku Prof KH Abdul kahar Mudzakkir: Mutiara Nusantara dari Yogyakarta.
Tak hanya menjadi sosok pemuda berkepribadian baik yang aktif berorganisasi, mengembangkan literasi, berdiplomasi, disamping kesibukan beliau menuntut ilmu syar’i KH. Abdul Kahar Mudzakkir juga memiliki peran penting dalam kemerdekaan bangsa Indonesia.
Beliau merupakan anggota Dewan Penasehat Pusat dan anggota Badan Penyelidik Usaha-Usaha Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI). Bersama Soekarno, Hatta, dan enam tokoh lainnya yang tergabung dalam panitia sembilan, sosok KH. Abdul Kahar Mudzakkir pun menjadi salah satu dari sembilan orang yang ikut merumuskan dasar negara.
Beliau jugalah yang memimpikan Indonesia sebagai bangsa yang meletakkan agama pada tempat terhormat dan strategis dalam suatu struktur kenegaraan. Selain itu setelah memutuskan menepi dari dunia politik, cahaya beliau untuk menyinari sekeliling pun tidak padam. Hal itu bisa dilihat dari kontribusi besar beliau dalam perkembangan pendidikan Islam di Indonesia khususnya di lingkup Muhammadiyah.
Revitalisasi Semangat Pak Kahar
Semangat juang sosok Abdul Kahar Mudzakkir yang mengisi masa mudanya di berbagai bidang mulai dari literasi hingga diplomasi yang membuahkan wujud nyata dalam berbagai kontribusi nyata untuk agama, Muhammadiyah, dan negeri perlu direvitalisasi generasi muda bangsa khususnya generasi muda Muhammadiyah masa kini.
Kendati sedikit sekali buku-buku sejarah yang mengulas tentang sosok beliau, semangat dan kontribusi Abdul Kahar Mudzakkir sudah sepatutnya menjadi panutan generasi muda Muhammadiyah untuk menjadikan dirinya sebagai obor perjuangan bagi agama dan negara. KH. Abdul Kahar Mudzakkir sebagai seorang muslim yang turut aktif dalam berbagai persoalan bangsa inipun menyegarkan kembali ingatan koletif bangsa betapa sejak awal.
Para pendahulu kita tidak menjadikan eksistensinya sebagai seorang muslim sebagai pemisah dengan statusnya sebagai warga Indonesia yang memperjuangkan NKRI. Dari sekian banyak penghormatan kepada Abdul Kahar Mudzakkir adalah salah satu tulisan yang terbit dalam Suara Muhammadiyah yang menyebutkan beliau adalah ‘pemimpin teladan’ yang patut dicontoh oleh seluruh umat Islam di Indonesia.
Prof Haedar Nashir pun secara langsung menghimbau untuk mencontoh sosok negarawan yang ada pada KH. Abdul Kahar Mudzakkir yang senantiasa menyiapkan telinga untuk mendengar dan berbagi guna membangun negeri. Beliau juga mengungkapkan bahwa Abdul kahar Mudzakkir merupakan sosok yang mengedapankan jiwa ikhlas, cerdas, adil, dan bijak yang senantiasa mau berbagi dan bersinergi dengan orang ataupun pihak lain.
Sosok beliau yang terkenal santun, sederhana, ramah, dan mau mendermabaktikan dirinya untuk ummat sejak usia muda, serta tegas dalam menyampaikan kebenaran inilah yang sudah sepatutnya dicontoh bagi kita, para generasi muda Muhammadiyah masa kini. Revitalisasi semangat Abdul Kahar Mudzakkir pada generasi muda Muhammadiyah untuk tidak membatasi kontribusi sebagaimana yang dilakukan beliaulah yang akan memajukan Muhammadiyah masa depan sekaligus tonggak kebangkitan bangsa atas izin-Nya. In syaa Allah.
Wallahu A’lam Bi Showab. Sesungguhnya segala kemudahan dan kebenaran hanya milik-Nya.
Faradilla Awwaluna Musyaffa’, Mahasiswa International University Of Africa (IUA) Sudan