Shalih Digital

Muhammadiyah Go Digital

Masyarakat Digital Ilustrasi Dok Hour Detroit

Khutbah Jum’at Shalih Digital

الحَمْدُ للهِ الَّذِي هَدَى الْمُتَّقِيْنَ الصِّرَاطَ الْمُسْتَقِيْمَ وَفَضَّلَهُمْ بِالْفَوْزِ الْعَظِيْمِ، أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلهَ إِلَّا اللهُ الرَّحْمنُ الرَّحِيْمُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا أَفْضَلُ الْمُرْسَلِيْنَ، اللّهُمَّ فَصَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ ذِي الْقَلْبِ الْحَلِيْمِ وَآلِهِ الْمَحْبُوْبِيْنَ وَأَصْحَابِهِ الْمَمْدُوْحِيْنَ وَمَنْ تَبِعَ سُنَّتَهُ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنَ، وَبَعْدُ، فَيَا أَيُّهَا الْحَاضِرُوْنَ أُوْصِيْنِيْ وَإِيَّاكُمْ بِتَقْوَى اللهِ وَطَاعَتِهِ فَقَدْ فَازَ الْمُتَّقُوْنَ وَنَجَا الْمُطِيْعُوْنَ.

Saudaraku, kaum muslimin yang berbahagia

Rasa syukur tiada terperi senantiasa kita panjatkan ke haribaan Dzat Yang Maha Pengasih. Dia yang tak pernah henti mengaruniakan nikmat sehat, nikmat umur, serta nikmat iman dan Islam di tengah bayang-bayang pandemi Covid-19 ini. Sebagai bukti ungkapan rasa syukur itu, marilah kita berusaha untuk tetap istikamah di jalan-Nya; tetap teguh melaksanakan perintah-Nya dan semaksimal mungkin menjauhi larangan-Nya. Inilah esensi inti dari makna takwa.

Shalawat dan juga salam kita sampaikan kepada khairul-anam, teladan terbaik, kekasih mulia sepanjang zaman, Rasulullah Muhammad Saw., juga kepada keluarga, sahabat, dan pengikut setianya hingga akhir zaman.

Saudaraku, kaum muslimin yang berbahagia

Peradaban terus berkembang, termasuk cara berkomunikasi kita. Dahulu orang harus menempuh jarak jauh untuk bisa bercakap-cakap dengan sanak-kerabat di luar daerah. Saat ini, teknologi menfasilitasi manusia untuk bisa berkomunikasi hanya melalui perangkat kecil di genggaman tangan.

Kehadiran media sosial kian mempermudah lagi. Dalam hitungan kurang dari sekian detik, kita bisa berinteraksi dan berkirim pesan melalui tulisan, suara, gambar, bahkan video ke berbagai belahan dunia. Luas bumi setengah miliar kilometer persegi seolah mengkerut. Informasi beredar begitu cepat. Kehidupan banyak beralih ke dunia digital.

Namun, ternyata kondisi ini memunculkan permasalahan lain yang sedemikian memprihatinkan. Derasnya arus informasi yang tidak dibarengi dengan kesadaran untuk menyaring, memilih, dan memilah informasi dengan baik, ternyata mewabah di masyarakat. Belum lagi budaya tabayun sudah mulai hilang dan membuat masyarakat gampang terpapar berita bohong atau hoaks yang beredar.

Saudaraku, kaum muslimin yang berbahagia

Orang bijak menyatakan bahwa: Dulu, orang berpengetahuan adalah orang yang memiliki banyak sekali informasi. Sekarang, orang berpengetahuan adalah orang yang mampu menyaring banyak informasi.

Perlahan kita renungkan, kalimat ini sangat relevan dengan kondisi sekarang, kita berada pada zaman teknologi informasi di mana arus informasi mengalir deras silih berganti. Dengan begitu mudah kita menemukan jutaan informasi hanya dengan menggunakan peralatan kecil di tangan kita, yang hampir menjadi bagian kehidupan orang modern.

Allah Swt. berfirman dalam QS. Al-Hujurat ayat 6.

يا أَيُّهَا الَّذينَ آمَنُوا إِنْ جاءَكُمْ فاسِقٌ بِنَبَإٍ فَتَبَيَّنُوا أَنْ تُصيبُوا قَوْماً بِجَهالَةٍ فَتُصْبِحُوا عَلى‏ ما فَعَلْتُمْ نادِمينَ

“Hai orang-orang yang beriman, jika datang kepadamu orang fasik membawa suatu berita, maka periksalah dengan teliti, agar kamu tidak menimpakan suatu musibah kepada suatu kaum tanpa mengetahui keadaannya yang menyebabkan kamu menyesal atas perbuatanmu itu.”

Bunyi QS. Al-Hujurat diatas menunjukkan dengan sangat jelas tentang larangan mengambil berita dari sumber yang tidak jelas tanpa melakukan klarifikasi (tabayyun) kebenarannya, karena akan membahayakan bagi diri kita dan orang lain.

Karena itu, sebagai seorang mukmin, kita harus ekstra hati-hati, tidak gegabah, dan tergesa-gesa dalam menerima sebuah berita dan informasi. Kita harus jernih, objektif dan menggunakan hati nurani kita dalam memahami isi berita. Jangan sampai informasi salah meskipun datang dari orang yang kita senangi selalu kita benarkan. Sebaliknya, sedangkan informasi benar dari orang yang kita tidak senangi selalu kita salahkan.

Saudaraku, kaum muslimin yang berbahagia

Dalam ayat lain, QS. Al-Ahzab ayat 70-71, Allah berfirman sebagai berikut:

يا أَيُّهَا الَّذينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَ قُولُوا قَوْلاً سَديداً. يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمالَكُمْ وَ يَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَ مَنْ يُطِعِ اللَّهَ وَ رَسُولَهُ فَقَدْ فازَ فَوْزاً عَظيماً

Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kamu kepada Allah dan katakanlah perkataan yang benar, niscaya Allah memperbaiki bagimu amalan-amalanmu dan mengampuni bagimu dosa-dosamu. Dan barang siapa menaati Allah dan Rasul-Nya, maka sesungguhnya ia telah mendapat kemenangan yang besar”.

Secara tersirat, ayat ini memberi penegasan, bahwa segala kebenaran, baik itu sikap, akhlak, dan tutur kata akan lebih mendekatkan kepada ketakwaan. Ketakwaan menjadi dasar kebenaran dalam berucap, bersikap, dan bertutur kata. Ucapan dan tutur kata yang benar akan menjadi sebab sebuah kebaikan tindakan. Dan tindakan yang baik akan menjadi sebab diampuninya sebuah kesalahan dan dosa-dosa kita, baik saat ini maupun yang akan datang kelak..

Oleh karena itu, marilah kita kedepankan tindakan, akhlak dan etika yang baik, terutama dalam hal bermedia sosial dan berselancar di dunia maya. Sebisa mungkin tidak membuat gadunh dan memperkeruh suasana melalui komentar-komentar yang kita belum tahu akan duduk permasalahannya. Kegaduhan yang ada di media sosial di akibatkan salah satunya karena orang yang tidak tahu ikut berkomentar karena merasa tahu.

Terlebih ketika mewabahnya pandemi Covid-19 seperti sekarang ini. Kita harus benar-benar bijak dalam menyebarkan informasi di media sosial dan dunia maya. Tidak asal kopas tanpa tahu sumber, tidak asal share berita kurang bermutu. Kita dituntut untuk menjadi bijak. Sudah seharusnya kita memiliki keShalihan lain di abad ini, yakni Shalih digital.

بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ، وَنَفَعَنِيْ وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ اْلآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ. أَقُوْلُ قَوْلِيْ هَذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ الْعَظِيْمَ لِيْ وَلَكُمْ وَلِسَائِرِ الْمُسْلِمِيْنَ مِنْ كُلِّ ذَنْبٍ. فَاسْتَغْفِرُوْهُ، إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ.

KHUTBAH KEDUA

الْحَمْدُ للهِ الَّذِيْ هَدَانَا لِهذَا وَمَا كُنَّا لِنَهْتَدِيَ لَوْلَا أَنْ هَدَانَا اللهُ، أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلهَ إِلَّا اللهُ الْمَلِكُ الْحَقُّ الْمُبِيْنُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ صَادِقُ الْوَعْدِ الْأَمِيْنُ،

اللّهُمَّ فَصَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَآلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَمَنْ تَبِعَهُ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ، أَمَّا بَعْدُ،

 فَأُوْصِيْنِي وَإِيَّاكُمْ بِتَقْوَى اللهِ حَقَّ تُقَاتِهِ لَعَلَّكُمْ تُرْحَمُوْنَ،

Saudaraku, kaum muslimin yang di rahmati Allah

Mengakhiri khutbah kedua ini, marilah kita berdoa dengan khusyuk, tawadhu’, dan penuh pengharapan, semoga kita semua menjadi pribadi ulul albab, serta mampu menjalankan tuntunan Nabi Muhammad Saw. secara sempurna dan istikamah.

Ya Allah Engkau Yang Mahadamai, dari-Mu bersumber kedamaian, dan juga kepada-Mu berlabuh kedamaian. Hai, Tuhan kami. Hidupkanlah kami dengan penuh kedamaian serta masukkanlah kami dalam surga-Mu, negeri yang penuh kedamaian. Engkau Pemelihara kami, Pemilik keagungan dan kemurahan.

 إِنَّ اللهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلَى النَّبِي يَا أَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا، اللّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ الْأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالأَمْوَاتِ إِنَّكَ أَنْتَ سَمِيْعٌ قَرِيْبٌ مُجِيْبُ الدَّعَوَاتِ يَا قَاضِيَ الْحَاجَاتِ،

 اللّهُمَّ اغْفِرْ لَنَا وَلِوَالِدِيْنَا وَارْحَمْهُمَا كَمَا رَبَّيَانَا صِغَارًا، اللّهُمَّ أَعِنَّا عَلَى ذِكْرِكَ وَشُكْرِكَ وَحُسْنِ عِبَادَتِكَ، اللّهُمَّ أَمِتْنَا عَلَى الْإِسْلَامِ وَالْإِيْمَانِ، رَبَّنَا هَبْ لَنَا مِنْ أَزْوَاجِنَا وَذُرِّيَّاتِنَا قُرَّةَ أَعْيُنٍ وَاجْعَلْنَا لِلْمُتَّقِيْنَ إِمَامًا، رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الْآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ، سُبْحَانَ رَبِّكَ رَبِّ الْعِزَّةِ عَمَّا يَصِفُوْنَ وَسَلاَمٌ عَلَى الْمُرْسَلِيْنَ، وَالْحَمْدُ للهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ، أَقِيْمُوا الصَّلَاةَ!

Athiful Khoiri, Sekretaris PemudaMuhammadiyah, PCM Depok, Yogyakarta

Exit mobile version