Serumpun Padi: Benteng-Benteng Kota
Puisi Asih Minanti Rahayu
Sawah adalah benteng kota,
Melindungi rakyat dari nestapa,
Kemiskinan, kelaparan, serta
kutukan-kutukan alam,
Benteng kokoh menjaga,
Segala bentuk marabahaya,
Kuat melingkupi,
Selingkar negeri subur makmur lestari,
Dimana ada sawah,
Disitulah disenandungkan,
Nikmat-nikmat Tuhan!
“Serumpun padi tumbuh di sawah,
Hijau menguning daunnya!”
Lagu ini didendangkan,
Sedari dulu kala,
Sawah warisan tanah pusaka,
Inspirasi para pujangga, pelagu dan penari,
Keindahan terbentang luas di hamparan bumi pertiwi,
Menghiasi setiap pandang mata ini,
Sawah adalah benteng kota,
Kucari kau sekarang dimana,
Menghilang di sudut-sudut pemukiman,
Berubah menjadi gedung-gedung perkantoran,
Aku rindu,
Melihat kerbau ditunggangi bocah,
Membawa seruling bambu,
Di tengah sawah,
Lukisan pemandangan mereka dipampang,
dalam kalender-kalender tua,
Di masa aku belia,
Kertas bekas yang jadi penutup jendela,
Aku rindu,
Bermain bersama anak-anak bercaping,
Menarik tali orang-orangan sawah,
Sambil duduk di gubuk jerami,
Dan makan siang bersama petani,
Aku rindu,
Berlarian di pematang,
Mencari cimplukan,
Menangkap ikan dan belut di kubangan,
Setelah panen raya tiba,
Menggorengnya di rumah bersama kakak tercinta,
Sawah adalah benteng kota,
Kapankah semua itu kembali?
Sawah membentengi kota ini?
Konsistensi swasembada pangan yang terlupa,
Membuat kita terlena,
Kapankah sawah menjadi kekayaan prestisius negeri?
Dihias villa-villa kayu,
Serta lampu-lampu indah?
Sawah adalah benteng kota,
Akankah tinggal kenangan,
Gambar sawah perangko repelita?
Habis dijual untuk biaya sekolah kedokteran,
Sementara sarjana pertanian bekerja di bank,
Sawah kemudian alih lahan,
Sawah adalah benteng kota,
Ketentraman nusantara padanya,
Kenangan cinta dari negara,
Untuk anak cucu kita,
Amin.
Cilacap, 23 November 2020
Asih Minanti Rahayu, Pecinta Seni, Sastra, dan Agama.
Ketua Ranting Aisyiyah Tegal Kamulyan, Cilacap Jawa Tengah