Awal Mula Iklan Kalender Tahun Baru di Suara Muhammadiyah

Para pembaca Suara Muhammadiyah yang jeli akan senantiasa menyadari bahwa menjelang akhir tahun akan muncul satu jenis iklan yang khas di majalah kesayangan mereka tersebut: iklan kalender. Di iklan itu terpampang kalender tahun yang akan datang. Kalendernya diproduksi oleh Suara Muhammadiyah sendiri. Gambar di kalendernya berwarna-warni.

Tanggal di dalamnya tidak hanya berisi tanggal di tahun Masehi ataupun Hijriah serta dilengkapi oleh tanggal merah (hari libur nasional), tapi juga tanggal penting bagi Muhammadiyah, seperti tanggal milad Muhammadiyah. Iklan kalender semacam ini hadir di Suara Muhammadiyah selama bertahun-tahun. Tapi kapankah iklan kalender semacam ini mulai muncul di Suara Muhammadiyah?

Bila edisi-edisi lawas majalah Suara Muhammadiyah ditelusuri, akan ditemukan bahwa iklan kalender mulai muncul di Suara Muhammadiyah sejak tahun 1920an. Di tahun-tahun awal era 1920an, iklan yang sering hadir di Suara Muhammadiyah edisi reguler (bukan edisi akhir tahun) adalah iklan pakaian, khususnya baju batik.

Di Suara Muhammadiyah edisi 12 Rabingoel-awal tahun 1921, umpamanya, ada iklan dari pedagang batik H. Abdoelaziz N.W. yang mengklaim ‘Selamanya ada sedia batik Djokja jang TOELEN dan jang soeda kesohor di HINDIA WOELANDA’. Ada pula iklan batik dari seorang pedagang batik di Karangkajen yang menjual batik Jogja ‘jang amat mashoernja kasar aloes ada semoea, dan harganja djoega terlaloe moerah’. Adapun iklan kalender tahun baru mulai muncul di Suara Muhammadiyah No. 12, Desember 1923.

Bila dewasa ini iklan kalender di Suara Muhammadiyah berisi informasi tentang motif, desain dan harga kalender, di Suara Muhammadiyah edisi Desember 1923 itu iklan kalendernya berisi informasi yang khas: pernyataan dari pengiklan (Taman Pustaka Muhammadiyah) bahwa permintaan kalender (‘almanak’) tinggi tapi stok terbatas sehingga bagian Taman Pustaka harus melakukan cetak ulang.

Di iklan itu disebutkan:

Pemberian tahoe!

Oleh karena permintaan orang banjak terpaksa ditolak, karena soedah kehabisan Almanak 1924, sekarang telah dipoetoeskan oleh Taman Poestaka mentjetak poela, soepaja sekalian pemesan jang dikembalikan itoe dapat menerima pesanannja.

Maka dari pada itoe barang siapa jang akan pesan lagi boleh minta pada D.M. Siraadj B.A. Kaoeman Djokjakarta. Tjepat saudara, soepaja djangan kehabisan poela.

Pengoeroes Moehammadijah Bg. Taman Poestaka

Warga Muhammadiyah di era itu tidak hanya menjadi modern dengan memasuki sekolah, mempelajari pengetahuan umum, atau mendirikan rumah sakit, tapi juga dengan memiliki kalender di mana mereka bisa mengingat peristiwa di masa lalu secara kronologis dan menyusun rencana ke depan secara sistematis.

Bagi mereka, pengetahuan tentang penanggalan akan bermanfaat baik sebagai Muslim maupun sebagai anggota Muhammadiyah. Dengan kata lain, mempunyai kalender pada tahun 1920an itu adalah sebuah tanda bahwa seseorang tengah mengadopsi salah satu unsur abad modern: pengelolaan waktu secara rasional untuk tujuan produktif.

Oleh sebab itulah Muhammadiyah menggunakan dua kalender, yakni kalender Islam dan kalender Masehi (dalam bahasa Suara Muhammadiyah tahun 1920an kalender ini dikenal sebagai ‘boelan Belanda’). Kalender Islam dipakai untuk mengetahui tanggal penting yang berkaitan dengan ibadah, misalnya tanggal masuknya Ramadhan, tanggal jatuhnya Idul Fitri, tanggal hari-hari besar Islam serta tanggal dimulainya prosesi haji.

Adapun ‘boelan Belanda’ dipakai warga Muhammadiyah untuk berbagai kegiatan sosial keagamaan yang mereka lakukan, seperti vergadering (rapat umum), konferensi, sidang bagian-bagian Muhammadiyah (seperti sidang Bagian Tabligh Muhammadiyah Betawi pada ‘Saptoe, 2-3 November 1923’ dan sidang Bagian Sekolah Muhammadiyah Betawi ‘pada hari Ahat 4 November 1923’), dan masa untuk menghitung secara rutin uang di kas Muhammadiyah (misalnya: ‘keterangan keloewar masoeknja wang Moehammadijah Bagian Tableg, boelan October 1923’ di Suara Muhammadiyah edisi 12, Desember 1923).

Adapun di edisi bulan Desember di tahun-tahun berikutnya di era 1920an, tidak diketahui apakah ada iklan kalender untuk tahun berikutnya. Hal ini dikarenakan tidak lengkapnya koleksi majalah Suara Muhammadiyah yang tersedia.

Barulah di pertengahan dekade 1930an bisa diperoleh lagi informasi tentang iklan kalender di Suara Muhammadiyah. Ini tampak dari halaman belakang Suara Muhammadiyah akhir tahun 1936 (1355 Hijriah). Di sana diharapkan kepada para calon pembeli almanak tahun 1937 untuk bersegera membeli almanak terbitan Pengurus Besar Muhammadiyah Bagian Taman Pustaka. Ini penting mengingat pengalaman sebelumnya ketika permintaan almanak meningkat di akhir tahun tapi stok yang tersedia tidak mencukupi. Ada dua jenis almanak yang dijual, yakni almanak buku dan almanak dinding. Iklannya antara lain berbunyi:

LEKAS PESAN HAMPIR HABIS
Almanak Moehammadijah
1356
Diterbitkan oleh H.B. Moehammadijah bg. Taman Poestaka Djokjakarta
Almanak boekoe……..f 0,85
ongkos kirim……………f 0,15
Almanak dinding……..f 0,07
ongkos kirim……………f 0,03

Selain bisa dikirim ke alamat rumah, di manakah pelanggan Suara Muhammadiyah bisa mendapatkan almanak buku dan almanak dinding di atas? Ada beberapa tempat yang bisa dituju, yakni cabang-cabang dan grup-grup Muhammadiyah, toko buku (‘depot boekoe’) Muhammadiyah di Yogyakarta, Kantor Administrasi Moetiara di Yogyakarta, serta semua agen majalah Suara Muhammadiyah.

Bagian Taman Pustaka Muhammadiyah yang memasang iklan ini di Suara Muhammadiyah menjamin bahwa kalender yang mereka cetak dapat diandalkan dan akan sangat bermanfaat bagi masyarakat, khususnya kaum Muslim. Isi kalender ini, terang Taman Pustaka, ‘ditanggoeng 100 pCt poeas’. Para pembeli diharapkan lekas memesan karena ‘persediaan hanja sekedar tjoekoep sadja’. Terselip pula pesan bagi yang terlambat memesan almanak ini: ‘Jang lambat datang memesan, tidak ditanggoeng bisa dikirim.

Muhammad Yuanda Zara, Sejarawan

Sumber: Majalah SM Edisi 24 Tahun 2018

Exit mobile version