BANTEN, Suara Muhammadiyah – Bersamaan dengan Rapat Kerja Majelis Pemberdayaan Masyarakat (MPM) Pimpinan Wilayah Muhammadiyah Banten, pada tanggal 28 Juli 2018 MPM Banten menandatangani nota kerjasama dengan 3 pihak sekaligus. Pertama penandatangan MoU (Memorandum of Understanding) MPM bersama BUMDESINDO (Asosiasi Badan Usaha Milik Desa se-Indonesia) dalam hal pengembangan desa wisata.
Kedua penandatanganan MoU bersama PT LeuMart dalam hal akselerasi kehadiran gerai ritel LeuMart Tokokita. Ketiga penandatangan kerjasa MPM Banten dengan Parinkraf Universitas Muhammadiyah Tangerang (UMT) dalam hal pengembangan SDM (Sumber Daya Manusia) pariwisata dan wirasusaha industri kreatif.
Langkah ini, kata Zalzulifa Ketua MPM Wilayah Muhammadiyah Banten, adalah bentuk tindaklanjut dari hasil Rakornas (Rapat Koordinasi Nasional) MPM di Surakarta beberapa waktu lalu. “Usai Rakornas kami merasa tertantang untuk bisa berbuat lebih, dan inilah yang sedang kami upayakan,” ujarnya.
Ketiganya merupakan satu rangkaian yang baik guna melahirkan desa-desa berdaya dengan daya jual yang tinggi, baik dari pengembangan pariwisatanya maupun industri kreatifnya. “Bersama Badan Usaha Milik Desa kami mencari potensi wisata dan industri kreatif yang bisa dikembangkan di desa, kemudian sebagai wadah sekaligus alat pemasarannya kami menggandeng PT LeuMart milik Majelis Ekonomi dan Kewirausahaan PP Muhammadiyah, sedang guna menyiapkan tenaga konseptor sekaligus praktisi lapangan kami menggandeng Fakultas baru UMT, Parinkraf (pariwisata dan wirasusaha industri kreatif),” terang Zalzulifa yang juga menjabat sebagai Dekan Fakultas Parinkraf UMT.
Pada gerai ritel LeuMart, Ketua MPM Banten tersebut menjelaskan, memang barang ataupun produk yang dijual sudah ditentukan, namun juga membuka peluang bagi produk UMKM dan home industry untuk menjual produk nya lewat ritel ini. “Tentu akan menjadi motivasi tersendiri bagi warga masyarakat setempat, karena peluang amatlah besar,” tuturnya.
Melihat peluang serta perkembangan zaman, Zalzulifa mengaku optimis bahwa langkah MPM sebagai motor dalam program ini dapat menjadi solusi sekaligus model pemberdayaan masyarakat yang relevan. “Untuk melengkapi kerja bareng ini, dalam waktu dekat kami juga akan menggandeng LPCR (Lembaga Pengembangan Cabang dan Ranting),” imbuhnya.
Dekan Fakultas Parinkraf UMT itu melanjutkan, bahwa jumlah desa di Banten itu ada 1600-an dari delapan kabupaten dan kota. Sementara yang sudah berdiri Ranting Muhammadiyah baru 72 desa. “Artinya peluang sangat terbuka dan ini menjadi pekerjaan besar dan panjang. Bukan hanya berbicara bisnis dan upaya pemberdayaan masyarakat, tapi juga ada misi organisasinya, yaitu di antaranya untuk memancing mendirikan Ranting-ranting baru,” jelasnya.
Karena masih baru, program pengembangan wisata dan industri kreatif ini baru berjalan pada Pimpinan Ranting Muhammadiyah Pondok Rejeki. “Ranting ini sudah mengelola pariwisata dan sedang dalam proses pendirian gerai ritel LeuMart,” pungkas Zalzulifa. (gsh)
Sumber: Majalah SM No 17 Tahun 2018