YOGYAKARTA, Suara Muhammadiyah – Madrasah Mu’allimaat Muhammadiyah Yogyakarta mengadakan resepsi milad ke-102 dan Milad Muhammadiyah ke-108 pada Senin (30/11).
“Karena masih dalam kondisi pandemi Covid-19, milad Madrasah Mu’allimaat Muhammadiyah Yogyakarta kali ini diadakan menggunakan media Zoom dan Youtube,” ujar Imastuti Tricahyani, SPd, MA, ketua panitia.
Ekspektasi masyarakat terhadap Madrasah Mu’allimaat Muhammadiyah Yogyakarta sebagai pusat keunggulan perempuan di abad ke-2 ini semakin tinggi.
Seperti disampaikan Agustyani Ernawati, M.Pd, Direktur Madrasah Mu’allimaat Muhammadiyah Yogyakarta, seluruh warga Mu’allimaat untuk tidak terlena dan merasa puas pada pencapaian Mu’allimaat saat ini. “Akan tetapi hendaknya tetap berkomitmen tinggi dan gigih dalam mengembangkan Mu’allimaat,” tandasnya.
Acara yang mengusung tema “Mu’allimaat as The Center of Progressive Woman Excellence for Global Area” mengundang Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia, Nadiem Anwar Makarim, BA, MBA.
Pada kesempatan kali ini, Mendikbud RI mengucapkan selamat milad kepada Mu’allimaat ke-102 dan Milad Muhammadiyah ke-108.
“Salah satu keteladanan Kyai Haji Ahmad Dahlan yang sangat saya hormati adalah dalam memuliakan perempuan,” kata Nadiem Anwar Makarim, BA, MBA.
Bagi Nadiem Anwar Makarim, BA, MBA, teladan ini hendaknya diteruskan. “Di antaranya melalui Madrasah Mu’allimaat Muhammadiyah yang semakin kuat dalam tradisi akar keilmuannya,” ujar Nadiem.
Sementara itu, Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Prof Dr H Haedar Nashir, M.Si, yang didampingi Ketua Umum Pimpinan Pusat ‘Aisyiyah Dra Hj Siti Noordjannah Djohantini, MM, MSi, mengatakan, Mu’allimaat merupakan tonggak sejarah.
“Kehadiran institusi kader perempuan yang merupakan satu mata rantai dari kelahiran ‘Aisyiyah dan Muhammadiyah sebagai gerakan Islam yang membawa misi kemajuan, kemoderenan dan reformis di tengah perubahan zaman pada awal abad ke-20,” papar Haedar Nashir.
Menurut Haedar, saat itu alam pikiran tentang perempuan masih dikerangkeng. “Lalu, Kiyai Haji Ahmad Dahlan dan Nyai Walidah mendobrak keadaan tersebut untuk kemudian melahirkan pembaharuan,” terang Haedar.
Dari sekian banyak tonggak yang diletakkan oleh Kiyai Dahlan, menurut Haedar Nashir, adalah Madrasah Mu’allimin dan Madrasah Mu’allimaat Muhammadiyah Yogyakarta sebagai pusat kaderisasi yang lahir dari tangan beliau sendiri.
Sementara itu, Ketua Umum PP ‘Aisyiyah, Dr Hj Siti Noordjannah Djohantini, MM, MSi, menyampaikan pengalamannya ketika 49 tahun yang lalu belajar di Mu’allimaat. “Di tempat ini memberi makna dan kebanggaan dalam diri saya,” kata Noordjannah, yang berbicara tentang perkembangan Mu’allimaat dari tahun ke tahun telah mencetak pemimpin perempuan.
Jika Pimpinan Pusat ‘Aisyiyah hadir di banyak tempat di daerah, bahkan di banyak cabang, Noordjannah Djohantini selalu bertemu dengan alumni Madrasah Mu’allimaat Muhammadiyah. “Rasanya bangga karena alumni ini telah bertebaran menjalankan misi Muhammadiyah dan ‘Aisyiyah sebagaimana saat para alumni tersebut mendapat pendidikan di Madrasah Mu’allimaat,” kata Noordjannah.
Pada kesempatan kali ini, disampaikan pemberian reward kepada guru, karyawan dan siswi yang berprestasi. Pada resepsi milad Mu’allimaat ke-102 ada 6 orang guru dan karyawan yang mendapat reward diberangkatkan umroh. “Hadiah berupa umroh diberikan kepada guru dan karyawan dengan masa pengabdian terlama,” jelas Dzat Kurniawan, S.Pd.I, staf Tata Usaha yang mengumumkan reward.
Reward lainnya berupa piagam dan uang pembinaan diberikan kepada guru dan karyawan yang berkinerja baik, guru yang membuat karya inovatif, guru yang menulis artikel, karya tulis, dan buku ber-ISBN, serta guru dan karyawan yang membimbing lomba.
Adapun siswi Mu’allimaat yang mendapat reward sebanyak 335 anak. “Dan reward yang diberikan kepada siswi tersebut berupa pin, sertifikat dan pemotongan SPP 1 bulan, 2 bulan dan 3 bulan,” kata Sri Kurniati, S.Psi, staf urusan pengkaderan Madrasah Mu’allimaat Muhammadiyah Yogyakarta. (Affan)