YOGYAKARTA, Suara Muhammadiyah – Pimpinan Cabang Istimewa Muhammadiyah (PCIM) Amerika Serikat untuk pertama kalinya menggelar Konvensi Tahunan Muhammadiyah AS. Konvensi yang digelar secara virtual pada Sabtu (28/11) waktu setempat tersebut mengusung tema ‘Moving Forward with Knowledge and Commitment to Action’.
Ketua Umum PP Muhammadiyah Haedar Nashir dalam pembukaan Konvensi Muhammadiyah AS pertama tersebut mengatakan bahwa tema tersebut telah mencerminkan spirit pembaruan yang dibawa oleh KHA Dahlan.
Haedar menegaskan bahwa Muhammadiyah harus bisa menjawab tantangan global yang dihadapi pada abad 21 dengan pemikiran-pemikiran ataupun kepemimpinan yang inovatif dan transformatif karena tantangan yang dihadapi masa awal Muhammadiyah dan kini ataupun di masa depan akan berbeda. Salah satu hal penting dalam memupuk upaya tersebut adalah mempertahankan tradisi ulil-albab atau kecendekiawanan. Hal tersebut bisa diwujudkan dengan menjalin dialog dengan berbagai kalangan dengan pemikiran yang beragam.
“Seluruh anggota PCIM di mana pun tidak boleh menjadi orang eksklusif karena apa yang dijelaskan oleh Kiai Dahlan akan pentingnya menambah ilmu pengetahuan.”
Salah satu gejala yang muncul saat ini menurut Haedar adalah kebangitan dari ideologi Kanan atau ‘New Right Ideology’ di berbagai belahan dunia yang salah satunya turut mendorong terjadinya islamophobia seperti Amerika Serikat dan Eropa.
“Islamophobia muncul negara-negara yang justru mempromosikan perdamaian,” tutur Haedar sembari mengungkapkan bahwa di sisi lain terdapat kemunculan new fundamentalism yang menunjukkan ciri-ciri yang lebih rigid dari sebelumnya.
Meskipun demikian, Haedar berpesan bahwa di tengah-tengah fenomena tersebut terdapat kelompok-kelompok yang berupaya untuk menjadi penjembatan dengan pendekatan dialog dan perdamaian.
“Kita jangan melihat hanya dari sisi gelap saja tapi juga dari sisi yang terang. Selain kebangkitan new right dan fundamentalism ada kecenderungan kelompok agama dan kelompok yang berafiliasi pada konsen untuk peradaban ke depan yang melakukan upaya dialog antar peradaban seperti apa yang disebut dengan bridges of peace ataupun new perspective of religion and civilization.”
Haedar kemudian menekankan bahwa PCIM harus mampu memegang peran sebagai penjembatan seperti yang telah disebutkan sebelumnya. Dalam konteks keberadaan islamophobia, PCIM yang tersebar di berbagai penjuru harus mampu menciptakan atmosfir dialog. “. Melawan Islamopbohia bagi Haedar tidak bisa dilakukan secara instan. Janganlah kita memproduksi phobia lainnya yang muncul dari agama kita sendiri, terhadap agama lain ataupun kelompok lain, dimanapun berada.” (Th)