Kader Kesehatan komunitas TBC Care ‘Aisyiyah memiliki peran penting dalam upaya penemuan kasus TBC baru dan berkontribusi besar dalam upaya penanggulangan TBC secara umum di Indonesia.
Hal ini terungkap dalam acara Web-Seminar Diseminasi Riset Investigasi Kontak, Peran Kader, Ansit TBC HIV dan Ansit ACSM pada yang diselenggarakan PR TB ‘Aisyiyah pada Kamis, 3 Desember 2020 melalui media Zoom.
Ibu Christa Dewi, PhD selaku Peneliti Utama dari lembaga PSSI dalam laporan riset evaluasi Investigasi Kontak menyampaikan bahwa investigasi kontak yang merupakan metode penemuan kasus TBC baru, sangat efektif jika dilakukan oleh kader komunitas.
Kombinasi metode IK serta penyuluhan konvensional yang dilakukan para kader kesehatan ‘Aisyiyah juga dirasakan petugas kesehatan sangat membantu. Kader yang berasal dari masyarakat akan memiliki kedekatan sendiri dengan komunitas tersebut. Inilah yang menjadi keunggulan kader yang berasal dari komunitas.
Sejalan dengan hal tersebut, PR TB ‘Aisyiyah juga melakukan penelitian terkait peran kader: Pengaruh Gender Terhadap Temuan Kasus Baru TBC. Penelitian yang dihasilkan dari analisis statistik data kader di wilayah kerja ‘Aisyiyah tersebut disampaikan oleh Ibu Tuti Alawiyah, MSSW, PhD selaku Program Manager PR TB ‘Aisiyah.
Tuti menyampaikan bahwa kader perempuan dengan periode pengalaman menjadi kader yang lama memiliki pengaruh signifikan dalam capaian investigasi kontak; sedangkan kader laki-laki memiliki pengaruh yang signifikan terhadap penemuan kasus. Lebih lanjut, disampaikan juga bahwa kinerja kader laki-laki lebih efektif di wilayah non Jawa, area rural dan wilayah dengan beban TB yang tinggi.
Sedangkan kader perempuan lebih berpengaruh terhadap penambahan kasus di wilayah Jawa dan area urban. Secara spesifik, Ibu Tuti menyampaikan bahwa penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat perbedaan mobilitas kader perempuan dan laki-laki yang mana kader laki-laki kemungkinan dapat menjangkau area yang sulit sedangkan perempuan lebih bisa menjangkau wilayah kota yang lebih padat dan mudah dijangkau.
Dengan menggunakan perspektif gender, penelitian ini juga memberikan diskursus penting bahwa adanya relasi gender dan kontrol dimana kader perempuan memiliki peluang terkendala pola relasi gender antara kader perempuan dan pasien laki-laki. Di lain sisi, kontrol dalam pengambilan keputusan termasuk dalam pencarian pengobatan di tingkat keluarga juga secara umum masih dipegang oleh laki-laki.
Hal ini menjadikan kader laki lebih diterima oleh pasien TBC terutama pasien laki-laki yang jumlahnya lebih banyak dari perempuan. Sehingga penelitian ini memberikan rekomendasi terkait pendalaman isu gender dalam penelitian kualitatif, melakukan rekrutmen kader laki-laki terutama pada area rural dan daerah kabupaten serta peningkatan kapasitas kepada kader dengan melakukan upgrading terkait kapasitas komunikasi dan negoisasi berbasis gender dan meningkatkan level agensi kader perempuan.
Dalam seminar yang diikuti lebih dari 200 peserta dari seluruh Indonesia secara virtual ini, juga dilakukan diseminasi dua riset lainnya, yaitu Analisa Situasi TB-HIV dan Analis Situasi AKMS di wilayah program. Riset Ansit TB HIV, PR TB ‘Aisyiyah bekerja sama dengan konsorsium perguruan tinggi UGM, Unisa, UAD dan Majelis Dikti PP Muhammadiyah, dan Riset Ansit AKMS dilakukan konsorsium UMJ dan Majelis Kesehatan PP ‘Aisyiyah.
Seluruh kegiatan riset dan analisa situasi ini bertujuan untuk melihat bagaimana situasi TB HIV dan AKMS di daerah intervensi program PR TB ‘Aisyiyah, sebagai self-evaluation atas pelaksanaan program, serta untuk mendapatkan rekomendasi untuk perbaikan dan penyempurnaan program ke depan.
Dalam sambutan pembukaan acara oleh Ketua PP ‘Aisyiyah, Ibu Dra. Siti Aisyah, M.Ag yang juga Ketua Dewan Pembina PR TB ‘Aisyiyah disampaikan bahwa evidence based atau bukti berbasis data merupakan salah satu pertimbangan penting oleh ‘Aisyiyah dalam menjalankan sebuah program dan kegiatan. Karena itu Pimpinan Pusat ‘Aisyiyah sangat menghargai upaya riset yang dilakukan PR TB ‘Aisyiyah bersama mitra dalam upaya penyempurnaan upaya penanggulangan TBC ke depan.
Sementara itu, Authorised Signatory (AS) PR TB ‘Aisyiyah, Dr. Rohimi Zamzam, S.Psi, SH, M.Pd, Psikolog dalam sambutan pengantar acara menekankan, meskipun di tahun 2021 ‘Aisyiyah tidak lagi bekerja sama dengan The Global Fund dalam program penanggulangan TBC, ‘Aisyiyah akan konsisten melakukan program penanggulangan TBC di komunitas.
Untuk itu, riset yang telah dilakukan ini, akan menjadi bekal penting dalam pelaksanaan program TBC secara mandiri dan berkelanjutan. Selain itu, hasil riset ini juga diharapkan menjadi warisan PR TB ‘Aisyiyah secara program kepada pemerintah dan pelaksana program yang akan datang.
Kemenkes yang diwakili Subdit TBC yang hadir sebagai penanggap riset dalam acara ini menyampaikan apresiasi atas serangkaian riset yang telah dilakukan oleh PR TB ‘Aisyiyah. Hasil-hasil penelitian ini diharapkan menjadi masukan dalam penerapan metode IK secara nasional, yang memang baru diresmikan Juknisnya pada tahun 2019.
Selain itu, Kemenkes sangat menyadari bahwa secara umum, program penanggulangan TBC mutlak memerlukan dukungan dari semua pihak, apalagi program yang membutuhkan partisipasi aktif masyarakat seperti penemuan kasus baru TBC. Dengan pelibatan organisasi kemasyarakatan dan keagamaan ‘Aisyiyah dalam upaya penanggulangan TBC maka target pemerintah untuk eliminasi TBC di 2030 bisa tercapai.
baca juga: Aisyiyah DIY Buka Layanan Psikososial Masyarakat Terdampak TBC
Djadjat Sudradjat, Bunga Pelangi, PR TB Aisyiyah