Al-Mu’min: Yang Maha Memberi Keamanan

al-Mumin

Kata al-Mu’min disebut dalam Al-Quran sebanyak 22 kali. Tetapi, hanya 1 kali yang berkaitan dengan nama dan sifat-Nya, yaitu dalam Qs Al-Hasyr: 23. Al-Mu’min sendiri berasal dari kata amina yang berarti percaya, membenarkan, menenangkan hati, dan memberi rasa aman. Al-Mu’min bagi Allah, pertama, berarti Yang Maha Pemberi Keamanan kepada semua makhluknya, terutama manusia.

Keamanan dan rasa aman yang kita peroleh tak lepas dari kekuasaan Allah. Kete­nangan hati hanya diperoleh bila kita dekat dengan Allah. Ketidakamanan bukan hanya ka­rena ulah manusia, tapi juga karena binatang buas, bencana alam, dan gangguan jin dan setan. Karenanya, mukmin wajib meminta perlindungan dan rasa aman kepada Allah dengan menyebut “Ya Mu’min” sebagai bagian dari kedekatannya kepada Rabb-nya.

Ada orang yang merasa tidak aman walaupun situasinya aman dan tenteram. Sebaliknya, ada orang yang merasa tenang dan tidak gelisah, meski keadaan sekelilingnya amat genting. Maka, dalam hal ini, hanya Allah-lah yang bisa memberi rasa aman dan tenang pada diri orang yang beriman (Qs Al-Fath: 4). Dalam Qs Al-An’am: 82,

“Orang-orang yang beriman dan tidak mencampuradukkan iman mereka dengan kezaliman, mereka itulah yang memperoleh keamanan dan mereka itu adalah orang-orang yang memperoleh petunjuk.”

Kedua, Al-Mu’min juga berarti Yang Maha Terpercaya. Allah tidak akan pernah meleset dari janji-janji-Nya. Dalam Mausu’ah al-Asma al-Husna (I/63), Imam Al-Qurtubi menyatakan bahwa kelak Allah akan membenarkan keimanan orang-orang mukmin dan akan menunaikan janji-Nya untuk mencurahkan pahala yang dijanjikan-Nya. Pun, akan memberikan siksa neraka kepada mereka yang ingkar kepada Allah.

Beberapa hal yang dapat diteladani dari sifat Al-Mu’min dalam perilaku sosial adalah, pertama, bahwa seorang mukmin itu wajib memberi rasa aman kepada sesama manusia. Ra­su­­lu­llah pernah bersabda, “Demi Allah, tidak beriman” hingga 3 kali. Para sahabat bertanya, “Siapa Ya Rasulullah?” Nabi menjawab, “Yang tidak memberi rasa aman tetangganya dari gangguannya” (HR Bukhari, dalam kitab al-Adab). Memberi rasa aman berarti juga menenangkan saudara kita yang sedang takut atau galau dan menjaga diri sendiri dari ancaman dan gangguan orang atau makhluk lain.

Memaknai Al-Mu’min dapat diwujudkan dengan menunjukkan sikap yang ramah kepada sesama, menciptakan suasana kerja yang menyenangkan, tidak mudah menggosip saudaranya, dan mengembangkan pemikiran yang baik dan positif bagi sesama.

Kedua, sebagai seorang Muslim hendaknya selalu berusaha menjadi orang yang dapat dipercaya dengan selalu bersifat jujur dan selalu menjaga integritas (sesuai antara kata dan perbuatan). Integritas melahirkan kepercayaan. Kepercayaan adalah modal milik seseorang paling berharga dan jauh lebih mahal dari harta kekayaan.

Ketiga, mendalami makna Al-Mu’min akan melahirkan sikap tidak takut kepada apa pun, kecuali kepada Allah. Di mana pun dan kapan pun akan senantiasa yakin bahwa Allah-lah Pemberi rasa aman (keamanan) yang utama. Inilah nilai tauhid yang bisa dibangun dari keyakinan kita kepada Allah Yang Maha Memberi Keamanan dan Yang Maha Terpercaya. Wallahu a’lamu.

Bahrus Surur-Iyunk, Pimpinan Daerah Muhammadiyah Sumenep, Madura

Sumber: Majalah SM Edisi 15 Tahun 2017

Exit mobile version