BANDUNG, Suara Muhammadiyah – Ketua Umum PP Muhammadiyah Prof Dr KH Haedar Nashir, MA mengingatkan agar Muhammadiyah menjadi Berkemajuan perlu merawat pemikiran tajdid. Spirit tajdid yang kreatif dan inovatif dalam persyarikatan perlu menjadi bagian dari gerakan Muhammadiyah.
Demikian disampaikan Haedar Nashir dalam Resepsi Milad Muhammadiyah ke-108 Pimpinan Daerah Muhammadiyah (PDM) Bandung secara virtual, Ahad (13/12). “Jika ingin maju harus memiliki pikiran-pikiran yang kreatif, inovatif, dan berkemajuan itu maknanya tajdid,” tutur Haedar Nashir.
KH Ahmad Dahlan pernah mengungkapkan bahwa untuk menjadi pimpinan Muhammadiyah harus menjadi pimpinan berkemajuan yang sesuai dengan zaman dan keadaan. Oleh karena itu, Haedar Nashir mengungkapkan, salah satu ciri berkemajuan adlaah Muhammadiyah di mana pun perlu membangun pusat keunggulan dan pusat kemajuan.
Haedar Nashir mengatakan dalam konteks pendidikan, lembaga pendidikan yang diselenggarakan Muhammadiyah harus lebih modern. Misalnya UM Bandung bersama Amal Usaha lain mampu terus melangkah ke depan bahkan bisa bersaing di kancah internasional seperti UM Yogyakarta, UM Malang, maupun UM Surakarta. “Untuk sampai ke situ perlu spirit dakwah dan spirit tajdid yang melekat dengan kita bermuhammadiyah,” imbuhnya.
Oleh karena itu, Haedar Nashir mengingatkan bahwa Muhammadiyah tidak bisa sibuk dengan urusan-urusan yang tidak produktif. Dalam hal ini, pimpinan maupun kader perlu memahami Muhammadiyah sebagai gerakan Islam dengan menginternalisasi Kepribadian Muhammadiyah.
Menurut Haedar Nashir, gerakan ekonomi, sosial, pendidikan, kesehatan hingga pemberdayaan masyarakat oleh Muhammadiyah semuanya sebagai bagian dari gerakan Islam. Hal ini merupakan peran Muhammadiyah sebagai gerakan Islam amar makruf nahi munkar dan tajdid yang ingin membangun khairu ummah.
Selain itu, Haedar Nashir juga mengimbau agar segenap warga Muhammadiyah memahami nilai-nilai Islam menurut Manhaj Tarjih secara bayani, burhani, dan irfani. Bayani secara tekstual, burhani secara rasional ijtihad, dan irfani dengan aspek ruhani.
Terakhir, kata Haedar Nashir, momentum milad bukan sekadar ritual dan formalitas, melainkan perlu menjadi muhasabah konstruktif Muhammadiydah sebagai uswah hasanah.
“Muhasabah yang konstruktif, agar Muhammadiyah Bandung, Muhammadiyah Jawa Barat, Muhammadiyah Nasional, bahkan Muhammadiyah ke mancanegara menjadi Muhammadiyah yang rahmatan lil alamiin, uswah hasanah, dan memberi manfaat bagi kehidupan semesta,” pungkas Haedar Nashir. (Riz)