Refleksi Diri setelah Terjangkit Covid-19, Pengalaman Ketua LDK PP Muhammadiyah M Ziyad
Menjalani Ujian Wabah Covid
Alhamdulillah, Allah memberi kesempatan kepada saya untuk menjalani ujian wabah covid 19. Sudah 5 hari dirawat di RS, setelah hasil Swab dinyatakan Positif dengan ada keluhan badan agak lemas dan rongga dada terasa agak berat. Selama pandemi, saya sangat ketat untuk mengikuti protokol kesehatan.
Memohon perlidungan kepada Allah, bermasker, jaga jarak dan suci tangan dengan sabun. Bila di tempat publik melapisi diri dengan plastik pelindung wajah, berada di ruang publik ber-AC saya selalu minta jendela kaca dibuka dan sebisa mungkin tidak berlama-lama. Tapi tetap saja saja ada lengahnya manusia. Misalnya buka masker saat makan atau ada kawan lain yang membuka masker dan berbicara dekat kita, dan lain lain.
Ala kulli hal, Qadarullah, saya dinyatakan positif dan saran dari sahabatku yang dokter dan alumni lulusan covid, saya harus dirawat karena ada keluhan.
Saat saya mendapatkan informasi hasil Swab, posisi saya di rumah sekitar pukul 22.00. Saya masih berada di depan laptop kebetulan sedang input data tugas kampus. Kemudian saya pun membangunkan isteri dan anak-anak untuk mengkondisikan keadaan dengan menerapkan protokol. Malam itu saya benar-benar tidak bisa tidur bukan karena status sebagai “terdakwa covid”.
Karena selama masa pandemi saya berusaha menata mental sewaktu-waktu siapa saja bisa terkena, teringat tulisan ulama terkenal Syekh Ibnu Hajar Al Aqalani tentang wabah Tha’un. Malam itu pikiran saya dipenuhi kepikiran isteri dan anak-anak. Apalagi isteri sudah mulai terdengar ada batuk-batuh. Meskipun selama ini dia batuk karena ada alergi bila udara dingin hujan atau ada debu.
Saya pun langsung pakai masker rangkap dan anak-anak berada di kamar masing-masing, begitu pun dengan isteri. Saya memilih menjauh dari mereka dengan menyandarkan diri di sofa ruang tengah. Isteri pun mengingatkan saya untuk tidur agar imun tidak semakin menurun. Tapi sampai adzan shubuh benar-benar tidak bisa tidur dan malam itu saya gunakan berdzikir dan berfikir untuk ngatur langkah-langkah pagi harinya. Pagi itu setelah saya bawa baju di koper dan bismillah berangkat ke rumah sakit.
Alhamdulillah, Allah berikan solusi dan kekuatan. Saya meluncur ke rumah sakit dengan menyetir sendiri. Sepanjang jalan banyak berdoa memohon kekuatannya karena dada mulai agak berat. Saya tiba di RS dengan aman dan terkendali. Kemudian saya meminta bantuan ke sahabat untuk Swab terhadap isteri dan ketiga anak saya, serta melakukan penyemprotan disinfektan.
Jika selama pandemi saya banyak memberi ceramah lewat Zoom untuk menyapa dan menyemangati saudara-saudara kita yang sedang dirawat di RS. Banyak cerita-cerita haru dan tangis penuh berharap pertolongan dari Allah untuk kesembuhan. Hari-hari dalam kesendirian banyak dimanfaatkan untuk ibadah maktubah dan sunnah, tilawah al-Qur’an, berdzikir, membaca buku sebagai tambahan nutrisi untuk menguatkan hati agar tetap kuat dan selalu berhusnudhan kepada Allah.
Begitu juga selama ini hanya mendengar cerita-cerita dari tenaga medis tentang beratnya tugas-tugas kemanusiaan mereka. Kini saya pun mengetahui detailnya sendiri. Para dokter dan tenaga medis yang rutin memeriksa saya dan mengontrol obat-obat. Selalu saya tanya siapa namanya? Dan setelah itu saya mengangkat tangan seraya berdoa memohon kepada Allah agar mereka para Nakes ini dilindungi kesehatannya dan dijauhkan dari terpapar oleh pasien. Mereka pun turut mengaminkan doa itu.
Para tenaga medis sungguh benar-benar sangat dibutuhkan dan menjadi ujung tombak utama untuk menolong pasien-pasien covid yang kini jumlahnya terus bertambah dan masih mengantri di IGD karena keterbatas tempat rawat.
Selama dirawat di RS banyak dukungan moral dan doa masuk ke WA, dari guru, sahabat dan murid untuk menguatkan saya agar tetap semangat karena virus ini akan merajela bila daya imun tubuh rendah. Saya pun berusaha semangat dan kuat.
Jujur, dalam kesendirian ini sebagai refleksi diri mengingatkan kita akan suatu masa dalam kesendirian di alam kubur. Inilah yang membuat hati saya dalam setiap untain do’a dan bacaan ayat-ayat-Nya mata ini meleleh deras. Seraya memohon ampunan dan pertolongan Allah untuk kesembuhan.
Semoga sahabat-sahabat semua tetap sabar dan tidak lelah serta lengah untuk tetap mengikuti protokol kesehatan, demi kemaslahatan kesehatan bersama. Semoga Allah melindungi kesehatan kita semua.
Mohon doanya agar saya dan kawankawan yang masih dirawat, segera Allah berikan kesembuhan. Ya Syafi, isyfina.
M Ziyad Ketua LDK PP Muhammadiyah