PURWOKERTO, Suara Muhammadiyah – Universitas Muhammadiyah Purwokerto menggelar acara the 6th Asia-Pacific Education And Science Conference (AECon) bertajuk ‘Empowering Human Development Through Science and Education’ di Aula AK. Anshori melalui telekonferensi 19-20 Desember 2020.
AECon diikuti sedikitnya 108 Partisipan dan 158 orang presenter. Peserta yang terdiri dari peneliti, dosen, guru, dan mahasiswa pasca sarjana dari berbagai negara seperti Jepang, Taiwan, Philipina, Malaysia, Australia dan negara di Asia Pasifik lainnya ini dipertemukan untuk mendiskusikan isu-isu teoritis dan praktis di semua bidang Pendidikan dan Sains.
Wakil Dekan 1 UMP Saefurrohman,PhD menjelaskan selain kegiatan seminar, sebelumnya Ahad, 20 Desember dilakukan Workshop Publikasi Ilmiah dengan narasumber Dr Heri Nurdiyanto, SKom, M.Ti, STIMIK Dharma Wacana Metro, Editor In Chief International Journal of Artificial Intelligence Research dan Section Editor, Reviewer dari beberapa jurnal terindex SCOPUS dan WOS.
Sementara itu dalam penelitian yang dilakukan oleh Saefurrohman, tentang Praktik Penilaian Kelas terhadap Guru SMP di Indonesia, dapat disimpulkan bahwa Penilaian tidak hanya mengumpulkan data nilai ataupun target pembelajaran dari siswa, tetapi juga penilaian digunakan untuk mengukur bagaimana siswa dapat mengenali kekurangan dan kelebihan masing-masing untuk mencapai tujuan pembelajaran.
“Guru SMP di Indonesia menggunakan penilaian untuk pembelajaran sebagai inti dari penilaian mereka. Alat yang digunakan untuk mengukur penilaian siswa sebagian besar adalah menggunakan buku cetak/buku panduan. Total dari seluruh nilai siswa dijadikan nilai akhir dalam penilaian,” jelasnya.
Sementara itu, Professor William (Bill) Atweh sebagai Science and Mathematics Education Centre (SMEC), Curtin University, Australia dalam makalahnya yang berjudul Designing and Researching Flexible Educational Environments menjelaskan bagaimana merancang dan meneliti lingkungan pendidikan yang fleksibel.
Menurutnya tantangan- nyata dunia Pendidikan ditengah krisis wabah COVID 19 yang mengubah desain pendidikan menjadi online teaching. Pada online teaching, guru/dosen dapat menggunakan satu atau lebih platform untuk memfasilitasi interaksi belajar siswa.
“Pada online teaching ini, kualitas interaksi pembelajaran menjadi suatu yang sangat penting, baik interaksi siswa-siswa (SS), siswa-guru (SG), atau siswa-konten materi (SK). Meskipun di masa pandemic COVID19, siswa dapat melakukan pembelajaran mandiri, hal ini tidak serta merta membebaskan guru dari tanggung jawabnya dalam mengajar,” paparnya.
Dosen UMP Drs Ahmad, PhD menambahkan tentang pembelajaran di era Covid-19 pandemic, dapat disimpulkan bahwa dalam memberikan materi terhadap siswa, hal yang perlu dilakukan oleh guru adalah dengan mengetahui karakteristik siswa, interaksi yang akan digunakan, dan platform daring untuk mencapai tujuan dan output dari pembelajaran siswa.
“Dalam pandemi covid-19 ini, guru dapat menggunakan platform daring seperti moodle, onclass, schoology, zoom, google meet atau platform lain dengan menggunakan metode flipped classrom yang dapat dikombinasikan dengan berbagai macam kegiatan dan penilaian yang dapat dilakukan secara blended learning untuk mencapai tujuan pembelajaran,” pungkasnya. (Listika Yusi Risnani)