Perayaan Natal Sebagai Ujian Keimanan
Oleh: Prof Dr H Tobroni, MSi
Pada setiap tanggal 25 Desember umat Kristiani merayakan hari Natal yang dipercayai sebagai hari kelahiran Yesus Kristus atau Nabi Isa AS atau Isa Al-Masih Putera Maryam. Tulisan ini singkat ini tidak dikemukakan tentang hukum mengucapkan selamat Natal, melainkan bagaimana perayaan Natal dapat menjadi ibrah, lesson learned atau pelajaran bagi umat Islam untuk untuk melakukan instrospeksi diri sejauh mana ketauhidan kita dapat terus terjaga dari anasir-anasir kesyirikan baik syirik yang besar (syirik kubro) maupun syirik yang kecil (syirik sughro).
Allah Yang Maha Kuasa menciptakan segala sesuatu sesuai dengan kudrat dan iradatNya termasuk tentang hal ihwal Nabi Isa AS. Allah menunjukkan kuasanya tentang Isa AS antara lain: Pertama, Nabi Isa AS diciptakan dari seorang perawan suci dan dari keluarga terhormat, kelauarga para Nabi yaitu Siti Maryam binti Imran keturunan Nabi Sulaiman dan Nabi Dawud. Paman Maryam adalah Nabi Zakaria dan sepupunya adalah Nabi Yahya.
Dari garis keturunan serta karib kerabat Maryam ini mengandung makna bahwa perawan Maryam tidak mungkin berhubungan dengan lelaki sehingga melahirkan anak. Kehamilan perawan Maryam atas kehendak Allah melalui Malaikat Jibril yang mewujud laki-laki sempurna yang disebut juga sebagai Ruh al Kudus.
Kedua, Nabi Isa diangkat sebagai Nabi dan rasul, sejak masih bayi dan sudah bisa berbicara tentang siapa dirinya, kesucian ibunya, dan pengangkatannya sebagai Nabi dan Rasul. Nabi Isa dapat menguasai Kitab Taurat (Kitab Perjanjian Lama) yang asli untuk diajarkan Kembali kepada Bangsa Israel setelah mengalami pembengkokan oleh para pemuka Yahudi.
Ketiga, mukjizat nabi Isa antara lain dapat menghidupkan burung dari tanah liat, dapat menyembuhkan orang buta sejak kelahirannya dan menyembuhkan penyakit kusta, menghidupkan orang yang telah mati dengan izin Allah, dapat mengetahui rahasia orang lain, dan dapat mendatangkan makanan langsung dari Allah SWT.
Keempat, kelahiran Nabi Isa, hari wafatnya dan hari kebangkitannya kembali sebagai hari yang diberkati dan membawa rahmat dan kedamaian. Saat kelahiran dan wafatnya Nabi Isa tidak sebagaimana manusia pada umumnya. Asal usul kelahirannya di luar nalar ilmiah, saat fawatnya juga menimbilkan misteri dan demikian juga pada saat kebangkitannya kembali, juga tidak sebagaimana manusia pada umumnya, apakah Nabi Isa wafat di tiang salib ataukah diangkat oleh Allah yang berarti sampai sekarang beliau masih hidup beserta fisiknya.?
Keajaiban-keajaiban tentang Nabi Isa Al Masih Putera Maryam mulai proses kehamilan sampai saat kelahirannya, kemukjizatannya, dan tentang kewafatannya semuanya atas kehendak Allah, atas ijin Allah dan Allah menunjukkan kekuasaannya. Artinya yang Maha Kuasa dan yang luar biasa bukan Nabi Isa melainkan Allah yang Maha Kuasa.
Segala sesuatu yang terjadi pada diri Nabi Isa adalah Sebagian bukti atas kekuasaan dan kemahabesaran Allah Yang Maha Besar dan hal ini menjadi salah satu bentuk ujian keimanan dan ketauhidan bagi umat manusia akhir jaman.
Adalah kesalahan besar ketika Allah menunjukkan kuasanya atas Nabi Isa lantas manusia menuhankan Nabi Isa. Hal yang sama bisa terjadi pada saat Tuhan menunjukkan kuasanya dengan meletuskan gunung berapi yang dahsyat maka apa lantas manusia menuhankan gunung berapi. Terhadap segala sesuatu yang terjadi harus kita kembalikan kepada Allah SWT sebagai satu-satunya pencipta langit dan bumi dan segala isinya, satu-satunya Tuhan yang berhak disembah dan tiada Tuhan selain dari padaNya. Menuhankan Isa Al Masih putera Maryam adalah salah satu bentuk syirik kabir (kemusyrikan yang besar) dan syirik jahr (kemusyrikan seraca terang-terangan).
Pelajaran Perayaan Natal
Lalu pelajaran atau ibrah apa yang dapat kita petik dari peristiwa Isa al-Masih putera Maryam serta perayaan Natal ini? Pertama, agar umat Islam dapat belajar dari kesalahan umat Nasrani yang melakukan aniaya besar yaitu menempatkan Isa Al-Masih Putera Maryam sebagai Tuhan dan sekaligus anak Tunggal Allah. Isa al-Masih adalah salah satu Nabi dan Rasul Allah. Nabi Adam lahir tanpa ayah dan ibu, Siti Hawa lahir tanpa seorang ibu dan Nabi Isa lahir tanpa seorang ayah.
Nabi Ibrahim AS diberi mukjizat selamat dari pembakaran terhadap dirinya, Nabi Musa AS dengan tongkatnya dapat membelah lautan, Nabi Sulaiman AS dapat menundukkan binatang dan Jin, dan Nabi Muhammad di Isra’ mi’rajkan kan dari masjidil Haram ke Masjidil Aqsha terus naik ke Sidratul Munthaha dalam waktu tidak ada semalam.
Kedua, agar umat Islam memurnikan keimanan dan ketauhidannya, bahwa tiada Tuhan selain Allah dan Muhammad adalah nabi dan rasulNya. Hanya Allah yang Esa yang menciptakan langit dan bumi dan segala isinya, yang memberi rizki dan lain sebagainya (tauhid rububiyah). Hanya Allah satu satunya yang berhak diibadahi dan padaNya kita bergantung dan memohon (tauhid uluhiyah), dan hanya Allah yang maha Esa yang memiliki sifat-sifat kesempurnaan (tauhid asma wa sifat).
Ketiga, agar umat Islam terus bersemangat dan berjuang untuk berdakwah mengajak mereka kepada akidah dan tauhid yang lurus sebagaimana misi semua agama samawi dan millah Ibrahimiyah serta menghilangkan perbuatan syirik, menghamba dan berserah diri hanya kepada Allah semata.
Keempat, Islam menempatkan keluarga Siti Maryam binti Imran secara terhormat dengan menjadikan nama surat dalam Al-Qur’an yaitu Surat Ali Imran dan Surat Maryam. Islam mengajarkan untuk mengimani, memuliakan dan mengungkapkan keutamaan-keutamaan Nabi Isa Al Masih Putera Maryam AS sebagai Nabi dan Rasul. Dari sinilah tidak pernah terdengar di seluruh dunia ada umat Islam memiliki pandangan negatif apalagi melakukan penistaan terhadap Isa Al-Masih Putera Maryam beserta keluarga besarnya. Bahkan Surat Maryam dalam al-Qur’an sebagai salah satu bacaan favorit kaum Muslimin dan banyak dibaca oleh imam dalam shalat fardlu.
Kelima, antara ajaran al-Qur’an dan Injil dalam banyak hal terdapat persamaan dan titik temu, perbedaan yang mendasar adalah ajaran tentang Isa Al Masih atau Yesus Kristus sebagai Tuhan dan anak tunggal Tuhan dalam bingkai trinitas bersama Tuhan Bapa dan Roh Kudus. Terhadap persoalan trinitas ini Islam memerintahkan untuk menolak dengan tegas keyakinan yang dianggap kesesatan yang paling nyata dan bahkan kekafiran. “Buat kamu agamamu dan buat aku agamaku”.
Namun demikian terhadap eksistensi umat Kristiani diperintahkan untuk saling mengakui keberadaannya, saling menghormati, saling bekerjasama dan saling tolong menolong dalam persoalan kehidupan dan kemanusiaan, bahkan makanan dan sembelihan umat Kristiani halal bagi umat Islam. Tidak ada kebencian dan permusuhan umat Islam terhadap umat Nasrani disebabkan karena faktor agama. Umat Islam dipertintahkan untuk berlomba-lomba dan menjadi yang terdepan dalam kebajikan (fastabiqul khairat).
Momen seputar perayaan natal dan tahun baru memberikan pelajaran terbaik untuk meningkatkan keimanan, meluruskan akidah dan memurnikan tauhid serta banyak bersyukur kepada Allah karena Al-Qur’an dan umat Islam masih mampu menjadi tiang penyangga keyakinan tauhid sebagaimana diajarkan semua Nabi dan Rasul dalam Millah Ibrahimiyah (Allahu a’lam bisshawab).
Prof Dr H Tobroni, MSi, Guru Besar dan Dekan FAI UMM, Anggota Majelis Diktilitbang PP Muhammadiyah