Inspirasi Sodaqoh Rosok PCPM Tulung
Rosok merupakan sebutan dalam bahasa Jawa untuk menyebutkan barng-barang yang sudah tidak terpakai atau barang bekas. Umumnya, bagi si pemilik barang bekas atau rosok merasa barangnya sudah tidak begiru berarti bahkan cenderung dianggap sampah. Karenanya cenderung si pemilik justru ingin menyingkirkan rosok dari lingungan rumah karena dianggap menuh-menuhi ruang yang ada. Di sinilah kejelian Pimpinan Cabang Pemuda Muhammadiyah (PCPM) Tulung, Klaten, Jawa Tengah, dengan program briliannya bernama Sodaqoh Rosok.
Program ini digagas dan dijalankan Pemuda Muhammadiyah Tulung sejak 2016 lalu, yang awalnya hanya diperuntukkan bagi kalangan sendiri, yaitu warga persyarikatan. Namun baru enam bulan berjalan, melihat manfaat dari program ini, masyarakat di luar warga persyarikatan pun akhirnya turut serta meramaikan Sodaqoh Rosok ini.
Agung Ketua PCPM Tulung menceritakan, bahwa program Sodaqoh Rosok ini berawal dari kesulitannya Pemuda Muhammadiyah dalam penggalangan dana untuk berbagai kegiatan mereka baik ke luar maupun ke dalam. “Ya mungkin orang pada umumnya merasa keberatan jika menyumbangkan (memberi) materi dalam bentuk uang. Akhirnya muncul ide Sodaqoh Rosok yang semua orang merasa enteng dan lebih sukarela untuk menyumbangkan barang-barang yang kurang berharga kepada kami. Sejak itu pula Sodaqoh Rosok jadi lebih hidup,” ungkapnya.
Teknisnya, Koordinator Sodaqoh Rosok Wardoyo memaparkan, pengumpulan rosok akan dilakukan sebulan sekali dengan menjemput langsung ke rumah-rumah warga. Untuk sebagian sekolah bahkan Pemuda Muhammadiyah menyediakan tempat khusus untuk rosok-rosok yang dikumpulkan oleh siswa. Baru setelah itu, semua rosok dikumpulkan dan dijual kepada pengepul.
Hasil dari penjualan itu, Wardoyo menjelaskan, 30 persen untuk Pemuda Muhammadiyah dengan rincian 15 persen untuk kas Pemuda dan 15 persen untuk operasional tim Sodaqoh Rosok. Selebihnya, 70 persen dibagikan kepada fakir miskin dan beasiswa bagi anak-anak yang kurang mampu se-kecamatan Tulung.
“Untuk fakir miskin kami beri dalam bentuk sembako, sedang untuk program beasiswa dalam bentuk perlengkapan sekolah dan alat tulis. Sejak awal adanya program ini, bantuan kami tidak hanya diperuntukkan bagi kalangan sendiri, tapi juga untuk warga umum yang bukan warga Muhammadiyah,” imbuh Wardoyo yang juga merupakan Komandan Kokam Tulung.
Dalam sekali pengumpulan rosok, yaitu setiap bulannya, Pemuda Muhammadiyah Tulung bisa mengumpulkan uang sebesar 1,5 hingga 2 juta rupiah. Puncaknya adalah pada enam bulan awal dimulainya program ini. bahkan besaran dana yang masuk lebih banyak lagi. Sayang akhir-akhir ini program ini mengalami penurunan.
“Mungkin karena stok rosok yang dimiliki warga sudah mulai berkurang. Tapi ke depan kami akan meluaskan wilayah karena belum semua desa di kecamatan Tulung tersentuh program ini. Sekaligus kami memiliki wacana tidak hanya barang bekas yang kami kelola, tapi kami juga ingin mengelola sampah. Semoga saja segera terwujud,” harap Wardoyo saat diwawancarai Suara Muhammadiyah baru-baru ini. (gsh)
Sumber: Majalah SM Edisi 24 Tahun 2018