• Tentang SM
  • Disclaimer
  • Redaksi
  • Media Siber
  • Term & Condition
  • Privacy Policy
  • Hubungi Kami
Sabtu, Juli 19, 2025
Suara Muhammadiyah
No Result
View All Result
  • Login
  • Home
  • Berita
  • Khazanah
  • Hadlarah
  • Khutbah
  • Tanya Jawab Agama
  • Wawasan
  • Humaniora
  • Home
  • Berita
  • Khazanah
  • Hadlarah
  • Khutbah
  • Tanya Jawab Agama
  • Wawasan
  • Humaniora
No Result
View All Result
suaramuhammadiyah
No Result
View All Result

Haedar Nashir: Moderasi Berasal dari Karakter Islam dan Indonesia itu Sendiri

Suara Muhammadiyah by Suara Muhammadiyah
30 Desember, 2020
in Berita
Reading Time: 2 mins read
A A
0
Share

YOGYAKARTA, Suara Muhammadiyah-Moderasi Islam melekat dengan ajaran Islam mengenai konsep wasatiyah atau wasatiyatul Islam atau Islam jalan tengah. Konsep dasar Islam tentang wasathiyah ini merupakan rumusan ijtihad yang lahir dari prinsip-prinsip Islam itu sendiri. Sisi lain, moderasi keindonesiaan juga berakar pada karakter bangsa sejak lama.

Hal itu disampaikan Ketua Umum PP Muhammadiyah Haedar Nashir dalam Webinar Refleksi Akhir Tahun dengan tema “Moderasi Keislaman dan Keindonesiaan” yang diselenggarakan oleh Program Doktor Politik Islam Universitas Muhammadiyah Yogyakarta bekerjasama dengan Majelis Pustaka dan Informasi Pimpinan Pusat Muhammadiyah dan Pascasarjana UMY, pada Rabu, 30 Desember 2020, via Zoom Meeting dan Live YouTube.

Baca Juga

Deni Asy’ari Tekankan Relevansinya Mengonsolidasikan Gerakan Ekonomi Berjamaah

Muhammadiyah Kritik DPR Langgar Keputusan MK

Menurut Haedar Nashir, pilihan paradigma wasathiyah ini bukan sesuatu yang qat’iy, namun punya akar yang kuat di dalam Al-Qur’an. Haedar merujuk ayat tentang ummatan wasatha dalam QS Al-Baqarah: 143. Mengutip Ibnu Katsir, Haedar menyebut ummatan wasathan merupakan ciri dari khairu ummah dalam QS Ali Imran: 110, yang model dan contoh teladan utamanya ialah Nabi Muhammad SAW.

Nabi mengajak umatnya untuk menjadi umat tengahan sebagai umat terbaik dan dilarang untuk ghuluw atau berlebihan dalam beragama. Wasathiyatul Islam dalam pandangan Muhammadiyah ada proses dan ada tujuan, untuk membentuk masyarakat Islam yang sebenar-benarnya atau masyarakat utama.

Haedar menyebut bahwa konsep Islam wasathiyah dalam konteks dunia modern dapat selaras dengan demokrasi, HAM, modernisme, dan seterusnya. Menurut Muhammad Hashim Kamali (2015) yang dirujuk Haedar, wasathiyyah sangat selaras dengan konsep keadilan dalam Islam yang berarti memilih posisi di tengah di antara titik-titik ekstrem.

“Wasathiyah mengandung nilai tengahan dan tidak ekstrem dalam beragama. Prinsip moderasi itu berasal dari karakter Islam itu sendiri,” ujarnya. Haedar menyatakan bahwa pada saat haji wada, ada seorang sahabat melempar batu dengan terlalu bersemangat, Nabi mengingatkan bahwa, “engkau jangan berlebihan atau ghuluw!”

Selain dalam Al-Qur’an, Haedar menyebut bahwa prinsip moderasi juga dapat ditemukan pada banyak hadis Nabi Muhammad. Semisal hadis, basysyiru wala tunaffiru, wayassiru wala tu’assiru. “Sampaikanlah kabar gembira dan janganlah menakut-nakuti, serta permudahlah dan janganlah mempersulit,” (HR Muslim).

Sementara itu, dalam konteks Indonesia, prinsip moderasi terbentuk sejak awal. Dalam proses integrasi berbagai suku menjadi suatu bangsa, terjadi proses yang interaktif dan moderat. “Suku setempat dan agama setempat mengalami proses transisi dan integrasi dengan cara yang damai,” kata Haedar. Ketika datang penjajah, semua bersatu melawan musuh dari luar.

Tantangan gerakan moderasi kerap harus berhadapan dengan alam pikiran radikal-ekstrem. Termasuk paradigma deradikalisme yang sebenarnya di dalamnya terkandung muatan radikalisme baru. Hal ini dianggap hanya oposisi-biner yang melahirkan radikalisme baru. “Moderasi bukan melawan ekstrem, tetapi membangun konstruksi tengahan,” ungkap Haedar.

Haedar mengingatkan para pejabat negara untuk berhati-hati dalam mengeluarkan kebijakan. Negara jangan sampai terpola dengan gerakan deradikalisasi dalam menghadapi radikalisme. “Apalagi jika program deradikalisasi itu secara biasa ditujukan hanya kepada umat Islam yang dianggap sebagai sarang radikalisme-ekstremisme.” (ribas)

Tags: Haedar NashirModerasi IndonesiaModerasi Islammuhammadiyah
Suara Muhammadiyah

Suara Muhammadiyah

Related Posts

Deni Asy’ari Tekankan Relevansinya Mengonsolidasikan Gerakan Ekonomi Berjamaah
Berita

Deni Asy’ari Tekankan Relevansinya Mengonsolidasikan Gerakan Ekonomi Berjamaah

28 September, 2024
Prof Dr Abdul Mu'ti
Berita

Muhammadiyah Kritik DPR Langgar Keputusan MK

22 Agustus, 2024
Tingkatkan Taraf Hidup Rakyat, Muhammadiyah MoU dengan BCA Syariah
Berita

Tingkatkan Taraf Hidup Rakyat, Muhammadiyah MoU dengan BCA Syariah

2 Juli, 2024
Next Post
Suara Muhammadiyah, Aktor Di Balik Kemajuan Bangsa

Suara Muhammadiyah, Aktor Di Balik Kemajuan Bangsa

Please login to join discussion
  • Kotak Pos
  • Privacy Policy
  • Disclaimer
  • Pedoman Media

© SM 2021

No Result
View All Result
  • Home
  • Berita
  • Khazanah
  • Hadlarah
  • Khutbah
  • Tanya Jawab Agama
  • Wawasan
  • Humaniora

© SM 2021

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In