YOGYAKARTA, Suara Muhammadiyah – Suara Muhammadiyah telah memberikan sumbangan besar bagi gerakan literasi kepada masyarakat luas. Di mana masyarakat diajak belajar menerima informasi, menyeleksi informasi, dan menjadikan informasi sebagai hal penting sebagai kemajuan berpikir, kemajuan pengetahuan, dan kemajuan hidup.
Demikian disampaikan Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah Prof Dr KH Haedar Nashir, MSi dalam Proyeksi dan Apresiasi Suara Muhammadiyah, Rabu (20/12). Apresiasi Suara Muhammadiyah adalah bentuk penghargaan yang diberikan kepada berbagai pihak yang menjadi mitra Suara Muhammadiyah.
Suara Muhammadiyah sebagai majalah tertua yang didirikan oleh KH Ahmad Dahlan dan para penggerak generasi awal Muhammadiyah merupakan media yang bergerak memberikan beragam informasi, pemikiran, dan berita resmi Muhammadiyah. Pada saat itu merupakan suatu hal yang langka, di mana umat Islam di Indonesia saat itu belum terbiasa mempublikasi melalui media cetak.
Kita berharap media ini memperoleh tempat di hati masyarakat luas. Termasuk bagi para generasi muda dan kaum millennial. Dalam konteks inilah peran penulis sangat penting, baik yang mengenai rubrik persyarikatan, kebangsaan, maupun isu-isu global.
Suara Muhammadiyah baik secara institusi media, maupun para penulis sebagai penyebar ide-ide kita harapkan membawa pikiran-pikiran yang sesuai dengan tagline Suara Muhammadiyah, yakni menjadi media yang membawa Syiar Islam Berkemajuan.
Syiar Islam Berkemajuan itu di dalam suasana dan konteks kehidupan yang sekarang didominasi teknologi informasi, melintas bergerak cepat melalui media digital sangatlah penting. Suara Muhammadiyah mempunyai jendela dan bagian penting dengan mengembangkan ranah digital. Jadi Suara Muhammadiyah ada dua corak yaitu corak cetak dan digital. Tentu untuk menjadi media digital yang berkemajuan diperlukan syarat yang secara kualitatif harus jauh lebih baik.
Suara Muhammadiyah digital dan cetak harus menjadi media yang meluas di masyarakat dan memperoleh tempat yang secara inklusif di masyarakat, khususnya bagi generasi milenial yang akan menjadi pewaris ummat di masa depan. Karena itu dibutuhkan asupan informasi, pemikiran, pengetahuan, pemikiran mendalam yang luas baik menyangkut keislaman dan pengetahuan universal.
Tidak mungkin mereka bisa menyerap ide-ide keislaman yang mendalam jika tulisan dan informasi yang dimuat oleh Suara Muhammadiyah baik cetak dan digital tidak bergizi tinggi dan menarik. Kaum milenial butuh sesuatu yang menarik dan keren substansinya, sehingga Suara Muhammadiyah harus melakukan akselerasi yang lebih berani, lebih progressif, dan lebih maju.
Jika ingin Islam ke depan dalam kehidupan kebangsaan yang moderat dan berkemajuan, harus ditanamkan sejak dini bagi kaum muda. Kalau yang sudah tua akan lebih sulit berubah, kalau yang muda masih seperti gelas kosong yang belum diisi.
Para penulis Suara Muhammadiyah diharapkan ada inovasi dan kreatifitas lagi, lebih menarik, dan punya daya pikat. Penulis tidak cukup mengandalkan kebiasaan atau bakat. Harus ada adaptasi baru dengan cara belajar lebih baik lagi baik dari teknis penulisan maupun isi. Baik tentang wawasan keislaman baik yang klasik maupun kontemporer.
Sebagai media, Suara Muhammadiyah perlu seksama. Jangan semua berita masuk. Tanpa berpikir ini layak atau tidak, bukan hanya mengejar rating tapi memberikan dampak dan perubahan akal pikiran.
Suara Muhammadiyah memberikan apresiasi kepada penulis, dan juga diharapkan ada pengembangan kualitas dan juga sajian tulisan. Lebih dari itu memancing penulis muda yang kreatif, baik dari sekolah maupun lembaga pendidikan Muhammadiyah.
Terima kasih kepada Suara Muhammadiyah dan para penulis. Mudah-mudahan Proyeksi dan Apresiasi Suara Muhammadiyah bisa menjadi aktualisasi diri dan menyebarluaskan minat kita dalam menulis. Warga Muhammadiyah mesti mempunyai kesadaran membaca yang luas dan membaca yang kritis.
Pesan untuk Pimpinan Muhammadiyah, tidak cukup mengandalkan keterpilihan, tapi juga kualitas dan pengabdian, semakin tinggi kualitas dan semakin tinggi pengabdian akan menjadi energi yang segar bagi persyarikatan. Kalau tidak mau membaca, kita akan besar tapi dalam stagnasi. Problemanya kalau pemikiran pimpinannya tidak maju, nanti ketinggalan. Pemikiran kan berkembang, bahkan teori juga berubah. Maka para pimpinan Muhammadiyah harus terus belajar. (Farah/Riz)