Revolusi Gosip 4.0
Oleh: Ilham Lukmanul Hakim
Diantara tanda era ini adalah cara hidup manusia yang berubah dalam skala yang luas dengan kecepatan yang hebat. Perhatikan saja bagaimana alat tenun dapat tersebar ke seluruh Eropa. Ia membutuhkan 120 tahun lamanya, sedangkan internet tersebar ke seluruh dunia cukup dengan satu dekade saja. iPhone diluncurkan pertama kali pada tahun 2007, untuk kemudian terdapat 2 miliar telepon pintar yang tersebar pada akhir 2015. Hal ini sudah barang tentu mengubah cara hidup manusia. Mulai dari cara bersosialisasi yang berpindah ke media sosial, ekonomi perdagangan yang kreatif dan efektif dengan metode peer to peer, politik pemerintahan yang semakin terbuka, dan yang paling populer adalah sosialisi pertukaran informasi gosip yang tersedia sesuai kebutuhan pengguna (on demand gossip).
Membicarakan kejelekan orang lain memang seburuk memakan daging bangkai saudaranya sendiri, namun senikmat memakan kue kering dan teh hangat di pagi hari, apalagi saling menyuapi. Barangkali demikianlah maksud dari hadis yang berisi kekhawatiran Jibril, saat melihat syurga yang dikelilingi oleh hal-hal yang tidak menyenangkan sehingga tak akan ada seorangpun yang memasukinya. Sedangkan neraka dikelilingi oleh syahwat, dan Jibril khawatir tak akan ada yang bisa menjauh darinya. (HR. Ahmad 8398, Abu Daud 4744, Tirmidzi 2560, dan Nasai 3763 dengan derajat hasan shahih).
Sejak dahulu berita keburukan orang lain selalu cepat tersebar diantara para penggemarnya. Hari ini terjadi, esok hari orang sekampung sudah tahu. Ada tetangga membeli mobil jenis terbaru, esok hari berita tersebar bahwa itu dibeli dengan cara kredit selama lima belas tahun. Tidak tanggung, lima kali lebih lama dari kredit biasa. Setelah tiga bulan mobil itu tidak terlihat, tersebarlah informasi dari mulut ke mulut, sang suami tak sanggup bayar cicilan lagi. Ini Gosip 1.0. Adapun Gosip 2.0 adalah berita selebriti di TV yang belanja sayur mayur di pasar tradisional, kemudian dikupas dengan tajam, setajam – Kau tau apa –.
Hari ini pun demikian, ditambah foto dan video, lalu sedikit caption maka tersebarlah kisah mobil yang waktu kreditnya lebih lama dari program wajib belajar pemerintah itu tersebar ke seantero negeri. Dalam hitungan menit terbaca oleh jutaan orang, dibagikan oleh ratusan ribu, dan dicaci oleh ribuan dalam kolom komentar. Benar atau salah soal nanti, yang penting ketik : ‘ Makannya, kalau tidak punya uang tidak usah banyak gaya ‘, klik bagikan. Ini Gosip 3.0
Kita harus ingat bahwa Nabi pernah memperingatkan bahwasanya “Cukuplah seseorang (dianggap) berbohong apabila dia menceritakan semua yang dia dengarkan.” (HR. Muslim 5, Ibnu abi Syaibah 6, Mustadrak ‘ala shahihain 382, dengan derajat yang shahih).
Perhatikanlah orang yang tidak hati-hati saat menceritakan kembali apa yang ia dengar tanpa tahu benar atau salah. Barangkali sebagian diantaranya betul, namun untuk setiap cerita yang kemudian hari diketahui salah, lama kelamaan ia pun akan kehilangan kepercayaan dari masyarakat dan dikenal sebagai pembohong. Atau setidak-tidaknya masyarakat akan bersikap abai terhadap berita yang ia bawa, oleh sebab kecerobohannya dalam menerima dan menyebarkan informasi.
Revolusi Gosip 4.0
Hingga pada akhirnya Revolusi Gosip 4.0 tidak lagi membahas tentang kepribadian atau keburukan seseorang, namun lebih kepada manipulasi informasi yang berpotensi mempengaruhi kehidupan masyarakat luas. Kesimpang siuran informasi tentang vaksin akhir-akhir ini misalnya, tersebar berbagai berita tidak ilmiah yang dapat menimbulkan kekisruhan publik. Sebagian masyarakat bertindak sangat hati-hati untuk setiap informasi yang diterima, sebagian lain justru kehilangan pegangan menyandarkan diri, dari siapa informasi itu hendaknya ia terima. Pakar pun mengeluh, buku yang ia tulis dalam penelitian bertahun-tahun lamanya, dimentahkan oleh hanya dua paragraph ringan tulisan di media sosial.
Berbagai metode untuk mengkritisi dan menyeleksi berita telah diajarkan, namun selalu muncul metode baru dalam menyiarkan kebohongan.
Setahun dua tahun lalu, setiap berita online yang menyediakan link berisi berita bombastis lagi bohong dapat terseleksi sekejap saja. Biasanya link yang tertaut itu berupa website dari penyedia layanan web gratis dengan alamat yang tidak jelas, seperti wouinifakta.blogs**t.com. Hari ini kita mendapati berita lewat WA dengan alamat yang tertaut sangat jelas, terkenal,dan dari lembaga yang terpercaya, namun setelah di buka ternyata kutipan dan isi pesannya sama sekali berbeda dengan berita yang termuat.
Ada pula berita yang tersebar masih lewat WA berisi link memuat file PDF hasil penelitian lembaga yang diakui dunia keilmuan dan integrasinya. Setelah dibuka ternyata menggunakan bahasa inggris, tentu pembaca semakin percaya. Demikian kuat penipu itu berusaha, diketahui pula bahwa dokumen berbahasa inggris tersebut tidak ada kaitan sama sekali dengan isi berita. Ibarat pabrik gadget yang menyertakan panduan memasak yang dalam box telepon genggam, bukannya meletakkan panduan penggunaan telepon itu sendiri.
Dalam menghadapi era informasi yang melimpah ini hendaklah para pembaca bersikap kritis terhadap setiap informasi. Terlebih berita-berita yang menyinggung bagian-bagian sensitive masyarakat. Lebih dari pada itu, al-Qur’an mengajarkan kepada kita agar bertanya tentang suatu persoalan kepada seorang yang ahli di bidangnya. Bukankah jika anda sedang sakit ingin diperiksa oleh dokter bukan arstitek ?
Ilham Lukmanul Hakim, Guru ISMUBA SMP Muhammadiyah Cipanas