• Tentang SM
  • Disclaimer
  • Redaksi
  • Media Siber
  • Term & Condition
  • Privacy Policy
  • Hubungi Kami
Selasa, Desember 9, 2025
Suara Muhammadiyah
No Result
View All Result
  • Login
  • Home
  • Berita
  • Khazanah
  • Hadlarah
  • Khutbah
  • Tanya Jawab Agama
  • Wawasan
  • Humaniora
  • Home
  • Berita
  • Khazanah
  • Hadlarah
  • Khutbah
  • Tanya Jawab Agama
  • Wawasan
  • Humaniora
No Result
View All Result
suaramuhammadiyah
No Result
View All Result

Al-Mushawwir, Allah yang Maha Membentuk Rupa

Suara Muhammadiyah by Suara Muhammadiyah
10 Januari, 2021
in Akidah Akhlak
Reading Time: 2 mins read
A A
0
Share

Al-Mushawwir, Allah yang Maha Membentuk Rupa

Kata al-Mushawwir dalam berbagai bentuknya ditemukan delapan kali di dalam al-Qur’an. Kata ini dirangkai sebagai satu kesatuan dengan kata al-Khaliq (Maha Pencipta) dan al-Bari (Maha Mengadakan). Ketiga kata ini berkaitan dengan perbuatan Allah: mencipta, berkreasi, membuat sesuatu dari tiada menjadi ada. Namun, satu kata lainnya memiliki perbedaan makna, baik dari segi aksentuasi maupun implikasinya.

Baca Juga

Hanya Menggunakan Hadits Mutawatir dalam Masalah Akidah?

Syirik: Kezaliman Terbesar

Allah itu Khaliq (Pencipta) langit, bumi dan segala yang ada, termasuk manusia, karena Dia yang mengukur kadar ciptaan-Nya. Allah itu Bari’ karena Dia menciptakan dan mengadakan dari ketiadaan. Sedangkan Allah itu Mushawwir karena Dialah yang memberi bentuk dan rupa, cara dan substansi bagi ciptaan-Nya yang beraneka ragam.

Dari sekian banyak makhluk-Nya, manusia merupakan makhluk ciptaan Allah yang terbaik dari segi bentuk dan potensinya, dengan memberinya kemampuan berpikir dengan akal, memberinya hati dan hidayah (petunjuk jalan kehidupan) melalui wahyu dengan mengutus para Nabi dan Rasul. Selain itu, Allah juga menyediakan segala fasilitas kehidupan (rezeki) di muka bumi ini agar manusia dengan bentuk tubuh dan rupa yang baik, akal yang cerdas, hati yang bersih, dan petunjuk wahyu yang menyinari jalan kehidupannya mampu memerankan dirinya sebagai hamba dan khalifah-Nya dengan berbuat baik, membangun peradaban berkemajuan, dan tidak merusak alam raya.

Meneladani al-Mushawwir

Meneladani nama dan sifat Allah al-Mushawwir  mengharuskan hamba untuk mengaca diri, berintrospeksi sekaligus mensyukuri (menerima, mengapresiasi, dan memaknai) anugerah sebagai manusia yang merupakan ahsan taqwim, agar tidak menjadi asfal safilin (posisi yang serendah-rendahnya) karena kufur, ingkar, dan maksiat kepada-Nya.

Bentuk rupa, wajah, kepribadian, kemampuan, dan peran manusia yang berbeda-beda mengandung hikmah mulia bahwa kehidupan di dunia ini “warna-warni”, plural, bineka, bersuku-suku, berbangsa-bangsa. Tujuannya adalah agar satu sama lain sangat mengenal, saling berdialog, saling menerima dan menghargai perbedaan. Dengan demikian, sebagai hamba al-Mushawwir, manusia semakin mengimani Allah yang Maha Sempurna dalam ciptaan-Nya.  Di atas semua itu, hamba al-Mushawwir senantiasa dituntut untuk menunjukkan kinerja dan kreativitas terbaiknya dalam menjalani peran kehidupannya.

Meneladani al-Mushawwir juga mengharus hamba untuk berpikir kreatif dengan berupaya mengaktualisasikan ide-ide kreatif dalam rangka memaknai kehidupannya. Hamba al-Mushawwir senantiasa merasa perlu keluar dari zona nyaman (comfort zone), rutinitas yang membelenggu, menuju kreasi baru yang mencerahkan, menginspirasi, dan memotivasi amal shalih yang berkontribusi positif bagi keummatan, kemanusiaan, dan kebangsaan. Karena bentuk rupa, wajah, pesona, dan peran yang diberikan oleh Allah merupakan yang terbaik –dibandingkan dengan makhluk lainnya— maka hamba al-Mushawwir harus mampu menampilkan akhlak terbaik: akhlak kepada Allah, kepada sesama dan kepada makhluk lainnya, sebagaimana doa yang dibaca saat bercermin: “Ya Allah, sebagaimana Engkau telah membaguskan ciptaanku, maka perbaiki dan perbaguslah akhlakku”.

Muhbib Abdul Wahab, Kaprodi Magister PBA FITK UIN Syarif Hidayatullah dan Sekretaris Lembaga Pengembangan Pesantren PP Muhammadiyah

Sumber: Majalah SM Edisi 19 Tahun 2017

Tags: akidahAl-Mushawwirasmaul husna
Suara Muhammadiyah

Suara Muhammadiyah

Related Posts

Hadits Mutawatir
Hadits

Hanya Menggunakan Hadits Mutawatir dalam Masalah Akidah?

20 Maret, 2024
Pelajaran Ibadah dan Akidah dari Gerhana Matahari
Opini

Syirik: Kezaliman Terbesar

30 Mei, 2023
Berdoa dengan Asmaul Husna
Opini

Berdoa dengan Asmaul Husna

6 Februari, 2023
Next Post
Faskho Poetry, Berdakwah Lewat Puisi

Faskho Poetry, Berdakwah Lewat Puisi

Please login to join discussion
  • Kotak Pos
  • Privacy Policy
  • Disclaimer
  • Pedoman Media

© SM 2021

No Result
View All Result
  • Home
  • Berita
  • Khazanah
  • Hadlarah
  • Khutbah
  • Tanya Jawab Agama
  • Wawasan
  • Humaniora

© SM 2021

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In