Faskho Poetry, Berdakwah Lewat Puisi
Menjadikan seni-budaya sebagai sebuah alat untuk berdakawah merupakan bagian dari implementasi konsep dakwah kultural yang digagas oleh Muhammadiyah. Praktek dakwah lewat seni ini, sangat melekat pada sepang terjang sang pendiri organisasi Islam modern ini, KH Ahmad Dahlan.
Kemahiran KH Ahmad Dahlan dalam memainkan alat musik bernama biola merupakan sebuah bukti bahwa “Sang Pencerah” sangat memperhatikan aspek strategi dan metode dalam berdakwah. Melalui sentuhan seni pula, KH Ahmad Dahlan mampu mewujudkan sekolah-sekolah unggulan yang banyak diminati oleh masyarakat. Yaitu dengan mengadakan ektra Drum Band sebagai wadah seni bagi para siswanya.
Sekelompok pemusik dari Ikatan Mahasiswa muhammadiyah (IMM) Fakultas Agama Islam (FAI) Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY) mencoba melakukan hal serupa, berdakwah melalui seni sebagaimana yang dilakukan oleh KH Ahmad Dahlan. Kelompok ini bernama Faskho Poetry.
Faskho Poetry
Faskho Poetry merupakan komunitas musikalisasi puisi yang didirikan oleh Bidang Seni Budaya dan Olahraga (SBO) IMM FAI UMY angkatan tahun 2013. “Awalnya kami sebatas coba-coba mengikuti lomba yang diadakan oleh fakultas, ternyata kita dapat juara satu,” cerita Fina Alfi Nur Menejer Faskho Poetry kepada Suara Muhammadiyah belum lama ini.
Momen berikutnya, sambung Fina yang juga sebagai salah satu vokalis pada komunitas musik ini, yaitu mengikuti pekan seni budaya PTM (Perguruan Tinggi Muhammadiyah) se-Indonesia yang diadakan oleh Lembaga Seni Budaya dan Olahraga (LSBO) Pimpinan Pusat Muhammadiyah tahun 2015 di Cirebon, Jawa Barat. “Alhamdulillah kita dapat juara lagi, kita dapat juara tiga,” ucapnya.
“Barulah, usai lomba itu kita beri nama komunitas ini dengan Faskho Poetry. Faskho itu kepanjangan dari Fastabiqul Khairat yang berarti berlomba-lomba dalam kebaikan, sedang Poetry diambil dari bahasa Inggris yang artinya syair atau puisi. Jadi sangat terlihat dari namanya bahwa lewat Faskho Poetry kami ingin berdakwah lewat puisi,” imbuhnya.
Memang, Fina melanjutkan, kebanyakan puisi yang ditampilkan Faskho Poetry adalah karya orang lain, namun pesan dakwah tetap menjadi prioritas. “Puisi yang kita bawakan berisikan kritik sosial dan self remainder,” tegasnya.
Sekarang, Faskho Poetry lebih banyak tampil di panggung sebagai pengisi acara dari pada sebagai peserta lomba. Acara untuk level kampus maupun level nasional mereka sudah pernah merasakannya. Bahkan Faskho Poetry sempat melakukan rekaman atas karya mereka walau baru dua lagu. “Kami baru bisa rekaman dua lagu, dan rencananya tahun ini akan membuat video klip dari lagu itu,” terang mahasiswi kelahiran Tegal, Jawa Tengah ini.
Hasil rekaman tersebut, nantinya akan ditayangkan pada channel youtube yang mereka miliki. “Tahun ini juga berencana akan menghidupkan kembali youtube yang kita punya, subscribe kita baru seratusan, harapanya bisa terus bertambah,” ujar Fina. (gsh)
Sumber: Majalah SM Edisi 3 Tahun 2019