PROBOLINGGO, Suara Muhammadiyah – Muhammadiyah terus menggelorakan semangat untuk menghadapi covid-19 sebagai bagian dari dakwah dan menjalankan perintah agama. Karena Muhammadiyah percaya bahwa diantara perintah agama yaitu memelihara jiwa (hifdzun nafs).
Demikian disampaikan Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah Prof Dr KH Haedar Nashir dalam Resepsi Milad Muhammadiyah Kabupaten Probolinggo, Ahad, 10 Januari 2021. Bertajuk “Meneguhkan Gerakan Keagamaan Hadapi Pandemi dan Masalah Negeri”, Haedar Nashir mengingatkan pandemi Covid-19 khususnya di Indonesia kini masih dalam kecenderungan meningkat.
Kasus konfirmasi positif dalam sehari bisa menembus lebih dari 10.000, total lebih dari 800.000 kasus, dan yang meninggal 23.000 lebih. Bahkan di tingkat dunia sudah mencapai lebih dari 80 juta kasus.
Haedar Nashir mengungkapkan agama adalah petunjuk bagi manusia dalam menjalani kehidupannya. Dalam konteks pandemi agama dijalankan agar tidak menimbulkan kemudaratan kepada diri sendiri dan kepada orang lain. Sebagaimana sabda Rasulullah saw wa laa dharara wa laa dhirara, Tidak ada kemudaratan kepada diri sendiri dan tidak ada kemudaratan kepada orang lain (HR Mālik dan Aḥmad).
Tiga Pesan Haedar Nashir
Dalam kesempatan tersebut, Haedar Nashir menyampaikan tiga pesan. Pertama, kembali kepada prinsip agama Islam menurut Muhammadiyah. Yaitu memperluas pemahaman agama dengan belajar Islam lebih dalam dan lebih luas dari Tarjih Muhammadiyah. “Itulah ciri Muhammadiyah, memahami dan menjalankan Al-Qur’an dan Sunnah Nabi,” tutur Haedar Nashir.
Kedua, membawa Islam Berkemajuan. Ciri orang Muhammadiyah harus menjadi yang terbaik. Para pimpinan maupun kader Muhammadiyah perlu terus belajar dan menjadikan Islam sebagai Dienul Hadlarah. Begitu juga mengembangkan Amal Usaha sehingga membawa kepada kemajuan dan terus bermanfaat bagi masyarakat.
Ketiga, dalam kehidupan keumatan dan kebangsaan harus sesuai dengan ideologi dan kepribadian Muhammadiyah. Haedar berpesan dalam berbangsa dan bernegara perlu menjaga kerukunan dan kehidupan secara baik. “Kita harus bertetangga dengan yang berbeda agama, berbeda suku, berbeda ras, berbeda golongan, bahkan lebih-lebih berbeda pilihan politik,” ungkapnya.
Selain itu, Haedar juga mengajak para generasi Muhammadiyah untuk mempelajari keputusan Muhammadiyah tentang Negara Pancasila Darul Ahdi wa Syahadah. Darul Ahdi yaitu negara hasil kesepakatan bersama para pendiri bangsa. Kemudian jadikan juga Darul Syahadah, yaitu membangun Indonesia menjadi berkemajuan.
“Mari kita bermuhammadiyah dengan semangat yang tinggi, persaudaraan yang tinggi, saling memahami, dan juga satu sama lainnya saling memajukan. Saya yakin dengan cara seperti itu Muhammadiyah semakin baik,” pungkas Haedar Nashir. (Riz)