POLANDIA, Suara Muhammadiyah – Mendapat kesempatan untuk kuliah di luar negeri merupakan impian semua orang, tak terkecuali Muhammad Yusril Hasanudin. Ia telah bermimpi untuk berkuliah di luar negeri sejak duduk di bangku Sekolah Menengah Atas (SMA). Sayangnya, harapannya pupus ketika tidak mendapatkan izin dari orang tua untuk melanjutkan studi sarjana di Turki.
Tak ingin berlarut-larut dalam kesedihan, ia lalu mengiyakan saran kakaknya untuk menempuh studi di Universitas Muhammadiyah Malang (UMM), mengikuti jejak sang kakak. Yusril ingat kakaknya pernah berkata bahwa salah satu hal menarik dari UMM adalah kerja sama internasionalnya yang luas. Laboratorium Informatikanya juga memiliki fasilitas yang sangat lengkap dan terbuka 24 jam untuk mahasiswa.
Awalnya, Yusril tak mengira bahwa dirinya akan pergi ke Polandia dengan beasiswa dari Erasmus Mundus di tahun ini. Situasi pandemi membuat panitia memundurkan pengumuman dan keberangkatan para mahasiswa hingga tahun depan. Namun tiba-tiba Yusril mendapat kabar bahwa dirinya berhasil mendapatkan beasiswa dan akan pergi ke Lublin University of Technology Polandia dalam hitungan minggu.
Proses persiapan keberangkatan Yusril ke Polandia tak semulus yang dibayangkan. Asisten laboratorium Fakultas Teknik Informatika ini ternyata menemui berbagai kendala. “Biasanya untuk persiapan keberangkatan memerlukan waktu dua bulan untuk mengurus visa dan izin tinggal di Polandia. Selai itu harus menyiapkan hasil swab test. Namun dengan berbagai usaha yang telah saya lakukan,akhirnya semua dokumen dapat terselesaikan,” cerita mahasiswa kelahiran Bali ini.
Bukan kisah yang menarik jika tidak menemui banyak kendala, begitupun dengan kisah Yusril. Usai melengkapi dokumen, ia harus menyiapkan dana yang tidak sedikit untuk keberangkatan. “Biaya keberangkatan memang ditanggung pihak Erasmus Mundus, tapi nanti saat saya sudah sampai di Polandia,” kenang anak bungsu dari tiga bersaudara ini.
Tidak berhenti sampai di situ, ia kembali harus menerima kenyataan tidak bisa berangkat bersama kedua temannya karena mereka kekurangan dokumen. Alhasil Yusril harus pergi ke Polandia seorang diri. Belum lagi jarak antara bandara di Polandia dan asramanya sangat jauh. Beruntung, berbekal Google Translate, ia mencapai asrama dengan selamat.
Sekarang, Yusril sedang menikmati masa perkuliahannya di Polandia. Bersama kedua temannya, Yusril ingin mempelajari berbagai macam hal baru yang mungkin tidak akan bisa ia dapatkan di Indonesia. Kemudian membagikannya saat pulang nanti. (diko)