YOGYAKARTA, Suara Muhammadiyah – Dalam rangka melanjutkan Webinar Parenting yang ke dua, Madrasah Mu’allimaat Muhammadiyah Yogyakarta bekerjasama dengan Pimpinan Pusat Nasyiatul Aisyiyah mengadakan Webinar Mindful Parenting dengan tema “Strategi Pengasuhan Positif di Era Digital”. Acara ini dilaksanakan secara daring yang diikuti oleh orang tua di seluruh Indonesia dan khususnya orang tua wali peserta didik Madrasah Mu’allimaat Muhammdiyah Yogyakarta, Ahad, 10 Januari 2021
Agenda besar ini menggandeng tiga narasumber yang luar biasa. Pertama adalah Ketua Umum Pimpinan Wilayah Nasyiatul Aisyiyah Lampung, beliau Ratna Widiastuti, MA, Psikolog dengan membawakan materi tentang “Keluarga Muda Tangguh Menghadapi Era Digital”. Kedua yakni Direktur Madrasah Mu’allimaat Muhammadiyah Yogyakarta, Agustyani Ernawati, MPd., dengan membawakan materi “Best Practice Pembelajaran Daring di Madrasah Mu’allimaat Muhammadiyah Yogyakarta”. Dan yang ketiga adalah pembicara utama, Bunda Wening, seorang Trainer dan Konsultan Parenting dengan penyampaian materi “Strategi Pengasuhan Positif di Era Digital”.
Pembicara pertama, Ratna Widiastuti, MA, Psikolog memaparkan tentang ketangguhan keluarga. “Keluarga itu adalah pilar kesejahteraan bangsa. Keluarga merupakan pondasi dalam menerapkan kehidupan yang harmonis, religius, damai, aman dan sejahtera atau dalam istilah lain disebut dengan sakinah, mawaddah, warahmah,” ungkap Ratna.
“Karateristik utama dalam keluarga adalah adanya relasi yang harmonis antar anggota keluarga. Kemudian fungsi dan peranan dalam keluarga juga berjalan, dalam berbagai bidang kehidupan seperti ekonomi, sosial, budaya, dan lingkungan yang berlandaskan nilai-nilai Islam. Sehingga akan melahirkan keluarga ideal dan dijadikan pilar oleh bangsa Indonesia yang berkemajuan,” tambah Ratna memaparkan karakteristik ideal dalam keluarga.
“Seharusnya setiap keluarga melakukan evaluasi, dengan menggunakan pondasi 10 pilar keluarga tangguh Nasyiatul Aisyiyah”, ucap selanjutnya. Beliau menyebutkan ada beberapa tahap-tahap yang harus diperhatikan dalam menjalankan keluarga muda tangguh, mulai dari tahap persiapan wawasan keilmuan hingga mencapai tahap terakhir yakni, proses implementasi di lingkungan sosial. 10 pilar keluarga muda tangguh tersebut antara lain: kokoh akidah dan akhlakul karimah, sehat jasmani dan rohani, kemandirian, keadilan dengan semangat Al Ma’un, misi perdamaian, demokrasi, anti kekerasan, kesetaraan akses, ramah lingkungan serta tanggap bencana.
Agustyani Ernawati, MPd. sebagai pembicara kedua memaparkan bagaimana kondisi dan upaya yang dilakukan oleh Madrasah Mu’allimaat menghadapi pandemi sekarang ini. “Turut berbangga hati bahwa ini adalah kali kedua PP NA dan Mu’allimaat bekerjasama dalam melakukan webinar parenting. Mengamini pernyataan Ibu Ratna, menyatakan bahwa selain keluarga sebagai salah satu dalam 3 pilar pendidikan, sekolah juga menjadi salah satunya,” jelas Agustyani Ernawati di awal presentasi.
Madrasah Mu’allimaat tetap meneguhkan diri sebagai Pusat Keunggulan Perempuan Berkemajuan, yang memiliki 5 kompetensi utama dalam rangka mewujudkan peserta didik menjadi seorang kader ulama, pendidik, dan pemimpin. Dalam kondisi apapun, pendidikan di Mu’allimat harus tetap berjalan. Ada 3 aspek penting yang harus tetap ada dalam proses pendidikan di Mu’allimaat, yaitu pendidikan intra dan ekstrakurikuler, pendidikan kepemimpinan dan perkaderan, dan kepesantrenan.
Sebagai bentuk keseriusan pembelajaran selama pandemi, Madrasah Mu’allimat luncurkan platform digital yang disebut dengan RBM (Rumah Belajar Mu’allimaat) dengan sistem unlimited access. Selain itu, sinergisitas antara BK (Bimbingan Konseling), perkaderan dan kepemimpinan, serta kegiatan dan prestasi siswi menjadi tolak ukur utama dalam mencapai keberhasilan pendidikan di masa pandemi. Ditambah lagi dengan upaya mendatangkan para tokoh motivator untuk mendorong peserta didik dalam meningkatkan semangat belajar dan meningkatkan prestasi
Pengembangan bahasa harus tetap berjalan, yakni dengan kegiatan muhadasah, muhadoroh, karantina bahasa dengan mengundang native speaker. Seluruh rangkaian dalam mencapai keberhasilan pendidikan harus selalu menguatkan komunikasi, kerjasama dan kolaborasi. Hal tersebut dilakukan dalam rangka bentuk support untuk anak didik Madrasah Mu’allimaat.
Sebagai penyampaian terakhir, beliau memberikan harapan untuk kedepannya. “Harapan di masa yang akan datang adalah kita semua percaya bahwa setiap hal buruk yang datang dalam hidup kita akan teratasi jika kita memperjuangkannya. Maka di era pandemi ini kita tetap tegar dan terus berjuang dengan harapan pandemi ini segera berakhir”, ucap Agustyani Ernawati mengkhiri materi.
Bunda Wening selaku pembicara pamungkas dalam webinar ini menuturkan bahwa, sebagai orang tua perlu data sebanyak-banyaknya tentang apa yang ananda rasakan tentang perasaan. Jika sang anak sudah bisa jujur dengan dirinya sendiri, itu sangat baik. Orang tua sekarang mempunyai anak yang berhadapan langsung dengan teknologi, disebut dengan generasi milenial. Dimana sangat terbuka dengan informasi. Sehingga sebagai orang tua juga harus ikut memperdalam tentang teknologi, bahkan harus lebih mahir.
Dalam penyampaiannya, Bunda Wening mencoba mengidentifikasikan ciri-ciri generasi sekarang. “Karakteristik anak-anak generasi sekarang (generasi Z), antara lain: mudah beradaptasi dengan teknologi, ekspresif, toleran terhadap kultur, terbiasa dengan kebiasaan pertemuan, kritis terhadap kejadian sosial, dan lainnya”, jelasnya dengan menambahkan beberapa studi kasus di lapangan.
Dalam pengasuhan, disamping banyaknya fenomena yang ada sekarang ini, sebagai orang tua jangan merasa putus asa. Keharmonisan keluarga adalah senjata utama dalam mendampingi anak-anak. Yang bisa dilakukan oleh orang tua adalah dengan mengisi tangki cinta, dengan cara memberikan penghargaan diri, pengakuan diri, kedekatan dan kehangatan, dan penerimaan diri.
Terkait pembagian tugas antara ibu dan ayah di dalam keluarga juga turut dipaparkan. “Mendidik anak bukan hanya tugas ibu, tetapi kedua belah pihak, antara ayah dan ibu, keduanya harus selalu berkolaborasi. Jika orang tua telah terisi tangki cintanya, sehingga mereka mampu mendidik anaknya dengan sabar dan penuh dengan cinta”, tegas beliau.
Wawasan tentang seksualitas pada anak juga beliau paparkan. Bunda Wening menjelaskan empat tahap seksualitas pada anak. “Fitrah seksualitas pada anak dibedakan ke dalam empat tahapan, antara lain: umur 0-2 tahun anak harus dekat dengan ibu, umur 2-7 tahun anak dekat dengan ayah dan ibunya, umur 7-11 tahun anak harus dekat dengan orangtua yang sama gendernya, umur 11-15 tahun anak harus dekat dengan orangtua yang silang gendernya”, tambah beliau dengan lugas. “Jangan jadikan anak sebagai musuh, jadikan anak sebagai sahabat”, imbuh beliau mengakhiri penyampaian materi webinar.
Berbagai pertanyaan yang dilontarkan oleh peserta webinar ini menandakan keseriusan dan antusias dalam menanggapi materi pengasuhan yang telah disampaikan. Mulai dari treatment yang semestinya dilakukan kepada anak berkaitan dengan kedisplinan, penggunaan media sosial dan teknologi dan pemberian reward serta punishment kepada anak yang introvert. Selanjutnya pertanyaan tersebut dijawab oleh ketiga narasumber dengan penuh makna dan luar biasa. (LTA)