Realisasi Pilar Ketiga Muhammadiyah
DR KH Anwar Abbas, MM, MSi
Masalah ekonomi dan bisnis ini sebagimana kita ketahui bersama merupakan amanat dari Muktamar yaitu Pilar Ketiga Muhammadiyah, ketika kita menyelenggarakan Muktamar di Makassar lima tahun yang lalu. Semestinya pada bulan Juli tahun 2020 ini kita sudah bermuktamar lagi. Tapi karena ada wabah Covid-19 maka Muktamar ditunda sampai waktu yang belum ditentukan. Mudah-mudahan wabah ini segera cepat berlalu, sehingga Muhammadiyah, umat, serta bangsa dapat kembali hidup normal seperti semula. Tidak dihantui serta tidak diikuti oleh ketakutan dan kecemasan, karena wabah ini tidak hanya memukul dunia kesehatan, tapi juga memukul dunia ekonomi.
Tidak hanya ekonomi di negara kita saja yang terpukul, tapi ekonomi di berbagai negara di dunia. Diperkirakan, pukulan terhadap ekonomi ini sangat dahsyat. Oleh sebab itu setiap negara terpaksa mengatur ulang strategi pembangunan ekonominya. Seandainya tidak diatur ulang tentu akan memperburuk keadaan.
Di negeri kita pun juga seperti itu. Menteri Keuangan pun sudah merevisi target pertumbuhan ekonominya. Yang semula diharapkan pertumbuhan ekonomi kita di tahun 2020 sekitar 5,3 persen diturunkan menjadi 2,5 persen dan itu sudah optimistik, tetapi strategi pesimistiknya sekitar 0,5 persen. Fakta yang saya dengar sudah minus mendekati angka 7. Jadi memang sangat berat sekali dan seandainya tidak pandai mengelola krisis ekonomi yang terjadi maka tidak mustahil akan menjadi krisis sosial.
Kalau sudah terjadi krisis sosial seperti perampokan, pembegalan, pembakaran, maka tidak mustahil juga negeri ini akan terseret ke dalam krisis politik. Jika terjadi krisis politik maka peristiwa tahun 1998 akan terulang kembali. Bila krisis ekonomi, sosial dan politik terhimpit, maka untuk menyelesaikannya tidak cukup satu, dua tahun. Peristiwa 1998 baru selesai pada tahun 2008 sampai 2010, dan negeri ini masih dibuat nanar.
Jika seandainya pandemi ini semakin berlarut-larut, maka krisis ekonomi kita akan semakin dalam. Dan tampaknya pandemi ini akan lama dan berlarut-larut. Saya lihat pemerintah berada di posisi yang sangat sulit. Permisalannya, pemerintah seperti orang yang makan buah simalakama. Dimakan bapak akan mati, dan tidak dimakan ibu akan mati. Fakultas Kesehatan Masyarakat UI membuat teori, semakin banyak orang yang berdiam diri di rumah, maka jumlah pasien Covid-19 akan menurun. Dan sebaliknya, semakin banyak orang yang tidak mau berdiam diri di rumah maka pasien Covid-19 akan semakin meningkat.
Sekarang saya lihat, di era new reality ini orang-orang sudah banyak yang keluar. Beberapa bulan yang lalu, sebelum terjadi pandemi Covid-19, masalah kemiskinan dapat diatasi melalui dana zakat, infaq, dan shadaqah. Apabila pandemi di Indonesia terus terjadi maka dikhawatirkan masyarakat yang sebelumnya mampu mengeluarkan zakat beralih menjadi penerima zakat karena tidak adanya pendapatan di masa pandemi.
Dalam situasi seperti ini semua sektor usaha di Indonesia terpukul. Produk atau barang Indonesia tidak laku dijual ke luar negeri. Melihat fenomena ini, Muhammadiyah memiliki andil besar, yaitu dengan merealisasikan Pilar Ketiga Muhammadiyah sebagai amanat Muktamar Muhammadiyah ke-47. Muhammadiyah harus mulai memetakan segala potensi yang ada, dan kemudian merajutnya menjadi kekuatan ekonomi yang besar. Kita berusaha, bagaimana cara kita ke depan dapat membuat model atau contoh-contoh konkret, sehingga dapat ditiru oleh seluruh warga persyarikatan. (diko)
Realisasi Pilar Ketiga, Muhammadiyah Memiliki Andil Besar Menyelamatkan Bangsa. Sumber: Majalah SM Edisi 14 Tahun 2020