Zona Gempa Megathrust dan Kesiapan Mitigasi Sekolah Kita
Menurut keterangan para ahli, Indonesia memiliki ancaman potensi gempa magnitudo (M) 9,1 yang diperkirakan mampu memicu tsunami hingga 20 meter. Pemodelan yang dibuat para ahli adalah skenario terburuk dari zona gempa megathrust, antara lain berpotensi mengancam selatan Pulau Jawa dan berbagai kawasan lain di Indonesia.
Dengan skenario itu para ahli berupaya mengedukasi masyarakat bahwa ada ancaman potensi gempa, yang kendati tidak dapat diprediksi kapan terjadinya namun potensi itu berdasarkan penelitian tim ahli benar-benar ada.
Skenario terburuk yang disampaikan para ahli sejatinya adalah gambaran skenario paling baik untuk merancang upaya mitigasi. Untuk keperluan mitigasi harus berdasarkan skenario terburuk. Jika mitigasi dirancang berdasarkan skenario potensi ancaman paling kecil, malah berisiko tidak siap apabila skenario terburuk benar-benar terjadi.
Gempa Bantul 2006
Sabtu 27 Mei 2006 sekitar pukul 05.30 gempa mengguncang DIY dan Jateng Selatan mengakibatkan korban jiwa sekitar 6.000 orang. Sangat banyak bangunan yang mengalami kerusakan, terutama di kabupaten Bantul karena dekat dengan episentrum gempa.
Bangunan sekolah banyak yang rusak berat bahkan roboh total, beruntung gempa terjadi sebelum jam masuk sekolah. Jika gempa terjadi pada jam sekolah, mungkin sangat banyak siswa dan guru yang menjadi korban. Gempa Bantul 2006 juga disusul dengan isyu tsunami yang membuat masyarakat DIY panik hilang kendali berbondong berupaya lari ke utara menjauhi laut.
Mitigasi Sekolah Muhammadiyah
Pasca gempa 2006 bangunan-bangunan termasuk gedung sekolah dibangun kembali dengan konstruksi yang tahan gempa. Tentunya upaya mitigasi terhadap risiko bencana gempa tidak hanya soal konstruksi bangunan semata.
Terlebih banyak sekolah Muhammadiyah yang gedungnya bertingkat. Bahkan di perkotaan banyak pula sekolah Muhammadiyah yang gedungnya berada di akses gang-gang sempit. Maka jika ada gempa besar, siswa yang lari keluar dapat terancam bangunan gedung tetangga yang roboh maupun rontok gentingnya.
Tidak mudah pastinya mengkondisikan siswa sekolah yang dalam kondisi panik, apalagi anak-anak kecil murid SD dan TK ABA. Maka sudah sepatutnya mitigasi bencana di lingkungan sekolah Muhammadiyah digarap dengan serius.
Pemodelan gempa megathrust dari para ahli dapat menjadi pertimbangan Majelis Dikdasmen dan MDMC untuk melakukan pembinaan agar sekolah Muhammadiyah memiliki kesiapan mitigasi terbaik. Belum sepekan berlalu gempa besar di Sulawesi, sudah muncul kabar daerah gunungkidul digoyang gempa meski tidak besar, maka kegiatan mitigasi sangat penting.
Sekolah adalah tempat berkumpulnya tunas-tunas penerus bangsa yang harus diselamatkan dari risiko bencana. Maka desain mitigasi terbaik harus dibuat dan dilatihkan secara kontinyu, sehingga betul-betul warga sekolah mampu merespon ancaman yang datang tiba-tiba. Harus dipastikan setiap warga sekolah memiliki pemahaman atas tata laksana langkah mitigasi, memiliki cukup ketenangan, dan mampu bertindak secara tepat untuk menyelamatkan diri.
Yudha Kurniawan, Ketua Umum Pimda 02 Tapak Suci Bantul dan Anggota LPB/MDMC PWM DIY