YOGYAKARTA, Suara Muhammadiyah – Meneguhkan peran sosial Muhammadiyah, pada awal tahun 2021 Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY) mengadakan salah satu jenis KKN yang cukup menarik, yaitu mahasiswa diterjunkan langsung ke 22 Panti Asuhan Muhammadiyah dan Aisyiyah yang ada di Yogyakarta. Banyak hal yang perlu dilakukan mahasiswa di panti asuhan tersebut, yang tujuannya untuk memberdayakan dan membekali anak-anak panti dengan program-program yang berguna, satu tugas peran sosial yang cukup berat namun sangat mulia untuk dilaksanakan.
Namun sebelum jauh mengaplikasikan program kerja yang sudah dirancang, UMY melalui Lembaga Penelitian, Publikasi, dan Pengabdian Masyarakat (LP3M) tidak melepas begitu saja mahasiswanya. Pembekalan langsung bersama Ir. Sularno, M. Si., Ketua Majelis Pelayanan Sosial Pimpinan Pusat Muhammadiyah diberikan kepada mahasiswa KKN melalui sambungan virtual Zoom, Jumat (22/1).
“Melalui KKN ini mahasiswa dan teman-teman KKN semua diharapkan bisa meningkatkan pemahaman dan keterampilan anak-anak panti agar tidak menjadi beban masyarakat ke depannya. Karena di panti asuhan ada batas waktunya, jadi anak-anak akan dilepas setelah lulus SLTA. Banyak panti yang memiliki lahan cukup untuk diberdayakan, hal itu bisa dimanfaatkan mahasiswa untuk membantu panti asuhan menambah sumber pemasukan, atau dengan mendirikan koperasi bahkan warung. Meski pada prinsipnya kita bukan memperkerjakan anak-anak panti melainkan mengajak anak-anak untuk mengenal pekerjaan agar mereka mampu mandiri tidak membebani diri sendiri serta masyarakat,” ujar Sularno.
Masih di era pandemi, tantangan berat menanti mahasiswa KKN untuk menerapkan programnya di 22 panti asuhan Muhammadiyah dan Aisyiyah di DIY. Sebab tentunya protokol kesehatan tidak boleh diabaikan, hal ini untuk menghindari adanya klaster Covid-19 di Panti Asuhan. “Jadi tolong teman-teman semua terapkan protokol kesehatan, kalau di panti asuhan yang mahasiswa diami tidak memiliki tempat cuci tangan memadai, jangan sungkan untuk membuatkannya. Jangan lupa beri edukasi terkait pentingnya menjaga kesehatan di saat pandemi,” imbuh Sularno yang juga dosen pertanian di Universitas Muhammadiyah Jakarta.
Terlebih lagi, pandemi telah mempengaruhi aspek finansial panti asuhan. Adanya pembatasan bagi dermawan yang ingin menyalurkan bantuan untuk hadir langsung ke panti asuhan, menjadikan penyaluran dana bantuan hanya melalui transfer saja. Dengan hal ini, mahasiswa KKN tidak hanya memberdayakan anak-anak panti asuhan, melainkan juga peran sosial pengurus panti untuk melakukan inovasi terbaru terkait laporan keuangan, berapa banyak penurunan donasi, dan berapa banyak kenaikan, dengan sistem digitalisasi.
Tak kalah pentingnya, stigma keliru tentang panti asuhan yang menjurus pada mendiskreditkan tempat mulia tersebut juga perlu diperhatikan oleh mahasiswa KKN. Panti Asuhan merupakan peran sosial Muhammadiyah yang telah dirintis sejak zaman KH Ahmad Dahlan.
“Kadang kan misal ada anak bertiga memakai baju yang sama kemudian disebut ‘dari panti asuhan mana’, hal tersebut cukup menyakitkan. Kita ini harus mencontoh KH. Ahmad Dahlan, bahwa adanya panti asuhan justru untuk menolong kesengsaraan umum. Melalui pemberdayaan ini, kita harus jadikan panti asuhan sebagai mata air yang menghasilkan generasi cemerlang, bukan lagi panti asuhan sumber air mata. Jika KKN ini sukses, maka UMY akan jadi percontohan PTM di seluruh Indonesia yang melaksanakan KKN di panti asuhan,” tukasnya.
Sebagai peran sosial, Panti Asuhan yang terdata oleh MPS Pimpinan Pusat Muhammadiyah terdapat 550 panti asuhan Muhammadiyah Aisyiyah, dan yang sudah masuk direktori 383 panti asuhan. (Hbb)