PCM Limpung, Pengajian Berdayakan Ekonomi Jamaah
Memang hebat apa yang digariskan Muhammadiyah dalam banyak kebijakan dan peraturan organisasinya. Salah satunya adalah menjadikan pengajian sebagai amal usaha dasar dan syarat wajib atas pendirian Ranting. Lebih dari itu, pengajian merupakan tolak ukur bagi keberadaan sebuah persyarikatan. Hidup-mati serta makmur-tidaknya Muhammadiyah di semua level, tergantung pada aktivitas pengajian yang diselenggarakkan.
Meletakkan pengajian sebagai dasar kegiatan membawa dampak signifikan kepada penyelesaian problem umat dan jamaah. Hal itu dirasakan betul oleh Pimpinan Cabang Muhammadiyah (PCM) Limpung, Batang, Jawa Tengah. Dari penyelenggaraan pengajiaan Ahad Pagi-nya, kini PCM Limpung memiliki dua toko ritail besar dan membeli baanyak lahan serta mendirikan berbagai amal usaha.
Toko milik PCM ini bernama Toko Kita. “Pendirian Toko Kita tidak lepas dari pengajian Ulil Albab yang kita punyai setiap Ahad pagi. Jamaahnya sekitar seribu orang,” terang Muhammad Furqon Ketua PCM Limpung. Bahkan bisa dikatakan semua kebutuhan (permasalahan) persyarikatan bisa diselesaikan lewat forum pengajian ini. Termasuk masalah pembebasan lahan untuk kebutuhan Muhammadiyah di Limpung.
Yaitu melalui obral kavling tanah untuk pembebasan lahan dan obral kavling saham untuk pendirian Toko Kita. “Ada tanah yang kita beli sekitar 1 milyar, 2000 m2, dan itu kita tawarkan ke jamaah, dan akhirnya rampung lewat pengajian ini. Ada yang ambil 1 meter dan ada juga yang 10 meter, tergantung kemampuan jamaah,” ulas Furqon.
Termasuk, melalui Ulil Albab ini, PCM Limpung mampu mendirikan pondok pesantren yang dananya mencapai 1,8 milyar. Kisah sukses ini bukanlah berasal dari subuah perjuangan yang singkat, melainkan dibangung di atas cucuran keringat dan perjuangan yang cukup lama. Tepatnya sudah dimulai sejak 6 tahun lalu.
Saat itu, cerita Furqon, PCM membutuhkan modal awal sekitar 500 juta. “Dari mana modal itu, ya dari jamaah pengajian,” tandasnya. Bahkan sekarang ini, system kavling ini juga diminati oleh jamaah dan warga lain di luar warga dan anggota persyarikatan. “Alhamdulillah, kebutuhan awal 500 juta itu rampung dalam waktu dua minggu (dua kali pengajian),” terang Ketua PCM Limpung ini.
Sejak saat itu, persisnya setelah menemukan model pemberdayaan ekonomi jamaah, PCM Limpung tumbuh dan berkembang menjadi Cabang yang besar, menjadi Cabang percontohan. Sebab hampir semua kebutuhan dan permasalahan bisa mereka penuhi dan diselesaikan dengan baik.
Kini dengan asset milyaran yang mereka kelola, PCM benar-benar mampu menjadi matahari yang menyinari lingkungan sekitar, bukan saja bagi warga dan anggota, tapi juga untuk semua masyarakat Limpung. Keberadaan PCM ini sungguh dirasakan betul manfaatnya oleh semua orang.
Pengembangan ekonomi jamaah akan terus dilakukan oleh PCM Limpung. Termasuk sekarang ini mereka sedang menyiapkan sitem belanja online, menyesuiakn diri dengan tuntutan zaman. “Kalau saja setiap Cabang Muhammadiyah memiliki satu minimarket, maka jaringan distributor besar akan kita kuasai,” harap Furqon. (gsh)
Sumber: Majalah SM Edisi 6 Tahun 2019