FEB UMSU Prediksi Pertumbuhan Ekonomi Sumut di Atas Nasional
MEDAN, Suara Muhammadiyah – Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara (FEB UMSU) bekerja sama dengan Keluarga Besar Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM) FEB UMSU mengadakan “Outlook Perekonomian Sumatera Utara 2021” dengan mengambil tema: “Resiliensi Organisasi dalam Masa Pandemi: Peluang dan Tantangan”
Seminar online (Webinar) ini menghadirkan 5 pembicara (keynote speaker) dengan kapabilitas yang sangat mumpuni dari perwakilan tokoh di bidang organisasi pemerintah, sektor perbankan, dan sektor UMKM serta Akademisi dan pengamat ekonomi, yaitu Dr. M. Ridha Haykal Amal, S.Sos., S.H., M.Si. (Dinas Koperasi dan UKM SUMUT) sebagai perwakilan dari Institusi Pemerintah Sumatera Utara, Riki Dwi Handika, S.E. (Bank Sumut) sebagai perwakilan dari sektor Perbankan, Asri Wahyuni, S.E (Entrepreneur, Founder & CEO Rumah Kawan Bunda) sebagai perwakilan dari pelaku usaha, Dr. Djony Harijanto, M.D.M (Widyaiswara Ahli Utama Jawa Timur), dan Dr. Prawidya Hariani, S.E., M.Si. (Dosen Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara) selaku akademisi dan pengamat ekonomi.
Dampak Covid Pada Perekonomian Indonesia
Covid-19 menimbulkan guncangan bagi hampir seluruh negara di dunia. Virus yang menyebar begitu cepat ke berbagai belahan bumi menyebabkan 216 negara terdampak dengan total kasus terkonfirmasi Covid-19 sebanyak 87.589.206 kasus (World Health Organization, 9 Januari 2021). Setelah World Health Organization (WHO) menetapkan status Covid-19 sebagai pandemi, pergerakan barang maupun manusia secara global mendadak terhenti sementara. Terhentinya arus barang dan manusia menyebabkan kekacauan di berbagai sektor dan memunculkan berbagai peristiwa yang belum pernah terjadi sebelumnya.
Permasalahan yang ditimbulkan oleh adanya Covid-19 ini tidak hanya di bidang kesehatan, tetapi juga ekonomi dan keuangan. Bank Dunia telah memproyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun 2021 di kisaran 4,4 persen. Angka tersebut lebih rendah dibanding dengan target pemerintah di dalam APBN 2021 yang memperkirakan pertumbuhan ekonomi bakal berada di kisaran 4,5 persen hingga 5,5 persen. Mengingat masalah domestik Indonesia yaitu meningkatnya Non Performing Loan (NPL), stagnasi Foreign Direct Investment (FDI) dan investasi dalam negeri, menurunnya impor mesin dan bahan baku, serta perlambatan ekonomi global dan fakta bahwa perdagangan dunia tidak akan segera membaik,
Pemerintah Indonesia didorong agar tidak “business as usual”, tetapi harus melakukan transformasi besar besaran. Pemerintah Indonesia melalui Kepala Bappenas menyatakan telah memberikan stimulus melalui insentif pajak, tambahan belanja negara, serta pembiayaan anggaran untuk menangani masalah kesehatan, perlindungan sosial, dan dukungan kepada dunia usaha dan pemerintah daerah. Mengacu pada Nota Keuangan Anggaran Pendapatan Belanja Negara 2021, pemerintah mengalokasikan anggaran program Pemulihan Ekonomi Nasional mencapai Rp 695,2 triliun atau diperkirakan setara dengan 4,2 persen PDB.
Dekan FEB UMSU Januri, SE., MM., MSi mengatakan “Dalam Acara Outlook Perekonomian ini para pembicara yang hadir merupakan komposisi komplit untuk menjadi suluh dalam problematika kita saat ini khususnya di Sumatera utara. yaitu ada dari pihak regulator, perbankan, pelaku UMKM dan Akademisi atau pengamat perekonomian”.
Dekan FEB UMSU Januri, SE., MM., MSi. juga berharap kegiatan ini dapat menjadi kegiatan yang memberi dampak pengetahuan yang komprehensif sehingga budaya akademik dapat semakin kuat terasa demi terciptanya pengembangan keilmuan serta menjadi dasar referensi bagi para stakeholder untuk mengantisipasi sekaligus menjadikan dasar pengambilan kebijakan di Sumatera Utara.
Salah satu pembicara yaitu Dr. M. Ridha Haykal Amal, S.Sos., S.H., M.Si. (Dinas Koperasi dan UKM SUMUT) menjelaskan bahwa Covid memberikan tekanan kepada perekonomian baik dari sisi permintaan maupun penawaran. lebih lanjut ia menjelaskan bahwa Covid Covid-19 mengakselerasi adopsi digital customer dan pedagang (merchant) di berbagai sektor.
“Kinerja penjualan e-commerce meningkat pesat akibat pandemi. Survei yang dilakukan Redseer pada bulan April 2020 mencatat penggunaan e-commerce naik sebesar 69%, pembayaran digital naik sebesar 65%, penjualan meningkat sebesar 26%, dan permintaan melonjak sebesar 5-10 kali lipat”. “akan tetapi untuk UMKM di Sumatera utara baru sekitar 16% yang sudah terdigitalisasi, ini merupakan tantangan dalam tahun 2021 untuk meningkatkan penggunaan media online yang melihat ada transisi yang besar dari perubahan belanja masyarakat yang mana akan menjadi peluang baru bagi pelaku UMKM,” imbuhnya.
Pertumbuhan Ekonomi Sumut Masih di Atas Nasional
Dr. Prawidya Hariani selaku Ekonom Sumatera utara memaparkan bahwa pertumbuhan ekonomi Sumut di pada kuartal pertama 2020 masih positif pada angka 4.65 % lebih baik daripada Nasional yaitu 2.41%. begitu juga sedangkan kuartal kedua, tiga dan empat posisi Sumatera utara sedikit lebih baik yaitu -2.37%, -2.66%, dan -0.57%. Sementara nasional pada tiga kuartal tersebut berada pada -4.19%, -3.69%, dan -0.6%.
Sedangkan perekonomian Sumatra Utara tahun 2021 akan melaju sebesar 4,8 hingga 5,2 persen, lebih tinggi dari tahun 2020. Salah satu indikatornya adalah kesuksesan vaksinasi dan penanganan Covid-19 di tahun 2021. beliau juga menambahkan bahwa untuk mengembalikan pertumbuhan ekonomi Indonesia khususnya sumatera utara pemerintah tidak mengurangi perhatiannya dalam menjaga stabilitas harga dan kecukupan pasokan kebutuhan masyarakat selain mempercepat proses vaksinasi. “Tentunya Pemerintah tetap berupaya untuk menjaga stabilitas harga sebagai dukungan bagi pemulihan ekonomi nasional melalui strategi ketersediaan pasokan, keterjangkauan harga, kelancaran distribusi, komunikasi yang efektif ,termasuk menciptakan kebijakan yang akomodatif dalam pencapaian sasaran inflasi”.
Selanjutnya Dr. Prawidiya menambahkan bahwa strategi pemulihan sektor industri dan UMKM daerah antara lain memberikan stimulus dan subisidi bunga kredit UMKM serta memberlakukan kebijakan restrukturisasi kredit, membuka lapangan kerja bidang pertanian karena sektor pertanian yang paling minim terdampak Covid-19, melakukan inovasi dan shifting ke digital economy, mendorong daya beli dengan meningkatkan bantuan sosial, baik secara tunai maupun dalam bentuk sembako, menyiapkan stimulus APBD yang paralel dengan dana desa seperti padat karya tunai. (syaifulh/riz)