Muhammadiyah Harus Makin Berkemajuan

Muhammadiyah Harus Makin Berkemajuan

Oleh Prof DR KH Haedar Nashir, M.Si.

Muhammadiyah dalam usia lebih satu abad alhamdulillah makin berkemajuan. Lebih khusus dalam keberhasilan membangun amal usaha pendidikan, kesehatan, pelayanan sosial, pemberdayaan masyarakat, pembinaan masyarakat di akar-rumput atau  jamaah, serta usaha-usaha lain sebagai perwujudan dakwah dan tajdid. Banyak pihak dari luar menilai dan menaruh kepercayaan yang positif terhadap gerakan yang didirikan oleh Kyai Haji Ahmad Dahlan ini.

Sebagai muhasabah, tentu saja harus diakui bahwa Muhammadiyah memiliki kekurangan. Ibarat pepatah tak ada gading yang tak retak. Masalah selalu hadir silih berganti, pasang dan surut. Sebaik apapun organisasi selalu memiliki kelemahan. Negara saja yang memiliki segalanya tidaklah ideal, bahkan banyak masalah. Namun rasa syukur dan optimis harus tetap dikedepankan, dengan  terus berbuat  yang terbaik.

Demikian halnya bagi angggota, kader, dan pimpinan di seluruh lingkungan Persyarikatan penting untuk terus berkiprah lebih bersungguh-sungguh dalam membesarkan Muhammadiyah.  Jangan seperti penonton, yang hanya mengamati tanpan melibatkan diri. Melakukan otokritik boleh dan baik, tetapi kritik bukan sekadar kritik. Kritik selain harus berdasarkan objektivitas dan komitmen yang bertanggungjawab,  menjaga marwah organisasi, sekaligus disertai pengkhidmatan yang tulus dan nyata.

Pekerjaan paling sulit justru bekerja dan berbuat yang terbaik dalam menggerakkan Muhammadiyah untuk makin maju dan unggul. Bagi anggota, kader, dan pimpinan Muhammadiyah di mana pun berada berkiprahlah secara ikhlas dan optimal agar Muhammadiyah dengan amal usaha dan seluruh prgramnya makin maju dan berhasil, sekaligus dapat menyelesaikan masalah-masalah yang ada di dalamnya. Dengan berkiprah muata maka sangat jelas posisi dan peran setiap anggota di dalam Persyarikatan ini.

Kompleksitas Tantangan

Muhammadiyah saat ini dan ke depan harus semakin maju mengingat betapa kompleksnya tantangan kehidupan. Di ranah global terjadi perkembangan dunia yang sangat kompleks dan sarat muatan kepentingan dalam relasi globalisasi dan politik global yang dinamis. Dunia Islam mengalami banyak masalah, lebih-lebih pasca The Arab Spring, yang ditandai perubahan politik Timur Tengah yang terus membara dan sarat kepentingan banyak pihak. Perubahan geopolitik, geoekonomi, dan geobudaya ke Asia Timur terutama Tiongkok sangat mempengaruhi perkembangan dunia. Lahirnya Masyarakat Ekonomi ASEAN akan semakin berpengaruh tehadap perkembangan Indonesia ke depan.

Kehidupan nasional juga banyak masalah yang harus dipecahkan secara sungguh-sungguh. Masalah politik, ekonomi, dan budaya yang cenderung liberal telah menimbulkan dampak yang luas disertai peluruhan  nilai-nilai kebangsaan. Persoalan korupsi, ajimumpung kekuasaan, dominasi partai politik,  otomomi daerah yang sangat terbuka, pengrusakkan dan eksploitasi sumberdaya alam yang besar-besaran, kesenjangan sosial ekonomi, kemiskinan dan marjinalisasi sosial, konflik sosial, krisis keluarga, kekerasan, dan berbagai masalah lainnya masih menjadi beban yang semakim berat bagi bangsa ini.

Umat Islam yang mayoritas di negeri ini masih lemah secara politik, ekonomi, dan budaya. Banyak problem laten dihadapi umat seperti kemiskinan, berfirqah-firqah dan konflik paham, tidak memiliki peta jalan kolektif yang strategis, dan berbagai masalah lainnya. Masalah bangsa identik dengan masalah umat Islam karena merupakan penduduk terbesar. Mayoritas umat di akar-rumput masih dhu’afa-mustadh’afin sehingga sering menjadi objek penderita oleh banyak kepentingan pihak luar. Dalam beberapa aspek mengalami kemajuan, tetapi secara umum umat Islam masih rendah daya saingnya di banding umat-umat yang lain, sehingga belum mampu untuk tampil sebagai umat yang terbaik.

Kondisi umat yang masih lemah tersebut  tidak dapat dibiarkan dan karenanya harus dibebaskan, diberdayakan dan dimajukan melalui kerja-kerja yang konkret, sistematik, dan strategis. Apalah artinya sering membanggakan jumlah umat yang besar manakala lemah secara ekonomi, penguasaan iptek, politik, dan daya saing. Meski merasa kuat jika melakukan aksi massa, namun keadaan umat terbesar ini masih tertinggal. Perubahan ke arah kemajuan harus dimulai dan dilakukan dengan penuh kesadaran oleh umat Islam sendiri, karena “Allah tidak akan mengubah nasib suatu kaum hingga kaum itu mengubah dirinya sendiri” (QS Ar-Ra’du: 11).

Karenanya peran  Muhammadiyah dalam perjuangan keumatan, kebangsaan, dan kemanusiaa  universal ke depan sangat penting dan strategis. Muhammadiyah harus menjadi kekuatan strategis dalam membawa Indonesia dan peradaban semesta yang berkemajuan sejalan dengan nilai-nilai Islam untuk rahmatan lil-‘alamin. Jika ingin berperan memajukan umat, bangsa, dan dunia kemanusiaan universal maka Muhammadiyah sendiri haruslah maju terlebih dulu. Mana mungkin Muhammadiyah dapat memajukan umat dan bangsa manakala dirinya lemah serta tidak berkemajuan atau berkeunggulan.

Mengagendakan Kemajuan

Muhammadiyah harus unggul di segala bidang, itulah Muhammadiyah berkemajuan, Jika ingin umat Islam berkuasa secara politik, berdaya secara ekonomi, dan berintegritas secara budaya dalam bingkai ajaran Islam maka wajib hukumnya maju. Manakala Muhammadiyah dan komponen Islam tertinggal dan hanya asyik dengan kegiatan massa yang heroik tetapi tidak produktif maka hanya seperti fatamorgana, seolah besar tetapi sesungguhnya kecil dan semu. Apalah artinya umat kelihatan heroik dan militan dalam balutan simbol-simbol keislaman yang menyala-nyala, tetapi tidak memiliki keunggulan di dalam dirinya dan tertinggal dari golongan lain dalam berbagai aspek kehidupan.

Muhammadiyah pasca Muktamar ke-47 harus menjadi Muhammadiyah berkemajuan; yaitu Muhammadiyah yang maju dengan dinamis, mandiri, produktif, dan proaktif  sesuai prinsip dan kepribadiannya sebagai gerakan Islam bermisi dakwah dan tajdid. Muhammadiyah harus berkemajuan apabila ingin berkiprah dalam memajukan kehidupan umat, bangsa, dan kemanusiaan universal,  sebab mana mungkin mampu berperan ke luar  manakala dirinya sendiri lemah dan masih berkekurangan. Muhammadiyah harus menjadi kelompok muslim yang kuat, bukan yang lemah. Pesan Nabi, “al-yadu ulya khairu min yadi al-sufla”, bahwa tangan di atas lebih baik daripada tangan di bawah (HR Muslim dari Abdullah ibm Umar). Muhammadiyah harus memilki kekuatan dan keunggulan di banyak bidang garapannya jika ingin berkiprah strategis dalam ranah nasional dan global.

Muhammadiyah untuk itu penting memobilisasi potensi dan kekuatan dinamik dari dalam (inner dynamic), termasuk memperkuat amal usaha dan gerakan ekonomi agar Muhammadiyah semakin unggul dan mandiri. Kerja-kerja produktif harus dikedepankan agar tercipta pusat-pusat keunggulan. Anggota, kader, dan pimpinan di seluruh lingkungan persyarikatan termasuk angkatan mudanya selain berwacana tentu perlu terus belajar bekerja keras membesarkan Muhammadiyah di posisi apapun. Jangan malas dan mudah menuntut, padahal belum membuktikan pemgkhidmatan. Di tempat manapun berada tunjukkan komitmen kemuhammadiyahan yang tulus. Kalau Muhammadiyah ada kekurangan maka tugas semuanya untuk memperbaiki dan menyempurnakan dengan penuh pertanggungjawaban.

Dalam membawa dan menjadikan Muhammadiyah ke masa depan yang maju dan unggul dalam fondasi dan bingkai gerakannya sebagai gerakan Islam bermisi dakwah dan tajdid, sungguh diperlukan  fungsi kepemimpinan Muhammadiyah dari Pusat hingga Ranting yang berwatak pergerakan dengan spirit profetik (kerisalahan) yang mentransformasikan misi keagamaan dan keduniaan secara kokoh.  Artinya memimpin Muhammadiyah itu perujudan dari nilai-nilai Islam yang membumi dalam memajukan kehidupan sebagaimana pandangan Islam berkemajuan. Menampilkan kepemimpinan yang bijak, cerdas, damai, sekaligus mampu menggerakkan kemajuan umat, bangsa, dan kemanusiaan universal.

Para pemimpin Muhammadiyah di seluruh tingkatan jika ingin berfastabiqul khairat dengan gerakan-gerakan lain tentu penting memiliki komitmen kuat untuk menjadikan gerakan Islam ini makin maju dan unggul. Tidak hanya bicara dan berpikir kritis, tetapi tidak kalah penting ialah berkiprah dengan pengkhidmatannya tinggi dalam membesarkan organisasi. Bergerak dengan melakukan kerja-kerja pemikiran dan praksis yang dapat dibuktikam hasilnya, sehingga membawa perubahan ke arah kemajuan. Para pemimpin Muhammadiyah  itu berjiwa ideologis, kata sejalan tindakan, cerdas, berpikiran maju, dan terus berbuat yang terbaik untuk kebesaran dan kejayaan organisasi. Dengan demikian melalui para pemimpinnya yang didukung anggota dan kader yang berkomitmen tinggi maka makin lama Muhamammadiyah makin unggul-berkemajuan!

Sumber: Majalah SM Edisi 7 Tahun 2018

Exit mobile version