Membuhul Niat dalam Hidup
Oleh Masud HMN
Kiyai Haji Bustami Ibrahim dalam bukunya Lembaga Budi menulis sebuah judul dalam bagian buku itu dengan judul Membuhul Niat. Dijelaskan bahwa niat itu landasan amal tujuannya supaya amal terwujud menurut mestinya. Begitulah uraian dibuku tersebut.
Rasanya Topik itu cukup menarik dan amat sesuai dengan kondisi saat ini. Karena tak jarang niat awal yang baik tidak linear lurus. Sering di tengah jalan berubah. Terjadi kekeliruan dan penyimpangan. Maka tidak ada salahnya kalau terjadi kekeliruan kita kembali kepangkal awal perjalanan.
Tentang kekeliruan itu dibentangkan oleh KH Bustami Ibrahim alm –,tokoh Muslim Sumatera Utara era tahun enam puluhan itu—- mengkaitkan dengan cita cita hidup seorang Muslim. Bagaimana dalam kehidupan supaya berjalan lurus, lempang dan konsisten. Untuk itu perlu ada kekokohan niat, konsistensi motivasi serta kemauan kuat dalam kepastian. Jangan sampai terjadi Ibarat kata “diharapkan panas sampai petang kenyataannya hujan tengah hari”.
Membuhul niat, adalah mengikatkan, menjaga atau mengawal motivasi. Pada konteks makna operasinal tatanan masyrakat adalah menjaga, mengikatkan, mengkencangkan substansi tekad untuk mencapai cita cita. Makna operasional membuhul niat ini atau kontekstual karena banyak aral melintang, banyak hambaran dan banyak godaan. Dalam konteks inilah keharusan perlunya kontrol mengamankan niat untuk sampai ke tujuan.
Mencapai tujuan landasannya niat. Tanpa landasan motivasi bisa berantakan atau kacau. Bukankah ada hadis nabi yang menegaskan sesuatu amal itu ditentukan oleh niatnya, Innama amalu bin niaat. Niat begeser, maka apa perbuatan itu akan berubah nilainya atau esensinya. Identiknya niat baik, nilai amalnya baik. Jika niatnya bergeser maka nilainya pun bergeser pula. Bisa amalnya tidak bernilai seperti awalnya.
Dalam kaitan hubungan motivasi dan realitas. Muhamad Natsir tokoh Muslim terkemuka pernah memberi ilustrasi yang bagus dalam mencontohkan perjuangan kemerdekaan Indonesia. Dalam pidatonya pada rapat akbar di lapangan Dwikora Pekbaru tahun 1968 bahwa ada pegeseran niat perjuangan kemerdekaan Indonesia, “Dulu kita berjuang untuk kemakmuran rakyat, Tapi sekarang ini (waktu itu 1968) orang sudah mulai berusaha membagi bagi hasil perjuangan untuk masing masing diri sendiri,” katanya.
Kesan dari Mohammad Natsir jelas menunjukkan motivasi satu niat telah sontak berubah. Dari motivasi untuk rakyat menjelma menjadi motivasi keuntungan masing masing peribadi, Ya itulah!
Mungkin kesabaran melihat kesempatan peluang telah ikut menggoda. Kapan lagi. Saat ada peluang untuk ambil sesuatu untuk pribadi. Fenomena ini kian nyata pada bangsa kita ini. Pembelajaran dari ucapan Mohammad Natsir di atas adalah konstetasi nyata waktu itu. Namun penampilannya yang sederhana dan apa adanya dicatat sejarah. Bahkan pakaiannya masa jadi Perdana Menteri amat sederhana. Pernah baju dinasnya dipakai lusuh dan sobek. Demikianlah gambaran tokoh sederhana, sabar dan menunjukkan niat yang lurus dan otentik.
Untuk melengkapi itu semua Muhammad Natsir juga menuliskan ayat al Quran di dinding rumahnya esensi pejuang dan kesabaran dan keikhlasan tersebut. Mungkin tidak semua memperhatikan tulisan itu. Agaknya itu pula menjadi pelambang jalan hidup beliau. Luar biasa.Yaitu dengan seni huruf kaligrafi tulisan Arab menghias ruang depan kediamannya di Jalan Cokroaminoto no 46 Menteng Jakarta semasa beliau hidup. Ayat al Quran yang maknanya sebagai berikut,
Orang yang berjuang dijalanNya dengn sungguh sunguh pada jalan agama Agama dengan tekun akan ditunjukkan jalan, sesungguhnya Allah bersama dengan orang yang ikhlas (Al Ankabut surat 29 ayat 69)
Ayat ini menyatakan kata berjuang, kesungguhan, dan pertolongan kepada orang yang muhsinin, Jadi orang yang punya motivasi dalam berjuang sesuai dengan petunjuk akan diberi jalan keluar. Maksudnya pencapaian suatu tujuan dilalui dengan perjuangan, dengan mengikuti jalanNya. Salah satu jalan itu adalah dengan membuhul niat, mengawal,menjaga serta konsisten motivasi atau niat nya.
Akhirnya adanya niat menentukan nilai amal yang dilakukan. Namun harus diiringi dengan konsistensi. Niat yang melenceng, niat yang bergeser jelas tidak akan menyampaikan kepada tujuan. Masya Allah. Semoga tidak demikian.
Dr Masud HMN, Dosen Pascasarjana Universitas Muhammadiyah Prof Dr Hamka (UHAMKA) Jakarta