Mengambil Pelajaran dari 3 Orang Suku Bani Israil
Oleh Deri Adlis
Dalam kita Riyadus Shalihin Karangan Imam An-Nawawi, sebuah Hadis menyebutkan “dari Abu Hurairah Ra, dia mendengar Rasulullah SAW bersabdah “ sesungguhnya ada tiga orang dari Bani Israil mereka ialah orang yang berkulit belang (sopak), orang yang berkepala Botak, orang yang buta. Allah SWT ingi menguji ketiga orang ini dengan mengutus satu malaikat kepada mereka(dalam rupa bentuk Manusia). Malaikat tersebut mendatangi orang yang berkulit sopak (belang) kemudian bertanya “ sesuatu apakah yang ingin engkau minta?
Maka dia menjawab “warna yang bangus, kulit yang bagus dan hilangnya dari saya sesuatu yang membuat orang jijik saya. Maka malaikat itu mengusapnya serta saat itu juga hilanglah penyakit yang menjijikkan tadi, serta dia diberi warna kulit yang bagus. Kemudian malaikat tersebut kembali bertanya: “harta apakah yang paling engkau minati? Se belang tersebut menjawab onta. Maka dia diberi satu onta yang bunting kemudian malaikan tersebut mendoakan “semoga Allah memberi berkah untukmu dalam onta ini.
Selanjutnya malaikan yang dalam rupa manusia itu kemudian mendatangi si Botak. Pertanyaan yang sama dengan diatas juga dilontarkan kepada sibotak. “ Apakah yang paling engkau sukai? Dia menjawab “Rambut yang indah serta hilangnya dari diri saya sesuatu yang membuat manusia menjauhi saya. Maka Malaikat tersebut mengusapnya dan seketika hilanglah segala penyakit si Botak tadi serta dia diberi rambut yang Indah. Kemudia Malaikat kembali bertanya :” Harta apakah yang paling engaku minati ? dia menjawab” Sapi. Maka dia diberi sapi yang bunting, kemudia malaikat tersebut mendoakannya “ semoga Allah memberkahinya untukmu.
Lalu malaikat dalam rupa manusia juga mendatangi si Buta dan bertanya:” Apakah yang paling engkau sukai? Dia menjawab “Allah kembalikan kepada saya penglihatan saya agar saya dapat melihat manusia. Maka Malaikat tersebut mengusapkan maka seketikan Allah mengebalikan penglihatannya. Kemudia malaikat tadi kembali bertanya ;” harta apakah yang paling engkau minati? Dia menjawab “Kambing. Maka dia diberi seekor kambing yang bunting, kemudia malaikat pun mendoakan yang sama.
Kemudian harta ketiga orang bani israil ini berkembang biak dan maju. Onta milik sibelang berkembang biak dan maju bahkan sampai memiliki satu lembah onta. Sapi yang dimiliki oleh si Botak juga berkembang biak dan maju, bahkan sampai memiliki satu lembah sapi. Hal yang sama juga dialami oleh si buta dengan kampingnya juga berkembang biak dan maju, bahkan sampai satu lembah kambing.
Kemudian malaikat mendatangi si belang dalam rupa manusia yang sedang safar kemudia berkata kepada si belang : seorang miskin telah terputus bagiku semua sebab safarku, maka kini tidak ada bekal bagiku kecuali dengan pertolongan Allah dan bantuan anda. Maka saya memohon kepada anda demi Allah yang telah memberi saudara warna dan kulit yang bagus serta harta aga bisa membantu mengantar saya dalam safar ini. Maka si belang menjawab : “Hak-hak orang lain masih banyak. Kemudia malaikat tadi juga berkata “ bukan kah anda orang yang dulu berkulit belang yang dijauhi orang dan juga fakir, kemudian Allah memberikan saudara harta ? dia menjawab : “sesungguhnya harta ini saya warisi dari orang tua saya. Maka malaikat tersebut mengatakan : “ Jika kamu dusta maka Allah kembalikan kamu seperti semulah.
Kemudia malaikat juga mendatangi si Botak. Pertanyaan yang sama juga disampaikan kepada sibotak. Kemudian si Botak juga menjawab dengan jawaban yang persis sama dengan jawaban si Belang. Maka Malaikat pun berkata : jika kamu dusta maka Allah kembalikan kamu dalam keadaanmu semula. Kemudian malaikat juga mendatangi si buta dengan rupa dan penampilan yang sama ketika dia mendatangi si Belang dan si Botak.
Kemudian malaikat mengatakan: “ saya memohon kepada anda demi Allah yang telah mengembalikan penglihatan anda, satu kambing saja agar saya bisa meneruskan perjalanan ini. Maka si Buta berkata : “ saya dulu buta, kemudian Allah mengembalikan penglihatan saya, saya dulu fakir maka Allah berikan saya harta. Maka ambillah harta yang mana kamu suka dan tinggalkanlah yang mana kamu suka. Demi Allah aku tidak keberatan dengan apa yang kamu ambil karena Allah. Maka malaikat itu berkata “ jagalah harta kamu, sebenarnya kamu hanya di uji. Dan Allah telah ridho kepada kamu dan murka terhadap dua sahabatmu. ( HR. Bukhari-Muslim).
Merasa Lupa dan Merasa Diawasi Allah
Kisah diatas merupakan dua gambaran sifat yang dimiliki oleh manusia. Pertama, ada manusia ketika dia susah ingat kepada Allah, namun ketika dia diberi nikmat yang melimpah dia lupa dengan Allah. Umumnya mereka yang bersifat ini beranggapan bahwa segala nikmat yang di peroleh itu adalah hasil dari keringat. Padahal tidak, karena selama ini Allah lah yang memberi nikmat kepadanya.
Dia tidak ingat bahwa yang harta yang di berikann kepadanya itu merupakan ujian dari Allah, dan dia juga lupa bahwa Allah SWT senantiasa tiasa selalu mengawasinya. Maka orang seperti ini merupakan orang fasik, ia bukan hanya lupa kepada Allah, dia juga lupa kepada dirinya sendiri. “Dan janganlah kamu seperti orang-orang yang lupa kepada Allah, lalu Allah menjadikan mereka lupa kepada mereka sendiri. mereka Itulah orang-orang yang fasik”. (QS. al-Hasyr: 19).
Diakhirat mereka seperti ini akan mendapatkan kehidupan yang sempit, serta dibangkitkan dalam keadaan buta. “Dan barangsiapa berpaling dari peringatanKu, maka sesungguhnya baginya penghidupan yang sempit, dan Kami akan menghimpunkannya pada hari kiamat dalam keadaan buta.”( QS. Thoha: 124)
Kedua, ada manusia ketika susah dan senang dia senantia mengingat Allah. Manusia seperti ini tahu selama ini Allah senantiasa mengawasi dan melihat apa yang dikerjakan. Sifat seperti ini dikenal dengan istilah murâqabah.
murâqabah yaitu ini merupakan hasil dari pengetahuan seseorang yang dengannya dia meyakini bahwa Allâh Subhanahu wa Ta’ala senantiasa mengawasi, melihat, mendengar dan mengetahui semua sepak terjangnya setiap saat, setiap tarikan nafas dan setiap kejapan mata. Seperti yang di firmankan Allah ; “Dia bersama kamu di mama saja kamu berada. dan Allah Maha melihat apa yang kamu kerjakan”.(al-Hadid:4). “Sesungguhnya Tuhanmu benar-benar mengawasi”. (al-Fajr :14)
Dalam ajaran Islam, muraqabatullah merupakan suatu kedudukan yang tinggi. Hadis menyebutkan bahwa muraqabatullah sejajar dengan tingkatan ihsan, yakni beribadah kepada Allah seakan-akan melihat-Nya dan jika kita tak mampu melihatnya, maka sesungguhnya Allah melihat kita. (Muttafaq alaih)
Manusia yang memiliki rasa muraqabatulah (merasa diawasi Allah), dia akan merasakan keagungan Allah dan kesempurnaanya. Tenteram ketika ingat nama-Nya, merasakan ketenteraman ketika taat kepada-Nya, ingin bertetanggaan dengan-Nya, datang menghadap kepada-Nya, dan berpaling dari selain-Nya.
Akhirnya mari kita renungi juga sebuah kisah yang dituturkan oleh Abdullah bin Dinar sebagai motivasi bagi kita untuk menjadi orang yang merasa selalu diawasi oleh Allah SWT.
Abdullah bin Dinar berkata, “Pada suatu hari, aku pergi ke Makkah bersama Umar bin Khaththab. Di salah satu jalan, kami berhenti untuk istirahat, tiba-tiba salah seorang penggembala turun kepada kami dari gunung. Umar bin Khaththab bertanya kepada penggembala tersebut, ‘Hai penggembala, juallah seekor kambingmu kepada kami’.”
Penggembala tersebut berkata, “Kambing-kambing ini bukan milikku, tapi milik majikanku.’’ Umar bin Khaththab berkata, “Katakan saja kepada majikanmu bahwa kambingnya dimakan serigala.’’
Namun, penggembala yang budak tersebut berkata, “Kalau begitu, di mana Allah?” Umar bin Khaththab menangis, kemudian ia pergi kemajikan penggembala tersebut, lalu membeli budak tersebut dan memerdekakannya.”
Deri Adlis, Mubaligh di Kabupaten Kepulauan Anambas dan Sekretaris Pimpinan Daerah Pemuda Muhammadiyah Kepulauan Anambas