YOGYAKARTA, Suara Muhammadiyah – “Ibu-ibu sekalian berta’awaun dan berjihad tanpa mengenal pamrih, itulah jiwa persyarikatan Muhammadiyah, itulah jiwa ‘Aisyiyah yang asli, yang tanpa berpikir apapun hanya mencari ridha Allah, berhidmat sebegitu rupa untuk bertaawun bagi sesama,” ujar Ketua Umum Pimpinan Pusat ‘Aisyiyah, Siti Noordjannah Djohantini menyampaikan apresiasinya bagi gerak dakwah para kader ‘Aisyiyah di masa pandemi dan juga saat situasi bencana di Indonesia.
Apresiasi tersebut disampaikan Noordjannah saat membuka Konsolidasi Nasional Pimpinan ‘Aisyiyah yang dilakukan secara daring pada Sabtu (6/2) dengan tema “Refleksi Strategi Dakwah Aisyiyah Masa Pandemi Covid-19 dan Optimalisasi Gerakan Jelang Muktamar ke 48 di Surakarta” yang diikuti lebih dari 600 Pimpinan Wilayah ‘Aisyiyah di seluruh Indonesia dan Pimpinan Cabang Istimewa ‘Aisyiyah di luar negeri.
Disampaikan oleh Noordjannah, Indonesia tengah dihadapi berbagai permasalahan, tidak hanya pandemi tetapi juga situasi bencana yang muncul di berbagai daerah. Kondisi tersebut membawa dampak yang luar biasa tidak hanya bagi warga Muhammadiyah ‘Aisyiyah, amal usaha, tetapi juga kehidupan masyarakat secara luas, akan tetapi kader ‘Aisyiyah tidak pernah tinggal diam. “‘Aisyiyah tidak diam tetapi menjadi organisasi yang terdepan, bahkan kami melihat seakan ibu-ibu itu tidak punya rasa takut karena rasa takut sudah hilang, yang ada adalah bagaimana kita mencari ridha Allah, bergandeng tangan membantu saudara kita yang terkena bencana.”
Dengan penuh haru Noordjannah atas nama Pimpinan Pusat ‘Aisyiyah menyatakan rasa bangga dan apresiasinya kepada para kader ‘Aisyiyah. “Kami mengapresiasi dan berterimakasih kepada ibu-ibu sekalian, mohon untuk disampaikan salam kami atas nama Pimpinan Pusat ‘Aisyiyah kepada seluruh pimpinan ‘Aisyiyah sampai tingkat bawah yang dengan jiwa begitu rupa telah memberikan kontribusi yang luar biasa dalam mengemban dakwah ‘Aisyiyah, tidak ada apa-apanya ‘Aisyiyah jika kita tidak bersama-sama dan tidak bergerak dari tingkat bawah.” Para kader bagi Noordjannah adalah merupakan kebanggan dalam menjalankan tantangan selama masa pandemi.
Lebih lanjut, Noordjannah terus mengajak para kader ‘Aisyiyah untuk semakin memperteguh langkah dalam memberikan kontribusi bagi penyelesaian masalah negeri di era pandemi ini. Menurut Noordjannah tantangan dakwah ‘Aisyiyah semakin berat karena pandemi yang kecenderungannya masih meningkat, berkurangnya disiplin masyarakat dalam mematuhi protokol kesehatan, kebijakan pemerintah yang sering kurang efektif, dan bahkan munculnya praktik korupsi penyalah gunaan dana negara dalam penanganan pandemi.
“Menjadi sesuatu yang memalukan di saat warga bangsa dan seluruh komponen masyarakat bergotong royong tapi ternyata ada sebagian elit yang memiliki perilaku yang kumuh, yang tidak terpuji karena memanfaatkan dana negara yang seharusnya digunakan untuk kepentingan masalah covid menjadi disalahgunakan,” tambah Siti Noordjannah.
Oleh karenanya tegas Noordjannah, tugas dakwah ‘Aisyiyah belum selesai selama pandemi dan tidak akan pernah selesai. “Masih begitu banyak permasalahan dalam kehidupan masyarakat dan bangsa kita yang memerlukan komitmen dan panggilan dakwah ‘Aisyiyah yang semakin kokoh, meluas, dan melintas batas.” Tantangan dan permasalahan yang semakin komplek bagi Noordjannah memerlukan gerak kepemimpinan organisasi yang menggerakkan bukan kepemimpinan yang pasif, serta kepemimpinan yang memberdayakan dan membuat orang lain menjadi mandiri. Ia mendorong agar subyek dakwah ‘Aisyiyah dapat bangkit mandiri dan dapat terus merasakan manfaat keberadaan ‘Aisyiyah. “Kepemimpinan ‘Aisyiyah harus mendorong agar orang mau berubah dari sesuatu yang baik saat ini berubah menjadi lebih baik.” (Suri)