Indahnya Kolaborasi melalui Silaturahmi Virtual
Oleh dr Dito Anurogo, MSc
Taiwan, 6 Februari 2021 – Pimpinan Cabang Istimewa Muhammadiyah (PCIM) Taiwan mendapatkan apresiasi dari Sekretaris Umum PP Muhammadiyah, Prof Dr Abdul Mu’ti M.Ed. “Saya telah mengikuti perkembangan PCIM Taiwan sejak lama. PCIM Taiwan sangat aktif mengadakan berbagai kegiatan sosial yang sangat bermanfaat bagi masyarakat, serta memiliki pelbagai amal usaha yang sangat strategis. Pusat belajar masyarakat yang telah dirintis oleh PCIM Taiwan untuk buruh-buruh migran (PMI), bisa menjadi rintisan sekolah Muhammadiyah di Taiwan, atau bentuk pendidikan formal lainnya.
Terlebih sudah ada kemitraan dengan ITB Ahmad Dahlan Jakarta untuk program S1. Hal ini tentunya dimungkinkan berkat adanya komitmen dari seluruh jajaran PCIM Taiwan, di tengah-tengah kesibukan yang amat padat,” papar Abdul Mu’ti dalam kegiatan “Cyber silaturahim Kader Muhammadiyah Taiwan”. Kegiatan yang dihadiri 75 partisipan ini bertujuan sebagai salah satu bagian ikhtiar, agar eksistensi Muhammadiyah semakin kuat dan bermanfaat bagi umat.
Hikmah dari Inggris
Islam telah menjadi komunitas kedua yang terbesar di Inggris. Keberhasilan ini dimulai dari kisah para buruh atau pekerja kasar yang bekerja di Liverpool. Mereka bekerja keras dan setelah berhasil, mereka membawa keluarga mereka untuk menetap di Inggris. Mayoritas penduduk Islam di Inggris berasal dari negara India, Pakistan, dan Bangladesh. Situasi serupa ini mirip dengan imigran muslim di Perancis. Berbagai data statistik menunjukkan bahwa Islam akan menjadi komunitas terbesar kedua di Eropa. Hikmah ini juga disampaikan oleh Abdul Mu’ti saat silaturahmi virtual melalui Zoom, Sabtu 6 Februari 2021.
Diaspora
Abdul Mu’ti mengemukakan pula agar Muhammadiyah dapat memperluas dakwah melalui diaspora yang berada di Taiwan. Baik untuk permanen residen terutama para profesional, maupun PMI (Pekerja Migran Indonesia). Masyarakat Indonesia yang berada di luar negeri telah membentuk komunitas “Diaspora Indonesia”. Nah, sekarang bagaimana agar Muhammadiyah juga memiliki “Diaspora Muhammadiyah”. “Tidak perlu semuanya pulang ke tanah air. Jadilah Muhajirin yang memperkuat dakwah Muhammadiyah di Taiwan. Carilah channel dan networking yang sebanyak-banyaknya dan seluas-luasnya,” tuturnya berwibawa.
Internasionalisasi Muhammadiyah sebenarnya secara tidak langsung diperkuat oleh mahasiswa-mahasiswa kader Muhammadiyah yang sedang melakukan studi di luar negeri, pelbagai kegiatan-kegiatan kemanusiaan dan perdamaian lainnya. Muhammadiyah memiliki banyak kemitraan dengan lembaga-lembaga berkelas Internasional, termasuk kerjasama dengan institusi pendidikan dan perguruan tinggi yang berada di Taiwan.
Para diaspora yang melakukan studi di luar negeri pastilah memiliki kesempatan emas untuk menjalin hubungan Internasional, jaringan bilateral, pengalaman berinteraksi dengan berbagai komunitas, pemahaman bahasa, serta budaya. Salah satunya melalui “second track diplomation”. Indonesia telah lama memiliki hubungan yang baik dengan Taiwan di bidang perdagangan dan pendidikan.
Indahnya Keberanekaragaman
Dalam webinar yang berlangsung selama lebih dari 90 menit, Abdul Mu’ti menjelaskan tentang QS Al Maidah ayat 48, yang artinya “Untuk setiap umat di antara kamu, Kami berikan aturan dan jalan yang terang. Kalau Allah menghendaki, niscaya kamu dijadikan-Nya satu umat (saja), tetapi Allah hendak menguji kamu terhadap karunia yang telah diberikan-Nya kepadamu, maka berlomba-lombalah berbuat kebajikan.” Ayat ini menjelaskan bahwa secara kodrati, umat Islam itu tidak pernah tunggal. Kalau sekiranya Allah menghendaki, niscaya kamu akan dijadikan satu (umat) saja.
Menurut Yusuf Qardhawi, memang akan terjadi perbedaan dan keragaman di masyarakat. Perbedaan yang muncul dapat bersifat alamiah, ilmiah, dan amaliah. Perbedaan furuiyah (cabang) terjadi karena proses-proses yang terkait dengan pemahaman terhadap Islam, terkait dengan strategi dalam dakwah dan perjuangan Islam. Ikhtilah (perbedaan) itu terjadi dalam furuiyah, bukan usuliyah, sehingga tidak menjadikan tafarruq (perpecahan).
Ada tiga hikmah atau “keindahan” di balik perbedaan. Pertama, perbedaan adalah sunnatullah. Kedua, perbedaan adalah bagian dari konsekuensi-konsekuensi kita saat memilih kecenderungan untuk berafiliasi. Ketiga, hendaklah tidak bertafaruk (bercerai-berai), namun berlomba-lombalah untuk menjadi yang terbaik. Bukan merasa diri yang terbaik, tanpa merendahkan yang lain. Jangan pula menjadi sektarian.
Pentingnya Kolaborasi
Saat berhimpun atau bergabung di dalam organisasi, pengalaman saat (Anda) berada di tanah air dapat ditransformasikan selama berada di Taiwan, selama terhubung dengan kesamaan akidah. Bila berbeda akidah, maka masih terhubung dengan ikatan kemanusiaan. Hal yang perlu dibangun adalah kekurangan kita disempurnakan dengan kelebihan yang lainnya. Saling berkerjasama (berkolaborasi) dan memperkokoh satu sama lainnya.
Abdul Mu’ti juga mengemukakan strategi komunikasi efektif dalam berdakwah. Caranya mudah dan sederhana. Perlu untuk lebih sering bertemu, untuk saling bekerjasama. Tentunya di bidang-bidang yang terkait dengan tantangan kehidupan. Misalnya kerjasama di bidang kemanusiaan. Bukan hanya seremonial dan simbolis, namun bersifat jangka panjang.
Kedekatan itu juga dapat dibangun berdasarkan komunikasi yang intens dan sering berinteraksi. Sering bertaaruf. Membangun komunikasi yang maksimal. Munculkan kesamaannya dahulu. Perbedaan manusia itu dimulai dari persamaan asal kejadian umat manusia. Di dalam Alquran, kata “li ta’arofuu” dapat dilakukan dengan beberapa tahapan. Pertama, dimulai dari pandangan positif orang lain. Kedua, diikuti dengan perilaku, akhlak terpuji atau baik. Ketiga, kemuliaan itu dinilai dari ketakwaan.
Di dalam berorganisasi, tetap saling menghormati dan saling bekerjasama. Muhammadiyah telah lama dan sering sekali bekerjasama dengan lembaga-lembaga Internasional, terutama di bidang kesehatan dan kemanusiaan. Secara tidak langsung, berorganisasi itu adalah sarana kita untuk berdakwah. Contoh lainnya dengan mengadakan silaturahmi virtual.
dr Dito Anurogo MSc, dosen Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Makassar, mahasiswa S3 di IPCTRM Taipei Medical University Taiwan