Momentum Hari Pers Nasional, Aktivis Persyarikatan Harus Bisa Menjadi Pewarta

Menyambut hari Pers Nasional 9 Pebruari harusnya menjadi momentum bagi aktivis persyarikatan. Mengapa demikian?

Muhammadiyah dikenal sebagai organisasi yang dinamis. Selalu bergerak tanpa henti. Digerakkan secara dinamis oleh para pimpinannya dari ranting sampai pusat.

Ribuan amal usahanya diberbagai bidang tidak sepi dari berbagai kegiatan. Tapi menjadi keprihatinan karena tidak ada publikasi. Hingga orang di luar persyarikatan menganggap Muhammadiyah sepi dari aktifitas.

Pasalnya, para aktivis gerakan ini masih ogah untuk mempublikasikannya. Bahkan ada kecenderungan merasa tidak perlu dan tidak penting. Ada yang berfaham memberitakan kegiatan itu riya.

Tentu pemikiran seperti itu, di era media sosial yang begitu canggih akan digilas. Kita harus merubah strategi dakwah di era digital ini. Para aktivis harus mempunyai jejak digital.

Ada segelintir orang yang duduk manis di depan medsos bisa membikin berita yang menghebohkan. Mereka tidak menghabiskan uang banyak tapi jejak digitalnya luarbiasa.

Sementara kita para aktivis membikin kegiatan yang menghabiskan uang jutaan. Tapi kadang tidak ada jejak digitalnya sama sekali. Sungguh ironi.

Untuk itu, momentum Hari Pers Nasional harus bisa merubah cara pandang para aktifis. Baik aktivis dakwah maupun pegiat sosial. Para pimpinan persyarikatan maupun kader kader organisasi otonom.

Tulislah. Beritakan. Apa yang anda lakukan dalam dakwah hari ini. Kirim ke media yang dimiliki persyarikatan.

Tidak usah ragu. Tidak usah takut. Tidak usah menunda nunda. Ada editor yang akan menyelaraskan tulisan dan bahasa yang kita tulis.

Kalau para aktivis dakwah mau menulis. Pasti website dan media sosial milik persyarikatan akan kebanjiran naskah atau berita kegiatan setiap harinya.

Bahkan tokoh persyarikatan dan sahabat kita yang wafat. Dapat menjadi tulisan yang mempunyai nilai lebih. Rekam jejak dan kepribadiannya akan menjadi ibrah bagi pembacanya

Sehingga, tidak ada keluhan pimpinan redaksi yang mengelola website persyarikatan merasa kehabisan naskah. Sampai sampai ada redaksi yang putus asa dan tidak mengurus website persyarikatan.

Mari mencoba. Mari menulis. Mari memberitakan apa yang kita lakukan hari ini atau yang dilakukan sahabat kita dalam aktifitas dakwah di persyarikatan.

Kalau tidak sekarang kapan lagi kita memulai. Mumpung masih sehat wal afiat dan punya kesempatan

Fastabiqul khairat. Selamat Hari Pers Nasional.

Fathurrahim Syuhadi, Wakil Ketua Kwarwil HW Jawa Timur

Exit mobile version