Dahsyatnya Berinfaq dalam Perspektif Al-Qur’an dan As-Sunnah

Berinfaq

Dr. Sulidar, M.Ag

Dahsyatnya Berinfaq Dalam Perspektif Alquran dan as-Sunnah

Oleh : Dr. Sulidar, M.Ag

Kata infaq berasal dari bahasa Arab, berasal dari akar kata (نَفَقَ-يَنْفُقُ-نَفَاقًا) الشَّئُ)nafaqa-yanfaqu-nafaqan bermakna sesuatu habis; atau anfaqa al-mal-istanfaqa, (أَنْفَقَ المَالَ- اِستَنْفَقَbermakna membelanjakan harta.  Secara terminologi syariat, infak berarti menge luarkan sebagian dari harta yang diberikan Allah swt untuk suatu kepentingan yang diperintahkan ajaran Islam. Jika zakat mempunyai haul dan nisab, infaq tidak mengenal haul dan nisab. Berdasarkan hukum nya infaq dikategorikan menjadi 2 bagian yaitu Infaq wajib dan sunnah. Infaq wajib diantaranya zakat, kafarat, dan nadzar. Adapun infaq sunnah diantaranya, seperti pemberian kepada fakir miskin, menolong kesulitan sesama muslim, infaq bencana alam, infaq kemanusiaan, dan lain-lain yang bermanfaat bagi kemaslahatan umum.

Keistimewaan Berinfaq Dalam Alquran

Bila merujuk pada kata anfaqa, berinfaq dalam Alquran disebut sebanyak 72 kali.
Selanjutnya, satu-satunya amal salih yang meng gunakan dari akar kata khalafa yang bermakna meng ganti. Kendati pun dalam ayat-ayat infaq juga meng gunakan kata ajr dan jaza’, namun dengan digunakan nya akar kata khalafa, artinya setiap hamba-Nya yang berinfaq di jalan Allah, akan diganti oleh Allah swt., tentu ganti nya sesuai dengan kebutuhan dari hamba-Nya tersebut. Misalnya, jika hamba-Nya pada saat itu membutuhkan kesembuhan dari penyakit, maka Allah swt akan menyembuhkannya. Jadi, balasan dari berin faq tidak selamanya berupa harta, tetapi disesuaikan dengan kebutuhan hamba-Nya. Perhatikan Alquran: Q.S.Saba’/34:39:

قُلْ إِنَّ رَبِّي يَبْسُطُ الرِّزْقَ لِمَنْ يَشَاءُ مِنْ عِبَادِهِ وَيَقْدِرُ لَهُ وَمَا أَنْفَقْتُمْ مِنْ شَيْءٍ فَهُوَ يُخْلِفُهُ وَهُوَ خَيْرُ الرَّازِقِينَ (39)

Katakanlah:”Sesungguhnya Tuhanku melapangkan re zeki bagi siapa yang dikehendaki-Nya di antara ham ba-hamba-Nya dan menyempitkan bagi (siapa yang di kehendaki-Nya)”.Dan barang apa saja yang kamu naf kahkan/infakkan, maka Allah akan menggantinya dan Dia-lah Pemberi rezeki yang sebaik-baiknya.

Didoakan oleh Malaikat

Sebagaimana di atas dikatakan bahwa akar kata khalafa juga digunakan untuk berinfaq dalam suatu sabda Rasul saw. sekaligus dalam hadis ini malaikat mendoakan orang yang berinfaq di waktu Subuh.

حَدَّثَنَا إِسْمَاعِيلُ قَالَ حَدَّثَنِي أَخِي عَنْ سُلَيْمَانَ عَنْ مُعَاوِيَةَ بْنِ أَبِي مُزَرِّدٍ عَنْ أَبِي الْحُبَابِ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ مَا مِنْ يَوْمٍ يُصْبِحُ الْعِبَادُ فِيهِ إِلاَّ مَلَكَانِ يَنْزِلاَنِ فَيَقُولُ أَحَدُهُمَا اللَّهُمَّ أَعْطِ مُنْفِقًا خَلَفًا وَيَقُولُ اْلآخَرُ اللَّهُمَّ أَعْطِ مُمْسِكًا تَلَفًا.

Telah menceritakan kepada kami Isma’il berkata, telah menceritakan kepada saya saudaraku dari Sulaiman dari Mu’awiyah bin Abu Muzarrid dari Abu Al-Hubab dari Abu Hurairah ra. bahwa Nabi saw. bersabda: “Ti dak ada suatu hari pun di waktu Subuh ketika seorang hamba melewati paginya kecuali akan turun (datang) dua malaikat kepadanya lalu salah satunya berkata; “Ya Allah berikan lah pengganti bagi siapa yang menaf kahkan harta nya”, sedangkan yang satunya lagi berkata; “Ya Allah berikanlah kehancuran (kebinasaan) kepada orang yang menahan hartanya (bakhil) “. H.R.al-Bukhari. No hadis : 1351.

وحَدَّثَنِي الْقَاسِمُ بْنُ زَكَرِيَّا حَدَّثَنَا خَالِدُ بْنُ مَخْلَدٍ حَدَّثَنِي سُلَيْمَانُ وَهُوَ ابْنُ بِلالٍ حَدَّثَنِي مُعَاوِيَةُ بْنُ أَبِي مُزَرِّدٍ عَنْ سَعِيدِ بْنِ يَسَارٍ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَا مِنْ يَوْمٍ يُصْبِحُ الْعِبَادُ فِيهِ إِلاَّ مَلَكَانِ يَنْزِلاَنِ فَيَقُولُ أَحَدُهُمَا اللَّهُمَّ أَعْطِ مُنْفِقًا خَلَفًا وَيَقُولُ اْلآخَرُ اللَّهُمَّ أَعْطِ مُمْسِكًا تَلَفًا.

Dan telah menceritakan kepadaku Al-Qasim bin Za kariya Telah menceritakan kepada kami Khalid bin Makhlad telah menceritakan kepadaku Sulaiman bin Bilal telah menceritakan kepadaku Mu’awiyah bin Abu Muzarrid dari Sa’id bin Yasar dari Abu Hurairah ia berkata; Rasul saw. bersabda: “Tidaklah seorang hamba memasuki waktu Subuh pada setiap harinya, ke cuali ada dua malaikat yang turun. Salah satunya memohon: ‘Ya Allah, berikanlah ganti bagi dermawan yang menyedekahkan hartanya.’ Dan satu lagi memo hon: ‘Ya Allah, musnahkanlah harta si bakhil.’H.R. Muslim. No. Hadis 1678.

Dalam as-Sunnah di atas, dikatakan bahwa orang berinfaq khususnya di waktu Subuh/pagi hari akan didoakan oleh Malaikat agar Allah membalas orang yang berinfaq, demikian pula orang yang bakhil juga didoakan oleh Malaikat agar dibinasakan hartanya oleh Allah swt.
Berinfaq mesti mencari rida Allah, maka balasannya kembali pada yang berinfaq, serta tidak akan pernah merugi. Q.S.al-Baqarah/2:272:

لَيْسَ عَلَيْكَ هُدَاهُمْ وَلَكِنَّ اللهَ يَهْدِي مَنْ يَشَاءُ وَمَا تُنْفِقُوا مِنْ خَيْرٍ فَلِأَنْفُسِكُمْ وَمَا تُنْفِقُونَ إِلاَّ ابْتِغَاءَ وَجْهِ اللهِ وَمَا تُنْفِقُوا مِنْ خَيْرٍ يُوَفَّ إِلَيْكُمْ وَأَنْتُمْ لاَ تُظْلَمُونَ (272)

Bukanlah kewajibanmu menjadikan mereka mendapat petunjuk, akan tetapi Allah-lah yang memberi petun juk (memberi taufik) siapa yang dikehendaki-Nya. Dan apa saja harta yang baik yang kamu nafkahkan, maka balasan (pahalanya) itu untuk kamu sendiri. Dan janganlah kamu membelanjakan sesuatu melainkan karena mencari keridaan Allah. Dan apa saja harta yang baik yang kamu infakkan, niscaya kamu akan diberi balasan (pahalanya) dengan cukup sedang kamu

sedikitpun tidak akan dianiaya (dirugikan).

Berinfaq apa yang kita cintai

لَنْ تَنَالُواالْبِرَّحَتَّى تُنْفِقُوا مِمَّا تُحِبُّونَ وَمَاتُنْفِقُوا مِنْ شَيْءٍ فَإِنَّ اللهَ بِهِ عَلِيمٌ (92)

Kamu sekali-kali tidak sampai kepada kebaikan (yang sempurna), sebelum kamu menginfakkan sebahagian harta yang kamu cintai. Dan apa saja yang kamu infakkan, maka sesungguhnya Allah mengetahuinya. Q.S.Ali ‘Imran/3:92:

Balasan bagi Orang yang Berinfaq

dan Memberi Pinjaman Kepada Allah SWT

1. Mendapat 2 X lipat (200%) Q.S.al-Baqarah/2:265:

وَمَثَلُ الَّذِينَ يُنْفِقُونَ أَمْوَالَهُمُ ابْتِغَاءَ مَرْضَاةِ اللهِ وَتَثْبِيتًا مِنْ أَنْفُسِهِمْ كَمَثَلِ جَنَّةٍ بِرَبْوَةٍ أَصَابَهَا وَابِلٌ فَآتَتْ أُكُلَهَا ضِعْفَيْنِ فَإِنْ لَمْ يُصِبْهَا وَابِلٌ فَطَلٌّ وَ اللهُ بِمَا تَعْمَلُونَ بَصِيرٌ (265)

Dan perumpamaan orang-orang yang membelanjakan hartanya karena mencari keridaan Allah dan untuk keteguhan jiwa mereka, seperti sebuah kebun yang terletak di dataran tinggi yang disiram oleh hujan lebat, maka kebun itu menghasilkan buahnya dua kali lipat. Jika hujan lebat tidak menyiraminya, maka hu jan gerimis (pun memadai). Dan Allah Maha Melihat apa yang kamu perbuat.

2. Mendapat lipat ganda yang banyak.

Q.S.al-Baqarah/2:245:

مَنْ ذَا الَّذِي يُقْرِضُ اللهَ قَرْضًا حَسَنًا فَيُضَاعِفَهُ لَهُ أَضْعَافًا كَثِيرَةً وَ اللهُ يَقْبِضُ وَيَبْسُطُ وَإِلَيْهِ تُرْجَعُونَ (245)

Siapakah yang mau memberi pinjaman kepada Allah, pinja man yang baik (menafkahkan hartanya di jalan Allah), maka Allah akan melipatgandakan pembaya ran kepadanya dengan lipat ganda yang banyak. Dan Allah menyempitkan dan melapangkan (rezeki) dan kepada-Nya-lah kamu dikembalikan.

3. Mendapat minimal 7 x, 700 x dan berlipat-lipat

Q.S.al-Baqarah/2:261:

مَثَلُ الَّذِينَ يُنْفِقُونَ أَمْوَالَهُمْ فِي سَبِيلِ اللّهِ كَمَثَلِ حَبَّةٍ أَنْبَتَتْ سَبْعَ سَنَابِلَ فِي كُلِّ سُنْبُلَةٍ مِائَةُ حَبَّةٍ وَ اللهُ يُضَاعِفُ لِمَنْ يَشَاءُ وَ اللهُ وَاسِعٌ عَلِيمٌ (261)

Perumpamaan (nafkah yang dikeluarkan oleh) orang-orang yang menafkahkan hartanya di jalan Allah ada lah serupa dengan sebutir benih yang menumbuhkan tujuh bulir, pada tiap-tiap bulir: seratus biji. Allah melipat gandakan (ganjaran) bagi siapa yang Dia ke hendaki. Dan Allah Maha Luas (karunia-Nya) lagi Ma ha Mengetahui.

4. Mendapat balasan yang besar Q.S.al-Hadid/57:7:

آمِنُوا بِاللهِ وَرَسُولِهِ وَأَنْفِقُوا مِمَّا جَعَلَكُمْ مُسْتَخْلَفِينَ فِيهِ فَالَّذِينَ آمَنُوا مِنْكُمْ وَأَنْفَقُوا لَهُمْ أَجْرٌ كَبِيرٌ (7)

Berimanlah kamu kepada Allah dan Rasul-Nya dan nafkah kanlah sebagian dari hartamu yang Allah telah menjadikan ka mu mengua sainya. Maka orang-orang yang beriman di antara kamu dan menginfakkan (sebagian) dari hartanya memperoleh balasan (pahala) yang besar.

5. Mendapat balasan berlipat ganda dan mulia

Q.S.al-Hadid/57:11:

مَنْ ذَا الَّذِي يُقْرِضُ اللهَ قَرْضًا حَسَنًا فَيُضَاعِفَهُ لَهُ وَلَهُ أَجْرٌ كَرِيمٌ (11)

Siapakah yang mau meminjamkan kepada Allah pinja man yang baik, maka Allah akan melipat-gandakan (balasan) pinjaman itu untuknya, dan dia akan mempe roleh balasan (pahala) yang banyak.

Q.S.al-Hadid/57:18:

إِنَّ الْمُصَّدِّقِينَ وَالْمُصَّدِّقَاتِ وَأَقْرَضُوا اللهَ قَرْضًا حَسَنًا يُضَاعَفُ لَهُمْ وَلَهُمْ أَجْرٌ كَرِيمٌ (18)

Sesungguhnya orang-orang yang bersedekah baik laki-laki maupun perempuan dan meminjamkan kepada Allah pinjaman yang baik, niscaya akan dilipat ganda kan (pembayarannya) kepada mereka; dan bagi mere ka balasan (pahala) yang mulia.

6. Mendapat balasan berlipatganda dan ampunan Allah swt. Q.S.at-Taghabun/64:17:

إِنْ تُقْرِضُوااللهَ قَرْضًا حَسَنًا يُضَاعِفْهُ لَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ وَاللهُ شَكُورٌحَلِيمٌ

Jika kamu meminjamkan kepada Allah pinjaman yang baik, niscaya Allah melipatgandakan (pembalasannya) kepadamu dan mengampuni kamu. Dan Allah Maha Pembalas Jasa lagi Maha Penyantun.

Keistimewaan Berinfaq Dalam As Sunnah

1. Berinfaq Hakikatnya Tidak Mengurangi Harta

حَدَّثَنَا يَحْيَى بْنُ أَيُّوبَ وَقُتَيْبَةُ وَابْنُ حُجْرٍ قَالُوا حَدَّثَنَا إِسْمَعِيلُ وَهُوَ ابْنُ جَعْفَرٍ عَنْ الْعَلَاءِ عَنْ أَبِيهِ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ عَنْ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ مَا نَقَصَتْ صَدَقَةٌ مِنْ مَالٍ وَمَا زَادَ اللهُ عَبْدًا بِعَفْوٍ إِلاَّ عِزًّا وَمَا تَوَاضَعَ أَحَدٌ لِلَّهِ إِلاَّ رَفَعَهُ اللهُ.

Telah menceritakan kepada kami Yahya bin Ayyub dan Qutaibah dan Ibnu Hujr mereka berkata; Telah menceritakan kepada kami Isma’il yaitu Ibnu Ja’far dari Al-A’la dari Bapaknya dari Abu Hurairah dari Rasul saw. bersabda: “Sedekah itu tidak akan mengu rangi harta. Tidak ada orang yang memberi maaf kepa da orang lain, melainkan Allah akan menambah kemu liaannya. Dan tidak ada orang yang merendahkan diri karena Allah, melainkan Allah akan mengangkat de rajatnya.”H.R.Muslim.No hadis : 4689.

2. Orang Beinfaq lebih mulia dari Peminta-minta

حَدَّثَنَا قُتَيْبَةُ بْنُ سَعِيدٍ عَنْ مَالِكِ بْنِ أَنَسٍ فِيمَا قُرِئَ عَلَيْهِ عَنْ نَافِعٍ عَنْ عَبْدِ اللهِ بْنِ عُمَرَ أَنَّ رَسُولَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ وَهُوَ عَلَى الْمِنْبَرِ وَهُوَ يَذْكُرُ الصَّدَقَةَ وَالتَّعَفُّفَ عَنْ الْمَسْأَلَةِ الْيَدُ الْعُلْيَا خَيْرٌ مِنْ الْيَدِ السُّفْلَى وَالْيَدُ الْعُلْيَا الْمُنْفِقَةُ وَالسُّفْلَى السَّائِلَةُ.

Telah menceritakan kepada kami Qutaibah bin Sa’id dari Malik bin Anas -sebagaimana yang telah dibaca kan kepadanya- dari Nafi’ dari Abdullah bin Umar bah wa Rasul saw. bersabda di atas mimbar, beliau menye but tentang sedekah dan menahan diri dari meminta-minta. Sabda beliau: “Tangan yang di atas lebih baik daripada tangan yang dibawah. Tangan di atas adalah tangan pemberi sementara tangan yang di bawah adalah tangan peminta-minta.”H.R.Muslim. No.1715.

3. Berinfaq dengan sesuatu yang baik (halal)

حَدَّثَنَا عَبْدُ اللهِ بْنُ مُنِيرٍ سَمِعَ أَبَا النَّضْرِ حَدَّثَنَا عَبْدُ الرَّحْمَنِ هُوَ ابْنُ عَبْدِ اللهِ بْنِ دِينَارٍ عَنْ أَبِيهِ عَنْ أَبِي صَالِحٍ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَنْ تَصَدَّقَ بِعَدْلِ تَمْرَةٍ مِنْ كَسْبٍ طَيِّبٍ وَلاَ يَقْبَلُ اللهُ إِلاَّ الطَّيِّبَ وَإِنَّ اللهَ يَتَقَبَّلُهَا بِيَمِينِهِ ثُمَّ يُرَبِّيهَا لِصَاحِبِهِ كَمَا يُرَبِّي أَحَدُكُمْ فَلُوَّهُ حَتَّى تَكُونَ مِثْلَ الْجَبَلِ.

Telah menceritakan kepada kami ‘Abdullah bin Munir dia mendengar dari Abu An-Nadir. Telah mencerita kan kepada kami ‘Abdurrahman dia adalah putra dari ‘Abdul lah bin Dinar dari bapaknya dari Abu Shalih dari Abu Hurairah ra. berkata,: Rasul saw. telah ber sabda: “Barangsiapa yang ber sadaqah dengan sebutir kurma hasil dari usahanya sendiri yang baik (halal), se dangkan Allah tidak menerima kecuali yang baik saja, maka sungguh Allah akan menerimanya dengan tang an kananNya lalu mengasuhnya untuk pemiliknya se bagaimana jika seorang dari kalian mengasuh anak ku danya hingga membesar seperti gunung”. H.R.al-Bu khari.No. 1321.

4. Diperbolehkan hasad kepada 2 golongan

حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ الْمُثَنَّى حَدَّثَنَا يَحْيَى عَنْ إِسْمَاعِيلَ قَالَ حَدَّثَنِي قَيْسٌ عَنْ ابْنِ مَسْعُودٍ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ سَمِعْتُ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ لَا حَسَدَ إِلَّا فِي اثْنَتَيْنِ رَجُلٍ آتَاهُ اللهُ مَالاً فَسَلَّطَهُ عَلَى هَلَكَتِهِ فِي الْحَقِّ وَرَجُلٍ آتَاهُ اللهُ حِكْمَةً فَهُوَ يَقْضِي بِهَا وَيُعَلِّمُهَا.

Telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Al-Mu sanna telah menceritakan kepada kami Yahya dari Isma’il berkata,telah menceritakan kepada saya Qais dari Ibnu Mas’ud ra.berkata;Aku mendengar Nabi saw.bersabda: “Ti dak boleh iri (dengki) kecuali kepa da 2 hal.(Yaitu kepada) (1)seorang yang Allah berikan kepadanya harta lalu dia menguasainya dan membelanjakannya di jalan yang benar dan (2) seorang yang Allah berikan hikmah (ilmu) lalu dia melaksanakannya dan mengajarkannya (kepada orang lain )”. H.R.al-Bu khari. No. 1320.

5. Larangan bersifat Bakhil

حَدَّثَنَا نَصْرُ بْنُ عَلِيٍّ الْجَهْضَمِيُّ وَزُهَيْرُ بْنُ حَرْبٍ وَعَبْدُ بْنُ حُمَيْدٍ قَالُوا حَدَّثَنَا عُمَرُ بْنُ يُونُسَ حَدَّثَنَا عِكْرِمَةُ بْنُ عَمَّارٍ حَدَّثَنَا شَدَّادٌ قَالَ سَمِعْتُ أَبَا أُمَامَةَ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَا ابْنَ آدَمَ إِنَّكَ أَنْ تَبْذُلَ الْفَضْلَ خَيْرٌ لَكَ وَأَنْ تُمْسِكَهُ شَرٌّ لَكَ وَلاَ تُلاَمُ عَلَى كَفَافٍ وَابْدَأْ بِمَنْ تَعُولُ وَالْيَدُ الْعُلْيَا خَيْرٌ مِنْ الْيَدِ السُّفْلَى.

Telah menceritakan kepada kami Na shru bin Ali Al-Jahdami dan Zuhair bin Harb dan Abdu bin Humaid mereka berkata, Telah menceritakan kepada kami U mar bin Yunus telah menceritakan kepada kami Ikri mah bin Ammar telah menceritakan kepada kami Syad dad ia berkata, saya mendengar Abu Umamah berkata; Rasul saw. bersabda:”Wahai anak Adam! Sesungguh nya jika kamu mensedekahkan kelebihan hartamu, itu lebih baik bagimu daripada kamu simpan, karena hal itu akan lebih berbahaya bagimu. Dan kamu tidak akan dicela jika menyimpan sekedar untuk keperluan. Dahulu kanlah memberi nafkah kepada orang yang menjadi tanggunganmu. Tangan yang di atas adalah le bih baik, daripada tangan yang di bawah.” H.R.Mus lim. No. 1718.

6. Seutama-utama Bersedekah yaitu pada waktu sehat, tamak harta, takut miskin, dan berangan-angan untuk menjadi kaya.

حَدَّثَنَا مُوسَى بْنُ إِسْمَاعِيلَ حَدَّثَنَا عَبْدُ الْوَاحِدِ حَدَّثَنَا عُمَارَةُ بْنُ الْقَعْقَاعِ حَدَّثَنَا أَبُو زُرْعَةَ حَدَّثَنَا أَبُو هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ جَاءَ رَجُلٌ إِلَى النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ يَا رَسُولَ اللَّهِ أَيُّ الصَّدَقَةِ أَعْظَمُ أَجْرًا قَالَ أَنْ تَصَدَّقَ وَأَنْتَ صَحِيحٌ شَحِيحٌ تَخْشَى الْفَقْرَ وَتَأْمُلُ الْغِنَى وَلاَ تُمْهِلُ حَتَّى إِذَا بَلَغَتْ الْحُلْقُومَ قُلْتَ لِفُلاَنٍ كَذَا وَلِفُلاَنٍ كَذَا وَقَدْ كَانَ لِفُلاَنٍ.

Telah menceritakan kepada kami Musa bin Isma’il telah menceritakan kepada kami ‘Abdul Wahid telah menceritakan kepada kami ‘Umarah banal Qa’qa’ telah menceritakan kepada kami Abu Zur’ah telah mencerita kan kepada kami Abu Hurairah ra. berkata,: “Seorang laki-laki datang kepada Nabi saw. dan berkata,: “Wa hai Rasulullah, sadaqah apakah yang paling besar pa halanya?”.Beliau menjawab:”Kamu bersedaqah keti ka kamu dalam keadaan sehat dan kikir, takut menja di faqir dan berangan-angan jadi orang kaya. Maka janganlah kamu menunda-nundanya hingga tiba ketika nyawamu berada di tenggorakanmu. Lalu kamu berka ta, si fulan segini dan si fulan segini. Padahal harta itu milik si fulan”. H.R.al-Bukhari.No. 1330.

7. Keistimewaan Infaq 1/3 harta penghasilan

حَدَّثَنَا أَبُو بَكْرِ بْنُ أَبِي شَيْبَةَ وَزُهَيْرُ بْنُ حَرْبٍ وَاللَّفْظُ لِأَبِي بَكْرٍ قَالَا حَدَّثَنَا يَزِيدُ بْنُ هَارُونَ حَدَّثَنَا عَبْدُ الْعَزِيزِ بْنُ أَبِي سَلَمَةَ عَنْ وَهْبِ بْنِ كَيْسَانَ عَنْ عُبَيْدِ بْنِ عُمَيْرٍ اللَّيْثِيِّ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ بَيْنَا رَجُلٌ بِفَلاَةٍ مِنْ اْلأَرْضِ فَسَمِعَ صَوْتًا فِي سَحَابَةٍ اسْقِ حَدِيقَةَ فُلاَنٍ فَتَنَحَّى ذَلِكَ السَّحَابُ فَأَفْرَغَ مَاءَهُ فِي حَرَّةٍ فَإِذَا شَرْجَةٌ مِنْ تِلْكَ الشِّرَاجِ قَدْ اسْتَوْعَبَتْ ذَلِكَ الْمَاءَ كُلَّهُ فَتَتَبَّعَ الْمَاءَ فَإِذَا رَجُلٌ قَائِمٌ فِي حَدِيقَتِهِ يُحَوِّلُ الْمَاءَ بِمِسْحَاتِهِ فَقَالَ لَهُ يَا عَبْدَ اللَّهِ مَا اسْمُكَ قَالَ فُلاَنٌ لِلاِسْمِ الَّذِي سَمِعَ فِي السَّحَابَةِ فَقَالَ لَهُ يَا عَبْدَ اللَّهِ لِمَ تَسْأَلُنِي عَنْ اسْمِي فَقَالَ إِنِّي سَمِعْتُ صَوْتًا فِي السَّحَابِ الَّذِي هَذَا مَاؤُهُ يَقُولُ اسْقِ حَدِيقَةَ فُلانٍ ِلاسْمِكَ فَمَا تَصْنَعُ فِيهَا قَالَ أَمَّا إِذْ قُلْتَ هَذَا فَإِنِّي أَنْظُرُ إِلَى مَا يَخْرُجُ مِنْهَا فَأَتَصَدَّقُ بِثُلُثِهِ وَآكُلُ أَنَا وَعِيَالِي ثُلُثًا وَأَرُدُّ فِيهَا ثُلُثَهُ.

Telah menceritakan kepada kami Abu Bakr bin Abu Syaibah dan Zuhair bin Harb, teks milik Abu Bakr, kedua nya berkata: Telah menceritakan kepada kami Yazid bin Harun telah menceritakan kepada kami Ab dulaziz bin Abu Salamah dari Wahb bin Kaisan dari Ubaidullah bin Umair Al-Laisi dari Abu Hurairah dari Nabi saw. bersabda: “Saat seseorang berada di suatu padang pasir, ia mendengar suara di awan: ‘Siramilah kebun si fulan’ lalu awan itu menjauh dan menuang kan air. Ternyata dikebun itu ada seseorang yang tengah mengurus air dengan sekopnya. Ia bertanya pada nya: ‘Wahai hamba Allah, siapa namamu?’ Ia menja wab: ‘Fulan.’Sama seperti nama yang ia dengar dari awan.

Ia bertanya: ‘Hai hamba Allah, kenapa kau ta nya namaku? ‘ ia menjawab: ‘Aku mendengar suara di awan dimana inilah airnya. Awan itu berkata: ‘Sirami lah kebun si fulan, namamu. Apa yang kau lakukan dalam kebunmu?’ ia menjawab: ‘Karena kau mengata kan seperti itu, aku melihat (hasil) yang keluar dari nya, lalu aku sedekahkan sepertiganya, aku makan sepertiganya bersama keluargaku dan aku kembalikan sepertiganya ke kebun’.”Telah menceritakannya kepa da kami Ahmad bin Abdah Ad-Dabbi telah mengkha barkan kepa da kami Abu Dawud telah menceritakan kepada kami Abdul Aziz bin Abu Salamah telah menceritakan kepada kami Wahab bin Kaisan dengan sanad ini, hanya saja ia berkata: “Dan aku berikan sepertiganya untuk orang-orang miskin, peminta-minta dan Ibnu sabil.”H,R.Muslim. No. 5299.

8. Jangan menghitung apa yang diinfaqkan

حَدَّثَنَا عُبَيْدُ اللهِ بْنُ سَعِيدٍ حَدَّثَنَا عَبْدُ اللهِ بْنُ نُمَيْرٍ حَدَّثَنَا هِشَامُ بْنُ عُرْوَةَ عَنْ فَاطِمَةَ عَنْ أَسْمَاءَ أَنَّ رَسُولَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ أَنْفِقِي وَلاَ تُحْصِي فَيُحْصِيَ اللهُ عَلَيْكِ وَلاَ تُوعِي فَيُوعِيَ اللهُ عَلَيْكِ.

Telah menceritakan kepada kami ‘Ubaidul lah bin Sa’id te lah menceritakan kepada kami ‘Abdullah bin Nu mair telah menceritakan kepada kami Hisyam bin “Urwah dari Fathi mah dari Asma’ bahwa Rasul saw. bersabda: “Berinfaqlah dan jangan kamu hitung-hitung (pelit) karena nanti Allah akan berhitung kepada mu dan jangan kamu tutup rapat gu ci tempat menyimpan makanan itu karena nanti Allah akan menutup rezekimu”. H.R.al-Bukhari. No. 2402.

9. Berinfaq sebatas kemampuan

حَدَّثَنَا أَبُو عَاصِمٍ عَنْ ابْنِ جُرَيْجٍ ح و حَدَّثَنِي مُحَمَّدُ بْنُ عَبْدِ الرَّحِيمِ عَنْ حَجَّاجِ بْنِ مُحَمَّدٍ عَنْ ابْنِ جُرَيْجٍ قَالَ أَخْبَرَنِي ابْنُ أَبِي مُلَيْكَةَ عَنْ عَبَّادِ بْنِ عَبْدِ اللهِ بْنِ الزُّبَيْرِ أَخْبَرَهُ عَنْ أَسْمَاءَ بِنْتِ أَبِي بَكْرٍ رَضِيَ اللهُ عَنْهُمَا أَنَّهَا جَاءَتْ إِلَى النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ لاَ تُوعِي فَيُوعِيَ اللهُ عَلَيْكِ ارْضَخِي مَا اسْتَطَعْتِ.

Telah menceritakan kepada kami Abu ‘A shim dari Ibnu Juraij. Dan diriwayatkanpula telah menceritakan kepada saya Muhammad bin ‘Abdur Rahim dari Hajjaj bin Muhammad dari Ibnu Juraij berkata, telah menga barkan kepada saya Ibnu Abu Mulaikah dari ‘Abbad bin ‘Abdullah bin Az-Zu bair bahwa dia mengabar kannya dari Asma’ binti Abu Bakar ra. bahwa dia me nemui Nabi saw. lalu Beliau bersabda: “Jangan lah ka mu berkarung-karung (kamu kumpulkan harta dalam karung lalu kamu kikir untuk menginfaqkannya) sebab Allah akan menyempitkan reziki bagimu dan berinfaq lah dengan ringan sebatas kemampuanmu “. H.R.al-Bukhari. No. :1344.

10. Anjuran Beramal secara berkesinambungan

حَدَّثَنَا عَبْدُ الْعَزِيزِ بْنُ عَبْدِ اللهِ حَدَّثَنَا سُلَيْمَانُ عَنْ مُوسَى بْنِ عُقْبَةَ عَنْ أَبِي سَلَمَةَ بْنِ عَبْدِ الرَّحْمَنِ عَنْ عَائِشَةَ أَنَّ رَسُولَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ سَدِّدُوا وَقَارِبُوا وَاعْلَمُوا أَنْ لَنْ يُدْخِلَ أَحَدَكُمْ عَمَلُهُ الْجَنَّةَ وَأَنَّ أَحَبَّ الْأَعْمَالِ إِلَى اللهِ أَدْوَمُهَا وَإِنْ قَلَّ.

Telah menceritakan kepada kami Abdul A ziz bin Ab dullah telah menceritakan kepada kami Sulaiman dari Musa bin ‘Uqbah dari Abu Salamah bin Abdurrahman dari Aisyah bahwa Rasul saw. bersabda: “Beramallah sesuai dengan sunnah dan berlaku imbanglah, dan keta huilah bahwa salah seorang tidak akan masuk surga karena amalannya, sesungguh nya amalan yang dicin tai oleh Allah adalah yang terus menerus walaupun sedikit.”.H.R. al-Bukhari. No. 5983.

Esensi Orang Mukmin Dalam Kehidupan:

Mukmin kuat lebih baik daripada Mukmin lemah

حَدَّثَنَا أَبُو بَكْرِ بْنُ أَبِي شَيْبَةَ وَابْنُ نُمَيْرٍ قَالا حَدَّثَنَا عَبْدُ اللهِ بْنُ إِدْرِيسَ عَنْ رَبِيعَةَ بْنِ عُثْمَانَ عَنْ مُحَمَّدِ بْنِ يَحْيَى بْنِ حَبَّانَ عَنْ الْأَعْرَجِ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ الْمُؤْمِنُ الْقَوِيُّ خَيْرٌ وَأَحَبُّ إِلَى اللهِ مِنْ الْمُؤْمِنِ الضَّعِيفِ

Telah menceritakan kepada kami Abu Bakr bin Abu Syaibah dan Ibnu Numair mereka berdua berkata; te lah menceritakan kepada kami ‘Abdullah bin Idris da ri Rabi’ah bin ‘Utsman dari Muhammad bin Yahya bin Habban dari Al-A’raj dari Abu Hurairah dia berkata; “Rasul saw. bersabda: ‘Orang mukmin yang kuat lebih baik dan lebih dicintai oleh Allah swt daripada orang mukmin yang lemah. H.R. Muslim. No hadis 4816.

Kuat secara politik, berkuasa; kuat secara ekonomi kaya; kuat secara kesehatan tidak sakit-sakitan, kuat secara keilmuan tidak bodoh dan tolol (botol), kuat secara sosial budaya, tiak kuper (kurang pergaulan) dan sebagainya.

Penutup

Berdasarkan Alquran dan as-Sunnah yang dikemu kakan di atas, maka umat Islam yang meyakini Alquran dan as-Sunnah sebagai rujukan kehidupannya mestinya menyadari betapa dahsyatnya bila membiasakaan berinfaq di jalan Allah demi kebahagiaan di dunia dan di akhirat. Perlu ditegaskan bahwa berinfak tidak mesti kaya terlebih dahulu, artinya dalam siatuasi apapun kita bisa berinfak, boleh jadi nomimalnya kecil atau besar yang penting ikhlash karena Allah swt. Allah swt dengan tegas menyatakan bahwa semua kebaikan termasuk berinfaq pasti dibalas oleh Allah swt;

مَنْ عَمِلَ صَالِحًا فَلِنَفْسِهِ وَمَنْ أَسَاءَ فَعَلَيْهَا وَمَا رَبُّكَ بِظَلاَّمٍ لِلْعَبِيدِ

Barang siapa yang mengerjakan amal yang saleh maka (pahalanya) untuk dirinya sendiri dan barang siapa yang berbuat jahat maka (dosanya) atas dirinya sendiri  dan sekali-kali tidaklah Tuhanmu menganiaya hamba-hamba-(Nya). Q.S.Fushilat/41:46.

Selanjutnya Allah swt tidak menyia-nyiakan amal salih hambaNya. Q.S.al-Kahfi/18:30-31:

إِنَّ الَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ إِنَّا لاَ نُضِيعُ أَجْرَ مَنْ أَحْسَنَ عَمَلاً (30)

Sesungguhnya mereka yang beriman dan beramal sa leh, tentulah Kami tidak akan menyia-nyiakan pahala orang-orang yang mengerjakan amalan(nya) yang terbaik.
Dalam melakukan amal salih termasuk berinfaq mestilah sesuai dengan SOP (Standart Operating Pro cedure) atau kriteria apa yang dikehendaki oleh Allah swt. Di antara SOP tersebut adalah:

1. Iman yang mantap (Q.S.al-Anfal/8:2-4).
2. Ikhlas (Q.S.al-Bayyinah/98:5).
3. Melakukannya yang terbaik (ahsanu ‘amala) (Q.S.al-Kahfi/18:7 dan Q.S. al-Mulk/67:2).
4. Melakukan amal salih sesuai dengan tuntunan Allah dan RasulNya. (Q.S.al-Hasyr/59:7) (Q.S.an-Nisa’/4:59).

Dr. Sulidar, M.Ag, Ketua Majelis Tarjih dan Tajdid PWM Sumatera Utara, Dosen Fakultas Ushuluddin dan Studi Islam, Pascasarjana Universitas Islam Negeri Sumatera Utara

Exit mobile version