IMM OKU Timur Kunjungi Kampung Organik

IMM OKU Timur Kunjungi Kampung Organik

IMM OKU Timur Kunjungi Kampung Organik

OKU, Suara Muhammadiyah – Darul Arqam Dasar (DAD) IMM yang diselenggarakan Sekolah Tinggi Keguruan dan Ilmu Pendidikan (STKIP) Muhammadiyah OKU Timur memberikan praktek analisis sosial kepada beberapa peserta pelatihan dengan mengunjungi “Kampung Organik” melakukan wawancara dan observasi pada Senin, (22-02-2021) di Desa Sumber Suko BK 8 OKU Timur Sumsel.

Praktek analisis sosial tersebut bertujuan membentuk jiwa kritis, trampil, dinamis, bermental, dan peka terhadap lingkungan sekitar terutama tentang adanya potensi produksi beras organik OKU Timur yang perlu ditumbuh kembangkan.

Pak Abdul Kodir, selaku Ketua Gapoktan Sumber Makmur menjelaskan merintis padi organik di OKU Timur sejak 2010, hingga pada 2014 berhasil mendapatkan penghargaan petani berprestasi dari presiden Susilo Bambang Yudhoyono. Kemudian, tahun 2019 Salah satu dusun Margotentrem di Desa Sumber Suko yang dijadikan sebagai “Kampung Organik” sebagai pusat sentra pertanian organik oleh Pemerintah Kabupaten OKU Timur. Kelebihan budidaya padi organik terlihat pada hama dan penyakit yang cenderung berkurang, dan hasil produksinya tinggi.

“Pemerintah diharapkan membantu menciptakan pangsa pasar karena kendala utama pada umumnya teman-teman organik di Indonesia ini rata-rata terkait pemasaran, dan yang juga peralatan harus lengkap karena harus sesuai dengan standar organik maka, harus cukup termasuk misalkan penggilingannya, alat penyortirannya, packging, sehingga tampilannya akan lebih bagus dari pada pertanian konvensional”, ucap Kodir.

“Harapan kami pemerintah lebih serius untuk mendampingi dari pada teman-teman petani organik ini, jelas ketua Gapoktan Sumber Makmur tersebut”, kepada suaramuhammadiyah.id pada Senin (22-02-2021).

“Motivasi kami Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan) Sumber Makmur memproduksi beras organik alasannya harganya lebih tinggi sehingga menjanjikan, dan kami ketika budidaya padi tidak kebingungan mencari pupuk karena bisa membuat pupuk sendiri, sementara pupuk konvensional harganya relatif mahal dan sekarang langka”, tutupnya. (Preli)

Exit mobile version