YOGYAKARTA, Suara Muhammadiyah – Memasuki masa pemulihan setelah tanggap darurat berakhir di Sulawesi Barat (Sulbar) tanggal 4 Februari 2021 silam, Muhammadiyah Disaster Management Center (MDMC) bekerjasama dengan LAZISMU masih terus hadir mendampingi warga terdampak dengan menyiapkan berbagai program.
Indrayanto, Koordinator Divisi Tanggap Darurat MDMC PP Muhammadiyah mengatakan bahwa saat ini Muhammadiyah terus mematangkan rencana-rencana program lanjutan di Sulbar dengan dukungan Lazismu dan pihak eksternal.
“MDMC didukung oleh Lazismu akan meneruskan pendampingan terhadap penyintas gempa di Sulawesi Barat. Program-program yang kami siapkan yaitu pembangunan huntara, penerjunan KKN mahasiswa STIE Muhammadiyah Mamuju dan pendampingan oleh Majelis Tabligh Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM) Sulawesi Barat. Termasuk, Kami juga jalankan program bersama NGO asal Swiss, Solidar Suisse,” katanya.
Indrayanto menambahkan untuk jangka menengah dan panjang juga akan terus dimatangkan program pemulihan aset kesehatan milik PWM Sulbar. “Rehab dan optimalisasi fungsi Klinik Muhammadiyah Mamuju membutuhkan perhatian serius karena menjadi fasilitas yang sangat dibutuhkan untuk layanan kesehatan bagi warga,” ujarnya.
Terkait pelaksanaan program-program di masa pandemi Covid-19, Indrayanto menyampaikan pihaknya berkomitmen untuk terus menegakkan protokol kesehatan dengan ketat. “Kami akan membatasi jumlah relawan yang diturunkan di Sulbar dan tentu selalu menekankan pelaksanaan protokol kesehatan kepada mereka,” pungkasnya.
Program Bersama Solidar Suisse
Kabupaten Majene menjadi daerah yang terdampak paling parah dari gempa yang terjadi pada tanggal 15 Januari 2021 silam di Sulawesi Barat. Oleh karena itu, MDMC memilihnya menjadi daerah dampingan dalam masa pemulihan bekerja sama Solidar Suisse dengan melaksanakan program Earthquake Response West Sulawesi (ERWES).
Dony Halim Mutiasa selaku koordinator program ERWES dari MDMC menyampaikan setelah menetapkan kriteria daerah dampingan, dari banyak kawasan terdampak gempa di Sulbar, MDMC bersama Solidar Suisse memilih 13 desa dari 2 kecamatan di Majene sebagai daerah layanan pendampingan.
“Desa-desa tersebut adalah Maliaya, Bambangan, Kayuangin, Lamungang Batu, Lombang, Lombang Timur, Lombong, Lombong Timur, Malunda, Mekatta, Salutahongan di Kecamatan Malunda dan Kabiraan serta Sulai di Kecamatan Ulumanda,” katanya.
Menurut Dony, di 13 desa tersebut, ERWES akan berjalan selama dua bulan. “Program ini bertujuan menyediakan Hunian Darurat (hundar) yang layak bagi penyintas dan pendampingan kepada masyarakat desa terkait pola hidup sehat sesuai protokol kesehatan dalam kondisi darurat bencana,” imbuhnya
Masih menurut Dony, program ERWES terdiri dari empat tahap yaitu verifikasi data, distribusi barang, pendampingan pembuatan Hundar dan monitoring. “Dalam program ini akan dibagi shelter kit, hygine kit, dan Covid-19 kit masing-masing sebanyak 1250 unit serta ditambah dengan air bersih (galon). Sedangkan untuk proses pembangunan shelter saat ini sudah mencapai progres 30% yaitu pemasangan kerangka dan terpal dalam proses distribusi,” ujarnya.
Ditanya tentang harapannya, Dony mengatakan dirinya berharap warga akan mendapat hunian darurat yang layak, “Juga hunian yang sesuai dengan protokol kesehatan serta pola hidup bersih dan sehat sehingga dapat mengurangi risiko lanjutan dari dampak bencana yang sudah terjadi,” pungkasnya. (MDMC/Riz)