ANKARA, Suara Muhammadiyah – Pimpinan Cabang Istimewa Muhammadiyah Turki melaksanakan International Webinar tentang Islam di Indonesia dan Turkey pada tanggal 27/02/2021. Tema umum dari webinar ini adalah “Islam in Turkey and Indonesia’s Experiences: Similarity, Proximity toward Ummah Unity”. Internasional Webinar ini dilaksanakan atas dasar pemahaman bahwa Islam di Turki dan Indonesia dapat dilihat dari sosiologi, sejarah, pendidikan, pemikiran dan budaya.
Output dari perkembangan sosiologi, sejarah, pendidikan, pemikiran dan kebudayaan Islam setidaknya akan mengarah pada beberapa hal: pertama adalah kemampuan mengimplementasikan nilai-nilai substansi Islam terkait dengan kemajuan peradaban, misalnya kualitas pendidikan, pencegahan korupsi, manajemen kesehatan, pengembangan ilmu pengetahuan yang menunjang kualitas hidup manusia. Kedua, konsekuensi logis dari yang pertama adalah dapat dilihat dari perkembangan kualitas peradaban Islam di kedua negara. Selain kedua output di atas, masih banyak output lain yang sangat erat kaitannya dengan sosiologi, sejarah, pendidikan, pemikiran dan kebudayaan Islam.
Di sisi lain, posisi kedua negara yang masuk dalam daftar negara G20 dapat menjadi role model atau alternatif panutan bagi Negara lain khususnya Negara-negara Islam. Sesuatu yang masih menjadi pekerjaan rumah bersama sampai hari ini adalah bagaimana implementasi nilai-nilai Islam yang substantif dapat sejalan dengan perkembangan dan kemajuan zaman hari ini. Webinar Internasional tentang keunikan kondisi sosial, sejarah, pendidikan, budaya dan perkembangan pemikiran Islam di kedua negara dapat memberikan nilai positif bagi masyarakat luas maupun bagi insan akademik di dua negara ataupan bagi masyarakat dunia.
Webinar internasional ini diselenggarakan oleh Pimpinan Cabang Istimewa Muhammadiyah Turki (Muhammadiyah Türkiye Özel Şube Yönetim Kurulu). Tema umum Webinar ini adalah “Islam in Turkey and Indonesia’s Experiences: Similarity, Proximity toward Ummah Unity”. Pembicara webinar ini pertama, Prof. Dr. Bedri Gencer (Yıldız Technical University) yang memaparkan sub tema “Philology before Sociology: After the Discovery of the Ancient in World and Turkey”.
Kedua, Prof. Dr. İsmail Hakkı Göksoy (Süleyman Demiral University) yang memaparkan sub tema “Periodization of İslamic History from Ottoman Era to Modern Turkey and The Inclination of Islamic Values into Social Life in Turkey Today”. ketiga, Prof. Dr. Abdul Mu’ti (Universtitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta dan Sekretaris Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah) yang memaparkan sub them “Muhammadiyah’s Role and Wasathiyyatul Islam in Indonesian Experience”.
Peserta kegiatan terbuka untuk umum baik untuk komunitas intelektual seperti mahasiswa, dosen, pemimpin agama serta untuk masyarakan pada umumnya. Jumlah peserta pada saat webinar berlangsung adalah lebih dari 300 peserta. Berdasarkan data yang masuk pada panitia pendafataran bahwa peserta berasal dari Indonesia, Turkey, Nigeria, Aljazair, Afghanistan, Uganda, Chad, Mesir, Mongolia, Bangladesh, Somalia, Pilipina, Guinea, Pakistan, serta beberapa Negara Eropa.
Acara diawali oleh pembukaan dari Duta besar Republik Indonesai untuk Turki dan Konsul Jendral Republik Indonesia di Istanbul. Mewakili PCIM Turki, Ketua Pimpinan Cabang Istimewa Muhammadiyah Turki menyampaikan beberapa hal terkait dengan pelaksanaan Webinar. Maksud dan tujuan webinar adalah menyediakan informasi dan sharing gagasan terkait perkembangan sosiologi, sejarah, pemikiran, budaya dan pendidikan Islam saat ini di kedua Negara. Bagian dari upaya untuk adanya saling pengertian dan saling memperoleh timbal balik dari kelebihan masing-masing. Diharapkan terjalinnya hubungan dan persahabatan yang lebih erat antara masyarakat dan komunitas intelektual pada tema-tema terkait di antara kedua negara.
Syamsul Hidayat Daud yang juga merupakan mahasiswa Doktor di Eskisehir Osmangazi University ini menyampaiakan sejarah Muhamadiyah di Turki bahwa sejak didirikan tahun 2016, sudah beberapa aktivitas yang dilakukan PCIM Turki sebagai upaya melanjutkan hubungan baik antara Muhammadiyah dan Turki serta antara Indonesia dan Turki.
Pada tahun 2019 Pimpinan Pusat Muhammadiyah dan beberapa Rektor Universitas Muhammadiyah di Indonesia berkunjung ke YTB (lembaga pemberi beasiswa Internasioanal), Diyanet (direktorat keagamaan), Yüksek Ögretim Kurumu (Kementrian Pendidikan Tinggi), dan ke beberapa Universitas di turki untuk membicarakan kesepahaman dan kesamaan pandangan tentang isu Islam, sosial, pendidikan antara Indonesia dan Turki khususnya Muhammadiyah dan Turki.
Kegiatan internasional webinar ini adalah bagian dari program PCIM Turki. Selain itu, Pada tahun 2019 PCIM Turki menerjemahkan buku karangan ketua Umum PP. Muhammadiyah Prof. Haedar Nashir yang berjudul Memahami Ideologi Muhammadiyah ke dalam bahasa Turki dengan judul Muhammadiyahın İdiolojisini Anlamak. Buku ini dimaksudkan untu memberikan bahan bacaan bagi masyarakat umum maupun masyarakat akademik di Turki tentang Muhammadiyah.
Sebagai bagian dari kontribusi kemanusiaan PCIM Turki melakukan kegiatan respon bencana gempa Izmir Turki pada bulan Oktober tahun 2020 berupa kegiatan terjun lapangan dan memberikan bantuan finansial untuk biaya pendidikan bagi beberapa anak-anak usia sekolah di Provinsi Izmir, di mana kegiatan tersebut disupport oleh dana kemanusiaan yang dihimpun melalui jalur Muhammadiyah AID, Lazismuh, dan ‘Aisyiyah.
Syamsul Hidayat juga menyampaikan bahwa bersamaan dengan pelaksanaan International Webinar ini bahwa Muhammadiyah lagi dalam suasaana menerima berita menggembirakan karena Universitas Muhamadiyah Malang mendapat rangking versi UniRank sebagai Universitas Islam Terbaik di Dunia. Selain itu ada universitas Muhamamdiyah Yogyakarta dan Universitas Muhammadiyah Surakarta di Tempat ke 4 dan 8. Disampaikan juga bahwa beberapa Universitas Muhammadiyah di Indonesia, untuk jurusan-jurusan tertentu, juga memberikan beasiswa kepada pelajar-pelajar asing dari berbgai Negara.
Sambutan pembukaan webinar juga diberikan oleh Kosule Jendral RI Istanbul Imam Asy’ari dan Dubes RI untuk Turki Bapak Dr. Lalu Muhammad Iqbal. Dalam sambutannya Dr. Lalu Muhammad Iqbal menyampaikan bahwa Muslim tidak hanya butuh solidaritas tapi juga butuh constructor solidaritas (Muslim Is not only need solidarity but also constructor solidarity). Lanjutnya bahwa jika kita dapat menyelesaikan permasalahan permasalahan di dunia Islam maka kita dapat berkontribusi untuk menyelesaikan lebih dari separuh permasalahan dunia.
Webinar ini melibatkan 3 Professor dari Indonesia dan Turki. Tema utama Internasional Webinar ini adalah “Islam in Turkey and Indonesiais Experience: Similarity, Proximity toward Ummah Unity”. Prof. Bedri Gencer dari Yildiz Technical University, Istanbul Turki Membawakan sub tema yang berjudul “Philology before Sociology: After the Discovery of the Ancient in World and Turkey”. Prof. Bedri Gencer Memaparkan bahwa Sosiologi, sebagai ilmu baru yang lahir dari Barat, sangat rapuh untuk dijadikan pembanding ilmu.
Hal ini karena sosiologi terus menerus kehilangan dasar filologis dan gaya filologis dalam perkembangannya. Sayangnya fenomena ini justru diamati oleh para filosof Barat. Di saat para ilmuan Islam seperti Ibnu Khaldun menekuni sosiologi, filosof Italia Vico justru mulai berbalik arah fokus ke ilmu pendahulu sosiologi yaitu filologi. Padahal, Islam memiliki kekayaan ilmu filologi yg sangat besar di dalam empat mahzab. Menilik kerapuhan ilmu sosiologi serta mengingat modal peradaban Islam yang ada, peralihan fokus dari sosiologi ke filologi dalam dunia Islam, akan dapat memberikan dampak lebih pada peradaban manusia.
Prof. Ismail Hakkı Göksoy dari Süleyman Demiral Universityi, Isparta Turki membawakan Materi dengan sub theme “Periodization of İslamic History from Ottoman Era to Modern Turkey and The Inclination of Islamic Values into Social Life in Turkey Today”. Prof. Ismail Hakkı Göksoy memaparkan bahwa awalnya Turki Ustmani lahir dari suku kecil di Bursa yang dipimpin Osman Gazi. Dengan semangat perkembangan dan Islam, suku ini kemudian perlahan berkembang hingga penaklukan Istanbul yang menandai dicetusnya sistem kekaisaran Ustmani oleh Sultan Muhammad al-Fatih. Kekaisaran ini kemudian menjadi kekhalifahan di masa Sultan Selim Yavuz (Yavuz Sultan Selim) ketika kekhalifahan Mamluk jatuh.
Status kekhalifahan ini semakin diteguhkan oleh Sulaiman the Magnificent yg memproklamirkan statusnya sebagai pelindung seluruh dunia Islam. Kejayaan Ustmani lalu perlahan jatuh dan berakhir dengan terbentuknya Republik Turki pada 1923 yg sekuler. Masa ini ditandai dengan pelarangan lembaga pendidikan Islam dan kumandang adzan dalam bahasa Turki hingga tahun 1950 ketika sistem multipartai diterapkan. Sejak saat itu lembaga pendidikan dan juga berbagai kegiatan yang berkaitan dengan Islam mulai dibolehkan. Hingga kini, meski menganut paham sekuler, pendidikan dan kebiasaan agama Islam tetap bisa berkembang di Turki.
Prof. Dr. Abdul Mu’ti dari Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta dan membawakan materi dengan sub tema “Muhammadiyah’s Role and Wasathiyyatul Islam in Indonesian Experience”. Prof Abdul Mu’ti memaparkan bahwa Peran Muhammadiyah pada Islam wasatiyah di Indonesia didasarkan pada tuju prinsip dasar yaitu Tawassut, I’tidal, Tasamuh, Syura, Islah, Qudwah, Muwatonah. Menurut prof. Abdul Mu’ti bahwa seimbang antara spiritual dan material, mengutamakan diskusi serta penghormatan kepada bangsa dan pengakuan kebangsaan adalah bagian dari implementasi Islam wasathiyyah. Kehadiran Prof. Abdul Mu’ti sebagai pembicara dan sekaligus sebagai Sekretaris Umum PP Muhammadiyah memberikan beberapa arti penting. Menegaskan kembali kepada dunia Internasional bahwa Muhammadiyah pada tataran konsep dan gerakan memilih jalur İslam wasathiyyah sebagai prinsip sejak kelahirannya.
Meskipun İslam wasathiyyah di İndonesia baru dideklarasikan secara konsep pada 2018 melalui High Level Consultation of World Muslim Ulemas and Scholar di Bogor tetapi secara prinsip umat Islam di Indonesi dan khususnya Muhammadiyah sudah mengamaalkan ketujuh prinsip tersebut jauh-jauh hari sebelumnya. Penjelasan Prof. Abdul Mu’ti adalah perwakilan Islam Wasathiyyah di İndonesia yang bisa diwartakan kepada dunia. Karakter menghormati perbedaan, dialog, adil dalam bersikap adalah tawaran yang bisa diwartakan kepada dunia khusunya dunia Islam. Memasyarakatkan İslam Berkemajuan dan İslam Wasathiyyah pengalaman İndonesia kepada masyarakat umum dan masyarakat akademik di Turki adalah menjadi salah satu program PCIM Turki yang akan tetap dilanjutkan ke depannya. (Riz)