IMM, Sejarah dan Kiprah

imm

Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah

IMM, Sejarah dan Kiprah

Pimpinan Pusat Muhammadiyah meresmikan berdirinya Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah pada 14 Maret 1964, bertepatan dengan 29 Syawal 1384. Piagam pendiriannya ditandatangai oleh Ketua PP Muhammadiyah KH Ahmad Badawi dalam sebuah resepsi yang dilaksanakan di Gedung Dinoto Yogyakarta. Beberapa tokoh pelopornya antara lain: Rosyad Sholeh, Djazman Al-Kindi, Sudibyo Markus. Embrio IMM dimotori para mahasiswa Yogyakarta yang tergabung dalam Lembaga Dakwah Muhammadiyah, yang koordinatori Margono.

Dalam peresmian itu, menurut buku Profil 1 Abad Muhammadiyah (2010) sekaligus dilakukan penandatanganan “Enam Penegasan IMM” (sumber lain: enam penegasan ini dideklarasikan dalam muktamar pertama IMM di Surakarta tahun 1956). Isinya: (1) Menegaskan bahwa IMM adalah gerakan mahasiswa Islam, (2) Menegaskan bahwa Kepribadian Muhammadiyah adalah landasan perjuangan Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah, (3) Menegaskan bahwa fungsi IMM adalah eksponem mahasiswa dalam Muhammadiyah, (4) Menegaskan bahwa IMM adalah organisasi yang sah dengan mengindahkan segala hukum, undang-undang, peraturan, serta dasar dan falsafah negara, (5) Menegaskan bahwa ilmu adalah amaliah dan amal adalah ilmiah, dan (6) Menegaskan bahwa amal Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah adalah lillahi ta’ala dan senantiasa diabadikan untuk kepentingan rakyat.

Farid Fathoni dalam Kelahiran yang Dipersoalkan (1990) menyatakan bahwa kelahiran IMM merupakan keharusan sejarah. Beberapa faktornya antara lain: karena situasi kehidupan bangsa yang tidak stabil dan pemerintahan yang otoriter, terpecah-belahnya umat Islam, tidak bersatunya insan kampus dalam kepentingan politik, melemahnya kehidupan agama dan merosotnya akhlak. Di internal, gerak Muhammadiyah yang semakin membesar, membutuhkan kader mumpuni. Gagasan menghimpun mahasiswa Muhammadiyah dalam sebuah organisasi sempat mendapat resistensi. Termasuk terkendala karena Muhammadiyah sebagai anggota istimewa Masyumi terikat ikrar 25 Desember 1949, yang menyatakan Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) sebagai satu-satunya organisasi mahasiswa Islam. Di Muhammadiyah juga sudah ada Pemuda Muhammadiyah dan Nasyiatul Aisyiyah.

Tahun 1956, menjadi tahap awal bagi embrio pendirian Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah. Tahun 1956, diadakan Kongres Mahasiswa Universitas Muhammadiyah di Yogyakarta. Saat itulah, gagasan pendirian Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah kembali digulirkan. Sampai akhirnya pada 1964, berdirilah IMM sebagai salah satu organisasi otonom Muhammadiyah. Ortom merupakan organisasi atau badan yang dibentuk oleh Persyarikatan Muhammadiyah yang disertai dengan bimbingan dan pengawasan, diberi hak dan kewajiban untuk mengatur rumah tangga sendiri, membina warga Muhammadiyah tertentu dan dalam bidang tertentu dengan maksud mencapai tujuan Muhammadiyah. Ortom memiliki jaringan struktur mulai dari tingkat pusat, propinsi, kabupaten, kecamatan, desa, dan kelompok atau jamaah, (LPI PP Muhammadiyah, Profil 1 Abad Muhammadiyah, 2010).

Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah merupakan gerakan mahasiswa Islam yang bergerak di bidang keagamaan, kemasyarakatan, dan kemahasiswaan. Tujuan IMM adalah “mengusahakan terbentuknya akademisi Islam yang berakhlak mulia dalam rangka mencapai tujuan Muhammadiyah” (AD Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah Pasal 6). Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah membina para anggotanya menjadi intelektual mumpuni dan siap menjadi kader persyarikatan, kader umat, dan kader bangsa, dan kader kemanusiaan universal. Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah juga memiliki semboyan: anggun dalam moral dan unggul dalam intelektual. Jargon “fastabiqul khairat” dalam logo IMM menghendaki para kadernya untuk selalu  do your best, saling berkompetisi tanpa memusuhi, saling bersinergi, membangun harmoni, dan saling bekerja sama atau kolaborasi dalam kebaikan. (ribas)

Sumber: Majalah SM Edisi 5 Tahun 2020, dengan judul asli “Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah”

Exit mobile version