Ahad 21 Maret 2021 pukul 19.00 saya diundang menghadiri sekaligus memberi sambutan pada musyawarah ranting Pemuda Muhammadiyah Takerharjo Solokuro Lamongan. Bakda isya saya mengendarai motor milik istri. Saya kehujanan di tengah perjalanan. Saya berteduh sendirian di teras rumah warga dusun Petiyin. Saya mengabari panitia. Mereka pun menunda acara hingga hujan reda. Saya tidak ingin terlambat. Maka saya memakai mantel perempuan yang tersedia di jok. Saya tiba di lokasi musyran dengan nyaman. Yakni rumah makan You n Me di jalan raya Sawo Dukun Gresik.
Ketua pemuda menyambut kedatangan saya. Saya dipersilakan menempati panggung kehormatan. Pukul 20.30 acara pembukaan musyran dimulai. Temanya memajukan Takerharjo dengan dakwah pencerahan. Pembawa acara memberi kesempatan pada saya menyampaikan sambutan. Saya sangat salut dan bangga pada mereka yang telah mempersiapkan acara dengan spektakuler. Ruangan bersih, pencahayaan memadai, panggung rapi, sirkulasi udara tercukupi, mamin terpenuhi, dan tamu dilayani dengan sepenuh hati serta terpisah antara pemuda dan pemudi alias memperhatikan gender. Itulah ciri pemuda desa Takerharjo yang berkemajuan.
Pengisi acara juga sangat berkompeten. Pembawa acara suaranya lantang dan mampu membangkitkan semangat peserta atau audien. Sang qori’ melantunkan ayat suci yang menggetarkan hati menambah keimanan. Pemimpin lagu Indonesia Raya, Mars Muhammadiyah dan pemuda mampu memandu dengan gegap gempita sekaligus membahana ke penjuru ruangan. PRPM menyampaikan sepatah kata namun kaya akan makna dan mendalam. Ketua PCPM pun menyampaikan sambutan apa adanya tanpa rekayasa untuk pencitraan alias tebar pesona seperti yang menjamur sekarang.
Padahal mereka dari keluarga pedagang, petani, buruh, dan yatim maupun dhuafa. Jadi masa mudanya digunakan sebagai tulang punggung untuk mengais rupiah. Tak ada kesempatan hura-hura dan berfoya-foya. Tapi yakinlah jerih payahnya tersebut akan berujung bahagia pada waktunya.
Pemuda sejati berkata, “inilah aku!, bukan yang berteriak, “inilah ayahku!. Mengutip kata Ali bin Abi Thalib yang wajahnya dimuliakan Allah.
Usai opening ceremony dilanjutkan musyawarah. PRPM melaporkan kinerjanya. Diantaranya menyiapkan salat id, rapat, mendirikan koperasi, penyuluhan peternakan atau kehutanan, olahraga, besuk, PHBI, subsidi ortom, latgab, drumband, cegah korona, dan seragam pemuda. Daftar inventaris yang dimilkinya yaitu buku, lemari, seragam kokam, HT dan stempel. Saldo keuangannya Rp. 25.346.000. Hujan interupsi dari sebagian peserta. Moderator menanggapinya dengan hikmat dan bijaksana. Tak ada lempar kursi atau menggedor meja. Menandakan rapat berjalan sesuai rencana. Tanpanya keberhasilan suatu kegiatan tak banyak orang yang memujinya. Sedang bilamana gagal semua anggota pasti mencemoohnya. Maka penting menyelesaikan urusan dengan musyawarah.
Keputusan musyran yaitu menghidupkan jiwa ilmu. Pepatah Palestina “Ilmu yang dipelajari kala muda laksana pahatan di atas batu”. Tetapi hanya beberapa gelintir yang setuju. Sehingga ada yang berteriak dengan keras di balik pintu. “Lakukanlah salat jenazah untuk orang yang enggan belajar di masa mudanya karena ia tak pantas lagi dibilang hidup”. Sambil membacakan sebuah buku berjudul 131 pintu cahaya dari timur menggebu-gebu.
Lain daripada itu perlunya konsolidasi organisasi. Agar potensi tinggi yang dimiliki terfasilitasi dan bersinergi. Tidak gampang pupus diterjang badai. Tetap kokoh tak tertandingi. Walau godaan kesenangan duniawi bertubu-tubi.
Lebih dari itu hati pemuda harus terpaut dengan masjid untuk memakmurkannya. Jawablah azan saat berkumandang. Bergegaslah menuju masjid atau musala dengan tenang agar memperoleh barisan terdepan. Dirikanlah salat dengan penuh kekhusyukan. Sebab ditengaharahi berkurangnya jumlah pemuda yang ikut sembahyang. Akibat lalai dan kemalasan serta alasan ketiduran. Asal anda tahu pemuda yang menyepelekan sujud, maka dipastikan lebih ceroboh di bidang lain.
Setelah itu mereka menikmati hidangan lalapan ayam bakar dan jus jeruk. Mereka berhenti menyantap sebelum kenyang. Bustan al aql menyatakan ‘pemuda pintar makan untuk hidup, sedangkan pemuda dungu hidup untuk makan”. Mereka tak pernah berjam-jam nongkrong di warung atau restoran. Apalagi terbelit hutang sampai terjadi penipuan dan pencurian.
Selanjutnya sebagai puncak acara adalah pemilihan pimpinan periode berikutnya. Ada 122 calon formatur. Mereka dipilih secara langsung, umum, bebas dan rahasia. Terhindar dari kampanye hitam dan politik uang laiknya pilkada. Akhirnya benar-benar terwujud pimpinan yang sesuai asa bersama. Ia adalah Adnan Qohar, S.HI yang memperoleh 68 suara.
Demikian fakta pemuda Muhammadiyah Takerharjo yang mempesona. Semoga kelak menjadi pemimpin idola bangsa Indonesia. Yakni pemuda sejati yang berdikari. Pemuda yang amanah. Pemuda yang bertanggung jawab. Pemuda berkemajuan, cerdas, rajin belajar, taat ibadah, dan bijaksana. Walhasil tidak suka berfoya-foya atau huru-hara, bukan pemuda pemalas, ceroboh dan dungu.
Mushlihin, PRM Takerharjo Solokuro Lamongan, pernah belajar di UIN dan Universitas Muhammadiyah Malang