Perjuangan Mencari Cinta

Perjuangan Mencari Cinta

Oleh: Alif Sarifudin Ahmad

Islam mengajarkan tentang cinta dan kasih sayang terhadap semua makhluk hidup. Baik itu cinta kepada sesama manusia, cinta kepada alam, cinta kepada hewan maupun cinta kepada tumbuhan. Dalam hal ini cinta kepada manusia bisa berupa terhadap lawan jenis. Seperti cintanya nabi Adam kepada istrinya, Hawa. Cintanya para Nabi kepada istrinya, cintanya Rasululloh kepada Khadijah dan Aisyah, serta istri yang lain, Sahabat Ali kepada Fatimah, Abdurrahman kepada Laila, dll. Dan cinta seorang suami kepada istri.

Berkaitan dengan cinta bukalah hati dengan membersihakan virus-virus hati yang selalu mengganggu sucinya hati. Virus hati inilah yang menjadikan hati kita sakit bahkan kalau tidak segera diobati akan menjadi mati. Virus hati itu berupa dosa, maksiat, syirik, iri, dengki, cemburu, hasud, sombong, angkuh, zalim, dan kemunkaran. Janganlah membuat seseorang mencintaimu jika hatimu tidak siap untuk memberikan hatimu, karena cinta tak berbalas akan menyakitkan. Begitupun ketika perjuangan mencari cinta kepada Allah SWT dan Rasulullah SAW memerlukan hati yang ikhlas, bersih, sehat, dan penuh cahaya keimanan. Kita ingin berkata dalam bahasa cinta dan merawatnya hingga akhir sebuah penantian. Cinta sejati yang tidak akan memisahkan kita bahkan kematian itu hanya perpisahan sementara  adalah cinta karena keimanan yang bukan hanya menyatukan kita di dunia, tetapi yang lebih abadi adalah cinta kita akan dipertemukan oleh Allah di surga.

Cinta dan kasih sayang anak kepada orang tua.  Contohnya perjalanan cinta Uwais Al-Qarni kepada ibunya yang rela menggendong ibunya ribuan kilometer saat akan melaksanakan ibadah haji dari Yaman ke Mekah dan setelah selesai ibadah haji dari Mekah ke Yaman hingga para malaikat pun menganggapnya sebagai keluarga. Begitu sayangnya Uwais Al-Qarni kepada ibunya hingga Rasululah SAW berpesan kepada Umar dan sahabat yang lain agar minta didoakan apabila bertemu dengannya.

Cinta  orang tua kepada anak Misalnya kisah cinta nabi Ibrahim kepada anaknya Ismail dan Ishaq. Begitu sayangnya nabi Ibrahim kepada Ismail hingga sering menjenguknya walaupun sudah berkeluarga hingga meminta kepada Ismail untuk memisahkan istrinya yang tidak takzim kepada suaminya. Juga digambarkan dengan kisah cinta Abdul Muththalib kepada Abdulah hingga sanggup mengorbankan 100 ekor unta untuk mengganti nadzarnya.

Cinta sahabat kepada sesama sahabat. Misalanya cintanya Rasulullah  kepada Abu Bakr dan Umar begitupun sebaliknya. Cintanya Abu Bakr, Umar, Usman kepada Ali saat mendukung pernikahan dengan Fatimah. Cinta  antara kaum  Anshar Madinah kepada Muhajirin dari Mekah yang dipersaudarakan oleh Rasulullah SAW hingga ikhlas seluruh hatanya siap berbagi.

Cinta sahabat kepada sesama muslim. Misalnya sayangnya Abdurrahman bin Auf kepada seluruh penduduk Madinah dengan seluruh hartanya ia sedekahkan. Dikisahkan tidak ada sorangpun penduduk Madinah yang terlewat dengan pemberian hartanya. Keberkahan harta Abdurrahman hingga orang kayapun menyukainya sperti Usman bin Affan yang merasa bahagia saat mendapat bagian dari Abdurrahman,

Cinta tetangga kepada tetangganya. Hal ini seperti kisah cinta nabi Ibrahim  AS kepada tetangganya, beliau rela hingga tidak mau makan sebelum bertemu dengan tetangganya. Nabi Ibrahim juga terkenal dengan cinta kepada tamunya, hingga para malaikat yang dikira tamu biasa disuguhi makanan hingga para malaikat memujinya dan memberi tahu bahwa dirinya adalah para malaikat.

Cinta murid kepada gurunya. Hal ini  seperti dikasihkan cintanya sahabat Abu Huairah kepada Rasululloh. Abu Hurairah yang nama aslnya Abdurrahman bin Suhr disifati seperti kucing karena sifat kucing kemanapun tuannya pergi kucing itupun akan mengikutinya. Itulah cintanya Abu Hurairah kepada Rasulullah selalu mengikuti Rasulullah SAW terutama ketika dalam taklim adalah berkaitan dengan ilmu hingga ribuan hadis dihapanya.

Cinta pemimpin kepada umat seperti yang dilakukan oleh  Umar bin Khaththab yang rela menggendong sekarung makanan untuk diberikan kepada rakyatnya yang kelaparan. Kerinduan rakyat kepada pemimpin itu berlangsung dari dulu sampai sekarang. Kita pun di zaman milenial seperti ini disaat kebanyakan para pemimpin yang lebih mementingkan kekuasaannya merindukan pemimpin yang sayang kepada rakyatnya.

Apabila pemimpin cinta dan sayang kepada rakyaknya maka rakyat pun akan sayang kepada pemimpinnya. Cinta umat atau rakyat kepada pemimpinnya, seperti yang dilakukan oleh umat Muslim terhadap Rasulullah SAW hingga ketika Rasulullah sudah wafat pun, umatnya terus mengikuti apa yang menjadi perintahnya.

Cinta menurut pandangan islam adalah tentang naluri dan tentang nafsu, cinta sejati menurut islam ialah cinta yang timbul dalam rangka untuk dan karena Allah, karena mengharap ridha-Nya, dan karena ingin menjadikannya sebagai jalan ibadah. Islam tidak melarang seeorang untuk mencintai sesuatu, justru islam adalah agama yang penuh dengan kasih sayang dan cinta. Berikut ini ada beberapa cara memperjuangkan cinta menurut pandangan Islam yang bisa kita lakukan.

Hidup dalam memperjuangkan cinta akan menjadikan kerinduan dalam ketenangan lahir batin bahagia di dunia dan di akhirat. Karena itu yang perlu diperhatikan cinta menurut  pandangan Islam adalah sebagai berikut.

  1. Niatkan Karena Allah

Jangan mencintai karena hawa nafsu seperti karena fisik atau harta, sebab nantinya akan dihinakan Allah oleh hal tersebut. Contoh kisah Abdurrahman bin Abu Bakr yang mencintai Laila Majnun, Endingnya menimbulkan penyesalan karena sejak awal tidak dimulai dengan niat mencintai karena Allah. Keutamaan cinta dalam islam ialah sebagai jalan untuk beribadah kepadaNya. Seperti yang tertera dalam firman Allah SWT dalam Al quran Al-Qashshas ayat 50 yang artinya:

فَإِن لَّمْ يَسْتَجِيبُوا۟ لَكَ فَٱعْلَمْ أَنَّمَا يَتَّبِعُونَ أَهْوَآءَهُمْ ۚ وَمَنْ أَضَلُّ مِمَّنِ ٱتَّبَعَ هَوَىٰهُ بِغَيْرِ هُدًۭى مِّنَ ٱللَّهِ ۚ إِنَّ ٱللَّهَ لَا يَهْدِى ٱلْقَوْمَ ٱلظَّـٰلِمِينَ [٢٨:٥٠]

Maka jika mereka tidak menjawab (tantanganmu) ketahuilah bahwa sesungguhnya mereka hanyalah mengikuti hawa nafsu mereka (belaka). Dan siapakah yang lebih sesat daripada orang yang mengikuti hawa nafsunya dengan tidak mendapat petunjuk dari Allah sedikitpun. Sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang zalim.

 

  1. Menjaga Pandangan

Mencintai seseorang yang belum menjadi muhrimnya tentu tak boleh berlebihan, misalnya dalam memandangnya, walaupun memiliki perasaan lebih dan tidak mendekat secara langsung, melihat yang bukan muhrim juga termasuk zina mata yang harus dihindari. Lebih baik berjuang dengan sabar hingga mendapatkan hubungan yang halal. Saat sahabat sedang merasa jatuh cinta maka sahabat harus bisa menjaga diri dan menjaga kehormatan sebagai seorang muslimah. Seperti dalam sebuah hadits yang artinya,

“Janganlah engkau iringkan satu pandangan kepada wanita yang bukan mahram dengan pandangan lain, karena pandangan yang pertama itu halal bagimu, tetapi tidak yang kedua!“. (HR Abu Daud).

  1. Mendekat Pada Allah

Jangan lupa libatkan Allah dalam setiap urusan termasuk urusan yang berhubungan dengan memperjuangkan cinta. Tetap mendekat dan memperbanyak amal kebaikan kepada Allah serta memohon petunjuk yang terbaik darinya. Seperti yang diriwayatkan dalam hadits yang artinya :

“Jika ia mendekat pada Ku sejengkal, Aku mendekat padanya sehasta, Jika ia mendekat pada Ku sehasta, Aku mendekat padanya sedepa. Dan jika ia datang kepada Ku dengan berjalan, maka Aku mendatanginya dengan cepat”. (HR Bukhari).

  1. Jauhi Zina

Dalam memperjuangkan cinta, yang terutama harus dihindari ialah zina, yakni zina dalam bentuk apapun baik zina hati, zina mata, zina pikiran, maupun zina perbuatan sebab semuanya ialah perbuatan yang tergolong dosa. Seperti yang diriwayatkan dalam sebuah hadits yang artinya :

Barang siapa beriman kepada Allah dan hari akhir, maka janganlah berkhalwat (berduaan) dengan seorang wanita tanpa dsertai mahram nya karena sesungguhnya yang ketiga adalah syetan”. (HR Ahmad).

Dalam hal ini misalnya ialah memperjuangkan cinta dengan menyatakannya tetapi tidak segera menghalalkan hubungan, kedua orang yang saling mencintai tersebut menjalin hubungan yang tidak diperbolehkan syariat agama seperti berpacaran, tentunya hal ini tak boleh dilakukan dan bukanlah perbuatan baik yang dicontohkan Rasulullah.

  1. Shalat istikharah

Shalat istikarah juga dianjurkan untuk mendapatkan kemantapan hati, dengan menjalankan shalat istikharah, Allah akan memberi petunjuk terbaik apa yang seharusnya dilakukan sehingga terhindar dari jalan sesat atau langkah yang salah. Seperti yang tertera dalam firman Allah SWT dalam Al Anbiya ayat 89 yang artinya :

“Ya Tuhanku, janganlah Engkau membiarkan aku seorang diri, Engkaulah ahli waris yang paling baik”.

  1. Memperbaiki Diri

Selalu memperbaiki diri dari segi akhlak danhati sehingga nantinya akan mendapat jodoh yang terbaik dan mendapat hasil dari apa yang diperjuangkan tersebut yang terbaik pula, sebagai manusia tak boleh merasa baik, harus selalu merasa rendah diri di hadapan Allah. Memperbaiki diri akan menjadikan seseoraang menjadi lebih baik bagi orang yang sedang diperjuangkan.

  1. Mencari Rezeki yang Halal

Berjuang tentu membutuhkan modal baik lahir maupun batin, secara batin dapat dilakukan dengan rajin beribadah dan rajin berdoa, sedangkan pada aspek lainnya yaitu tentang tanggung jawab terlebih sebagai seorang laki laki yang sudah selayaknya bertanggung jawab pada keluarga, selama waktu penantian wajib diisi dengan kegiatan yang bermanfaat seperti mencari rejeki yang halal.

  1. Menyibukkan dengan Hal yang Bermanfaat

Selama memperjuangkan cinta, wajib mengisi waktu dengan segala hal yang bermanfaat agar nantinya bisa menjadi orang yang terbaik untuk seseorang yang dicintai. Alangkah lebih baik jika seseorang yang diperjuangkan nantinya bisa hidup bersama dalam kelancaran dan keberkahan, bukan menyusahkan atau membebani.

  1. Diam

Jika merasa belum siap untuk menyampaikan cinta tersebut, maka jalan yang terbaik adalah diam. Diam mencegah dari fitnah dan mecegah dari hawa nafsu. Diam adalah jalan terbaik sambil menunggu dan memperbaiki diri menerima petunjuk yang terbaik dari Allah sehingga hati akan terasa tenang dan jauh dari gelisah karena menyadari semua yang ada di dunia ini haknya Allah. seperti kisah cinta Ali bin Abi Thalib dan Fatimah yang awalnya sellau diperjuangkan dalam diam hingga Allah menunjukkan jalan pada mereka untuk bersatu.

  1. Melamar dan Menikahi

Jalan terbaik untuk memperjuangkan cinta ialah menghubungi wali dan menyampaikan perasaan secara baik baik, dan segera melamar serta menikahi orang dicinta tersebut. tidak masalah yang melamar laki laki atau perempuan sebab hukum wanita melamar lelaki dalam islam juga diperbolehkan. Hal itu jauh lebih baik daripada zina. Seperti yang tertera dalam firman Allah SWT dalam QS An Nur ayat 32 yang artinya :

وَأَنكِحُوا۟ ٱلْأَيَـٰمَىٰ مِنكُمْ وَٱلصَّـٰلِحِينَ مِنْ عِبَادِكُمْ وَإِمَآئِكُمْ ۚ إِن يَكُونُوا۟ فُقَرَآءَ يُغْنِهِمُ ٱللَّهُ مِن فَضْلِهِۦ ۗ وَٱللَّهُ وَ‌ٰسِعٌ عَلِيمٌۭ [٢٤:٣٢]

Dan nikahilah orang yang masih membujang diantara kamu dan juga orang orang yang layak menikah dari hamba hamba sahaya mu yang laki laki dan perempuan. Allah akan memberikan kemampuan pada mereka dengan karunia Nya dan Allah maha luas pemberian Nya”.

Penulis berpesan kepada semua untuk perjuangan hidup dalam menjalin cinta bangunlah di antara kita  saling menyayangi satu sama lain dan jangan saling melukai sesama ciptaan Tuhan. Berikut sebagai pelengkap  tulisan ini penulis lengkapi berkaitan dengan pesan dan motivasi tentang cinta yang akan membangun ketenteraman hidup ke depan.

  1. “Allah telah menuliskan nama pasanganmu. Yang perlu kau lakukan adalah memperbaiki hubunganmu dengan-Nya.”
  2. “Jika kau mencintai seseorang, biarkan ia pergi. Kalau ia kembali, ia adalah milikmu. Bila tidak, ia memang tidak pernah jadi milikmu.” (Khalil Gibran)
  3. “Jangan buat seseorang mencintaimu jika kamu tak siap tuk berikan hatimu. Cinta tak berbalas itu menyakitkan.”
  4. “Aku ingin cinta yang akan berkata: “Bahkan kematian pun tidak akan memisahkan kita, karena kelak kita akan dipertemukan kembali di surga, Insyaallah”.
  5. “Aku akan memohon pada Allah SWT untuk berjumpa denganmu dua kali, sekali di dunia ini dan sekali lagi di surga.”
  6. “Orang kuat bukan berarti ia tidak pernah menangis tetapi orang yang terus istiqamah dalam menghadapi setiap ujian dan godaan.”
  7. “Ku titipkan cinta ini hanya pada-Mu, jagalah hatiku dan hatinya dari rasa kecewa, hingga waktu itu tiba. Persatukanlah kami dalam restu dan Ridho-Mu.”
  8. “Boleh jadi kamu membenci sesuatu padahal ia amat baik bagimu, boleh jadi pula kamu menyukai sesuatu padahal ia amat buruk bagimu. Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui.” (QS Al Baqarah ayat 216)
  9. “Jika aku jatuh cinta, cintakanlah aku pada seseorang yang melebihkan cintanya padamu, agar bertambah kekuatanku untuk lebih mencintaimu.”
  10. “Cinta kita adalah yang terbaik karena imanku bertambah. Kau membantuku di dunia, dan karena itu aku ingin kembali bertemu denganmu di surga.”
  11. “Allah menguji kita dengan sesuatu yang kita cintai, maka janganlah berlebihan mencintainya, agar saat sedih tidak berlebihan.”
  12. “Cintailah kekasihmu (secara) sedang-sedang saja, siapa tahu suatu hari dia akan menjadi musuhmu; dan bencilah orang yang engkau benci (secara) biasa-biasa saja, siapa tahu suatu hari dia akan menjadi kecintaanmu.” (H.R Tirmidzi)
  13. “Tugasmu bukan sekadar mencari cinta, tapi mencari semua penghalang dalam diri yang kau bangun untuk melawannya.”
  14. “Kalau kau mencintai karena Allah, cintamu tak akan pernah mati.”
  15. “Tetap saling menjaga satu sama lain untuk selalu dekat dengan Allah. Semoga kelak bersama-sama masuk surga.”
  16. “Cinta sejati tidak berakhir dengan kematian. Jika Allah SWT menghendaki, cinta itu akan berlanjut sampai ke surga.”
  17. “Cinta kepada Allah adalah puncaknya cinta. Lembahnya adalah cinta kepada sesama.”
  18. “Lelaki yang baik tidak akan bermain-main dengan cinta, sebab dia tahu kata cinta menuntut tanggung jawab.”

Kita diciptakan oleh Allah SWT tujuannya untuk beribadah. Hal ini sesuai dengan apa yang difirmankan Allah dalam surat Adz-Dzariyat atau surat 51 ayat 56,

وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالْاِنْسَ اِلَّا لِيَعْبُدُوْنِ

Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan agar mereka beribadah kepada-Ku.

Tujuan Allah SWT mencipatakan  kita untuk dapat beribadah dengan maksimal kepada-Nya, hal ini manfaatnya untuk kebaikan kita sendiri. Allah Ta’ala berfirman,

أَفَحَسِبْتُمْ أَنَّمَا خَلَقْنَاكُمْ عَبَثًا وَأَنَّكُمْ إِلَيْنَا لَا تُرْجَعُونَ

Maka apakah kamu mengira, bahwa sesungguhnya Kami menciptakan kamu secara main-main (saja), dan bahwa kamu tidak akan dikembalikan kepada Kami?” (QS. Al Mu’minun: 115).

Ibnu Qoyyim Al Jauziyah mengatakan, “Apakah kalian diciptakan tanpa ada maksud dan hikmah, tidak untuk beribadah kepada Allah, dan juga tanpa ada balasan dari-Nya[?] ” (Madaarijus Salikin, 1/98) Jadi beribadah kepada Allah adalah tujuan diciptakannya jin, manusia dan seluruh makhluk. Makhluk tidak mungkin diciptakan begitu saja tanpa diperintah dan tanpa dilarang. Allah Ta’ala berfirman,

أَيَحْسَبُ الْإِنْسَانُ أَنْ يُتْرَكَ سُدًى

Apakah manusia mengira, bahwa ia akan dibiarkan begitu saja (tanpa

Perhatikan ayat selanjutnya, kelanjutan surat Adz Dzariyat ayat 56. Di sana, Allah Ta’ala berfirman,

مَا أُرِيدُ مِنْهُمْ مِنْ رِزْقٍ وَمَا أُرِيدُ أَنْ يُطْعِمُونِ (57) إِنَّ اللَّهَ هُوَ الرَّزَّاقُ ذُو الْقُوَّةِ الْمَتِينُ (58)

Aku tidak menghendaki rezeki sedikit pun dari makhluk dan Aku tidak menghendaki supaya mereka memberi makan pada-Ku. Sesungguhnya Allah Dialah Maha Pemberi rezeki Yang Mempunyai Kekuatan lagi Sangat Kokoh.” (QS. Adz Dzariyat: 57-58)

Dalam beribadah untuk meraih cinta hakiki ada tantangan, hambatan, gangguan, bahkan ancaman baik dari dalam maupun dari luar. Di antara tantangan dari dalam manusia adalah adanya nafsu. Nafsu itu ada yang dinamakan Hawa, ghodob, dan syahwat. Hawa itu berupa pengingkaran terhadap Robb karena sifat syetaniyah, hal ini yang menimbulkan kekufuran dan kerusakan. Sedangkan Ghodob adalah karena sifat  sabuiyah  yang cenderung merusak orang lain yang berupa takabbur dan ujub. Untuk nafsu yang ketiga yaitu syahwat merupakan sifat bahimiyah yang cenderung merusak orang diri sendiri berupa tamak dan kebakhilan.

Tantangan dari luar itu dalam meraih cinta kepada Allah SWT dan Rasulullah SAW datang dari kelompok orang-orang yang sombong dan angkuh yakni berseterunya  dan bersekongkolnya orang-orang kafir dengan munafikin, musyrikin, dan para penghamba dunia.

Sebagaimana pesan dalam Al-Qur’an surat Ali Imran ayat 13.

قَدْ كَانَ لَكُمْ ءَايَةٌۭ فِى فِئَتَيْنِ ٱلْتَقَتَا ۖ فِئَةٌۭ تُقَـٰتِلُ فِى سَبِيلِ ٱللَّهِ وَأُخْرَىٰ كَافِرَةٌۭ يَرَوْنَهُم مِّثْلَيْهِمْ رَأْىَ ٱلْعَيْنِ ۚ وَٱللَّهُ يُؤَيِّدُ بِنَصْرِهِۦ مَن يَشَآءُ ۗ إِنَّ فِى ذَ‌ٰلِكَ لَعِبْرَةًۭ لِّأُو۟لِى ٱلْأَبْصَـٰرِ [٣:١٣]

 

Sesungguhnya telah ada tanda bagi kamu pada dua golongan yang telah bertemu (bertempur). Segolongan berperang di jalan Allah dan (segolongan) yang lain kafir yang dengan mata kepala melihat (seakan-akan) orang-orang muslimin dua kali jumlah mereka. Allah menguatkan dengan bantuan-Nya siapa yang dikehendaki-Nya. Sesungguhnya pada yang demikian itu terdapat pelajaran bagi orang-orang yang mempunyai mata hati.

Merujuk pada penjelasan Tafsir At-Tanwir  sebagaimana ditulis dalam Suara Muhammadiyah edisi 06  tahun ke-106 202i halaman 20 dijelaskan bahwa menurut Sayyid Quthb ada dua penafsiran tergantung kemana marja’ dhamir-nya.Pertama,  bila dhamir pada yarauna  kembali kepada orang-orang kafir, sedangkan dhamir hum  kembali kepada umat Islam, maka maksudnya adalah orang-oang musyrik tersebut meskipun jumlah mereka tiga kali lipat umat Islam namun menurut pandangan mereka jumlah orang Islam dua kali lipat dari bilangan orang kafir. Hal ini menimbukan kegentaran atau ketakutan orang-orang kafir.

Menurut tafsiran Kedua, dhamir pada yarauna kembali kepada umat Islam dan dhamir hum kembali kepada pasukan Quraisy dengan demikian umat Islam melihat bahwa jumlah pasukan musyrikin hanya dua kali lipat saja dari jumlah pasukan muslimin, walaupun sebenarnya tiga kali lipat. Dengan demikian tekad kaum muslimin semakin kuat untuk meraih kemenagan.

Intinya dalam meraih perjuangan cinta bagi orang yang beriman perlu keyakinan dan tekad yang kuat. Akhirnya Allah berfrman dalam akhir surat Al-Ankabut atau surat 29 ayat 69 sebagai berikut.

وَٱلَّذِينَ جَـٰهَدُوا۟ فِينَا لَنَهْدِيَنَّهُمْ سُبُلَنَا ۚ وَإِنَّ ٱللَّهَ لَمَعَ ٱلْمُحْسِنِينَ [٢٩:٦٩]

Dan orang-orang yang berjihad untuk (mencari keridhaan) Kami, benar-benar akan Kami tunjukkan kepada mereka jalan-jalan Kami. Dan sesungguhnya Allah benar-benar beserta orang-orang yang berbuat baik.

Mudah-mudahan Allah selalu membimbing langkah perjalanan cinta kita sampai menuju terminal akhir yakni cinta kita kepada Allah SWT dan Rasulullah SAW yang benar, diridhai, dan diberkahi. Nashrun Minallahi Wa Fathun Qarib.

Alif Sarifudin, PDM Kota Tegal

Exit mobile version