Senyum Bersama Meratus, Menjaga Ekologi Sejak Usia Dini

Pegunungan dan Hutan Meratus

Sumber Foto Dayak Meratus

Senyum Bersama Meratus, Menjaga Ekologi Sejak Usia Dini

Oleh: Machnun Uzni

Suara ini datang dari dalam rimba. Kami sepakat bahwa kegiatan menanam pohon adalah salah satu bentuk kasih secara langsung kepada Ibu bumi, menanamkan benih-benih hal kebaikan, baik untuk kelangsungan setiap makhluk hidup di muka bumi. Kami yakin dengan sebuah konsep hidup bahwa apa yang saat ini kita tanam akan kita tuai di peradaban yang akan datang, didapati dan dinikmati antar generasi. Menanam bagi kami adalah salah satu cara melawan, melawan terhadap keserakahan makhluk hidup yang bernama “manusia” yang tidak bertanggung jawab. Menjaga alam adalah menjaga kehidupan.

Sambil mengepalkan tangan deretan kalimat diatas diteriakkan dengan semangat oleh relawan Febri dari Universitas Lambung Mangkurat disela penanaman pohon sebagai salahsatu rangkaian program psikososial  Muhammadiyah Disaster Management Center (MDMC) Kalimantan Timur bersama Kapstra UGM dan Sahabat Misykat Indonesia  beberapa waktu yang lalu (13-19 Maret) yang diikuti 125 peserta baik anak-anak peserta psikososial maupun relawan pendamping.

Menarik jika menyimak Trilogi Pelayanan Komando Kesiapsiagaan Angkatan Muda Muhammadiyah (KOKAM)  yang ditulis Iwan Setiawan, M.Si sekertaris Kokam Nasional dalam buku Kemanusiaan, Kebencanaan dan Ekologi (hal. 23).  Salahsatu diantaranya adalah KOKAM dan urusan Ekologi. Islam sebagai agama yang ramah terhadap lingkungan/ekologi.

Dalam Pedoman Hidup Islami Warga Muhammadiyah (PHIWM) terkandung pesan menjaga lingkungan. Poin yang pertama dalam PHIWM berkaitan dengan lingkungan: Lingkungan hidup merupakan anugerah Allah yang harus dipelihara. “Etika hijau” dalam PHIWM ini perlu kita terapkan dalam kehidupan keseharian. Bumi yang makin tua dan manusia yang semakin serakah menjadikan kerusakan lingkungan yang semakin nyata.

Sementara itu Eko Budi Setiawan, relawan pendamping dari Universitas Lambung Mangkurat mengatakan, “penanaman  pohon bagi saya memiliki sejuta manfaat bagi kelangsungan hidup berbagai makhluk hidup. Beberapa tahun belakangan ini, pesatnya pembangunan menyebabkan banyak pohon ditebang dan dikorbankan. Masyarakat harus disadarkan bahwa hilangnya satu pohon telah memutus mata rantai kehidupan.”

“Harus mulai ditumbuhkan kesadaran memelihara lingkungan semenjak usia dimulai dari hal-hal yang sederhana semisal mengajari anak tidak membuang sampah sembarangan dan mengupayakan daur ulang sampah untuk menjadi sesuatu yang bermanfaat,” lanjut Eko Budi Setiawan.

Anak-anak bersemangat, berkelompok dipandu para relawan gabungan yang murah senyum dan mempunyai banyak ice-breking menumbuhkan semangat bagi peserta psikososial, diantaranya; Thoriq, Febri, Mamad, Adi, Jawad, Zainal, Fikri, Anis, Lia, Icha, Mega, Asrul, Yuli dan Mahrita.

Ada nilai dan pesan yang ingin disampaikan dalam penanaman pohon ini. Menyelamatkan ekologi bagi generasi mendatang. Tidak bisa dipungkiri, banjir bandang sekitar Meratus bisa jadi karena pohon-pohon mulai ditebang tanpa perencanaan.

Ada kekompakan anak-anak yang penuh keceriaan bersama teman-temannya menanam harapan, agar bumi terus memberi udara yang segar.  Tangan-tangan mungil menanam pohon, menyelamatkan ekologi yang diabadikan dalam jepretan relawan Kapstra UGM, Javas dan Agnur. Dokumentasi yang bisa jadi sekian tahun kedepan akan mengingatkan bahwa hari itu aku telah menanam pohon dan hari ini aku masih menikmati segarnya alam nan asri.

Bukankah Rasulullah SAW pernah berpesan, “ Jika terjadi hari kiamat sementara di tangan salah seorang dari kalian ada sebuah tunas, maka jika ia mampu sebelum terjadi kiamat untuk menanamnya maka tanamkanlah.” (HR. Bukhari dan Ahmad).

Demikian pula dalam al-Jami al-Kabir karya al-Suyuti dikatakan oleh Umar bin Khattab kepada seseorang tua renta, “Apa yang menghalangimu untuk menanam lahanmu?”  Jawab orangtua itu, “Aku tua renta yang akan mati besok.’  Umar berkata, “Kuyakinkan kau harus menanamnya.”

Tugas kita merawat bumi, Ekologi yang akan dihuni generasi yang tidak menyesali karena kita tidak peduli pada bumi.

Machnun Uzni, Penanggungjawab Psikososial MDMC Kaltim

Exit mobile version