Sungai Nil dan Kalender Mesir Kuno
Oleh : Dr. Arwin Juli Rakhmadi Butar-Butar, MA
Sungai Nil adalah urat nadi bangsa Mesir sejak dahulu sampai kini. Peran sungai Nil begitu vital bagi lahirnya kehidupan masyarakat di lembah sungai ini. Pantas saja sejarawan Yunani Herodotus mengatakan bahwa Mesir adalah hadiah sungai Nil. Peradaban Mesir juga lahir disebabkan kesuburan tanahnya sebagai akibat banjir yang membawa tanah lumpur nan subur. Hal ini pada akhirnya menarik perhatian orang-orang ketika itu untuk menetap dan membangun peradaban di tempat ini.
Bangsa Mesir Kuno juga amat tertarik dengan astronomi. Sejarah mencatat bahwa orang-orang Mesir dahulu telah memahami gerak dan peredaran benda-benda langit (planet-planet dan bintang-bintang). Pengetahuan ini pada akhirnya mereka gunakan untuk membuat sistem penanggalan. Salah satu bintang yang sangat populer di Mesir kala itu adalah bintang Sirius. Berdasarkan pengamatan orang-orang Mesir, Sirius menghilang di balik cakrawala dalam waktu yang sama setiap tahun, selanjutnya muncul kembali 70 hari kemudian sebelum Matahari terbit. Kemunculan bintang ini bersamaan dengan naiknya permukaan sungai Nil yang mengawali banjir tahunan. Bangsa Mesir Kuno menyebut saat itu sebagai tahun baru. Peristiwa inipun mereka jadikan sebagai penanda dan penjadwal waktu atau yang disebut dengan kalender.
Konon, penanggalan Mesir kuno ini dibuat di zaman Kerajaan Mesir Tua (sekitar (2660 – 2180 SM). Tokoh yang berjasa membuat penanggalan itu bernama Imhotep, seorang pemuka agung, arsitek, dan dokter. Berdasarkan penanggalan itu, satu tahun terdiri dari 365 hari. Penanggalan Mesir kuno ini juga mengenal sistem kabisat. Tatkala Julius Caesar dari Romawi datang ke Mesir, ia terkagum oleh sistem penanggalan Mesir. Hal ini mendorongnya untuk membuat sistem penanggalan Romawi yang selanjutnya menjadi dasar penanggalan Masehi.
Penanggalan Mesir kuno dikenal juga dengan penanggalan Koptik. Penanggalan ini menggunakan sistem tahun Matahari dengan durasi satu tahun 365 hari (artinya kurang 0,2422 atau ¼ hari dari tahun Matahari sesungguhnya). Kalender ini tidak berpatokan murni pada fenomena Matahari, namun berpedoman pada bintang Sirius. Bintang ini bersinar terang pada malam hari saat musim panas. Bintang ini muncul di bagian timur sekitar tanggal 19 Juli (tammuz) dan mulai bersinar di akhir bulan Agustus (ab). Munculnya bintang ini secara bersamaan ditandai dengan datangnya banjir sungai Nil hingga mencapai puncak Delta.
Perhatian bangsa Mesir kuno terhadap bintang dan datangnya banjir tersebut terus mengakar, hingga menjadi pedoman mengetahui masa tahunan, yang berikutnya menjadi penanggalan yang terus digunakan selama berabad-abad. Kekurangan 0,2422 atau 1/4 hari penanggalan ini menyebabkan dalam periode 4 tahun terakumulasi menjadi satu hari, hal ini menjadi persoalan teknis dalam kalender Mesir kuno. Mesir kuno menetapkan panjang satu bulan 30 hari, sehingga dalam satu tahun 360 hari. Adapun 5 hari sisanya ditambahkan di penghujung tahun yang disebut dengan hari-hari interkalasi (ayyam an-nasi’). Hari-hari interkalasi ini juga sekaligus dijadikan sebagai hari libur akhir tahun. Penanggalan ini telah dimulai bangsa Mesir kuno sejak tahun 4236 SM.
Persoalan selisih (kekurangan) ¼ hari di atas menyebabkan setelah berlalunya periode 1460 tahun menyebabkan kesalahan sebanyak 365 hari atau satu tahun (1460/4 = 365 hari). Mesir kuno menyadari adanya masa kekurangan 365 hari dalam masa 1460 tahun ini. Berkaitan dengan ini mereka namakanlah hal ini dengan siklus spedt yaitu siklus atau periode bintang Sirius.
Sejak tahun 238 SM, Mesir kuno mulai menggunakan aturan tahun kabisat, dengan menjadikan masa satu tahun 365 1/4 hari. Dimana setiap tahun keempat ditetapkan sebagai tahun kabisat dengan jumlah 366 hari. Meskipun pada awalnya penggunaan ini tidak dipatuhi secara konsisten namun terterapkan secara konsisten di masa sistem penanggalan Julian dan Gregorius.
Selanjutnya, dalam kesatuan 28 tahun dalam penanggalan ini akan terjadi tahun kabisat (jumlah hari satu tahun 366 hari, dan hari interkalasi sebanyak 6 hari) yaitu pada tahun-tahun berikut: tahun ke-3, tahun ke-7, tahun ke-11, tahun ke-15, tahun ke-19, tahun ke-23, dan tahun ke-27. Sementara selainnya tetap 365 hari dengan hari interkalasi sebanyak 5 hari.
Tatkala imperium Romawi menguasai Mesir (sekitar tahun 284 M), Mesir kuno mulai menggunakan sistem kalender Koptik, yang merupakan lanjutan dari kalender Mesir kuno yang terus digunakan dan dikenal hingga saat ini, dengan tetap berpedoman pada tahun Matahari dengan panjang masa satu tahun 365 1/4 hari. Bulan-bulan penanggalan Koptik berjumlah 12 yang seluruhnya memiliki kaitan dengan sesembahan dan musim. Bulan-bulan tersebut adalah: bulan pertama: tut, dimulai 11 September sampai 10 Oktober. Tut adalah nisbah kepada dewa ‘tahut’, yaitu dewa yang naik ke bulan setelah menghilang. Mesir kuno meyakini bulan sebagai penghulu waktu, penghitung masa dan pemilik kebahagiaan. Bulan kedua: babah, dimulai 11 Oktober sampai 09 Nopember. Babah adalah nisbah kepada tuhan sungai Nil. Bulan ketiga: hatur, dimulai 10 Nopember sampai 09 Desember. Hatur teradopsi dari kata ‘hatahur’ yaitu tuhan sesembahan Mesir kuno yang berarti tuhan langit. Bulan keempat: kiyahk, dimulai 10 Desember sampai 08 Januari. Kiyahk adalah nisbah kepada salah satu hari perayaan Mesir kuno. Bulan kelima: tubah, dimulai 09 Januari sampai 07 Pebruari. Tubah bermakna gandum, yang kemungkinan bulan ini bertepatan dengan musim panen gandum. Bulan keenam: amsyir, dimulai 08 Pebruari ssampai 09 Maret. Amsyir berarti malapetaka (bencana) yang ditandai dengan kencangnya angin bertiup dibulan ini.
Bulan ketujuh: barmahat, dimulai 10 Maret sampai 08 April. Barmahat adalah nisbah kepada salah satu raja Mesir kuno kala itu. Bulan kedelapan: barmudah, dimulai 09 April sampai 08 Mei. Barmudah berarti tuhan pemetik hasil (panen). Bulan kesembilan: basyans, dimulai 09 Mei sampai 07 Juni. Basyans berarti tuhan bulan. Bulan kesepuluh: ba’unah, dimulai 08 Juni sampai 07 Juli. Ba’unah berasal dari bahasa Mesir yang dinisbahkan pada lembah raja batu. Bulan kesebelas: abib, dimulai 08 Juli sampai 06 Agustus. Abib adalah nisbah kepada salah satu tuhan Mesir kuno. Bulan kedua belas: misra, dimulai 07 Agustus sampai 05 September. Misra bermakna kelahiran matahari.
Selanjutnya dari penanggalan ini, Mesir kuno membagi musim kepada tiga musim dengan tiap-tiap musim berisi empat bulan, yaitu: Ekhet (musim banjir), dimulai dari bulan keenam (amsyir) sampai bulan kesepuluh (ba’unah). Pret (musim benih), yaitu mulai tumbuhnya benih-benih tanaman setelah menyusutnya air Nil. Dimulai dari bulan kesebelas (abib) sampai bulan kedua (babah). Shmiw (musim panen), dimulai dari bulan ketiga (hatur) sampai bulan keenam (amsyir).
Dr. Arwin Juli Rakhmadi Butar-Butar, MA, Kepala Observatorium Ilmu Falak Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara UMSU